8. Keseharian
Arya menuju ruang rapat di kantornya. Dia ada agenda pembahasan rencana pengerjaan proyek renovasi rumah sakit yang tendernya baru saja mereka menangkan. Proyek yang cukup menantang bagi Arya. Sejak pertama mengerjakan proyek, dia lebih sering menggarap proyek-proyek perumahan, gedung kantor, dan hotel. Proyek ini begitu menantang bukan karena rumah sakit sulit untuk dirancang melainkan karena dia memang belum pernah punya pengalaman merancangnya.
Sebagai kepala divisi teknik, Arya bertanggung jawab memimpin tim dalam mengerjakan proyek-proyek yang mereka garap. Arya sudah cukup lama menjabat posisi ini. Tidak sampai dua tahun bekerja di perusahaan ini, Arya langsung diangkat menjadi kepala divisi. Tentu itu bukan tanpa alasan kuat. Arya memang arsitek yang cerdas dan menunjukkan kemampuannya dalam memimpin tim kecil pada saat dia menjadi staf teknik. Proyek-proyek yang digarapnya selalu diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Itulah alasannya CEO tak butuh waktu lama untuk memberi jabatan itu kepada Arya. Kebetulan saat itu kepala divisi teknik yang lama baru saja mengundurkan diri dan pindah ke perusahaan lain.
Arya nampak serius membahas rencana proyek baru mereka. Dia mengalokasikan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengerjakan proyek itu. Sebagai ketua tim, Arya menunjuk Fajar yang baru saja selesai menggarap proyek sebelumnya. Fajar adalah salah satu orang kepercayaan Arya karena kinerjanya selalu memuaskan.
"Tadi saya sudah siapkan para personil yang terlibat di proyek ini," kata Arya ketika sampai pada pembahasan tentang personil yang terlibat dalam proyek ini. Layar proyektor menampilkan struktur organisasi proyek yang berisi jabatan dan nama-nama personil yang ditempatkan di masing-masing posisi.
"Saya minta pendapat kalian jika ada yang kurang tepat," lanjut Arya. Dia terbiasa bersikap demokratis pada para bawahannya. Dia selalu mendengarkan dan mempertimbangkan usulan yang diberikan para bawahannya. Itu adalah salah satu hal yang membuat para bawahannya segan dan hormat pada Arya.
Tak terasa, rapat itu sudah mencapai akhirnya. Sudah satu jam mereka membahas usulan rencana pengerjaan proyek yang dipaparkan Arya. Ada beberapa usulan yang disampaikan oleh beberapa bawahannya dan itu telah dicatat oleh Nita, bagian administrasi proyek yang selain menangani administrasi proyek juga merangkap sebagai sekretaris Arya.
Nita adalah sarjana teknik sipil yang sudah paham seluk beluk administrasi proyek. Dia sudah tiga tahun terakhir ditempatkan dalam divisi teknik yang Arya pimpin. Meski sebenarnya Arya berhak mendapatkan seorang sekretaris yang menangani segala kebutuhan administrasinya tapi Arya lebih suka jabatan itu dirangkap Nita. Arya menganggap sekretaris yang hanya mengerti administrasi umum tidak cukup membantunya karena Arya lebih sering berurusan dengan administrasi proyek. Jadilah Nita merangkap jabatan. Meski tugas Nita jadi ganda dan tambah berat tapi sebagai imbalannya, dia berhak mendapatkan tunjangan dua jabatan yang berbeda. Itu membuat Nita senang dan selalu bersemangat dalam mengerjakan pekerjaannya.
Selain Fajar, yang merupakan orang kepercayaan Arya, Nita adalah bawahannya yang paling sering berinteraksi dengan Arya. Dalam berbagai kegiatan di luar kantor, Nita selalu diajak Arya. Bahkan kalau Arya sedang berangkat ke luar kota, Nita yang selalu dibawanya serta. Tiga tahun berkerja sama dengan Nita dan sering bepergian berdua ke luar kota bersama tidak membuat Arya tergoda untuk berbuat nakal pada Nita. Sebetulnya Nita cukup cantik dengan tinggi badan 170cm dan tubuh yang agak montok. Kulitnya putih dengan dada berukuran sedang. Pembawaannya supel dan penampilannya selalu menarik.
Beberapa hari ini Arya sempat memperhatikan perubahan pada diri Nita. Dia kelihatan berbeda dari biasanya. Beberapa hari ini Nita tidak seceria biasanya. Kadang Arya memergoki Nita sedang melamun saat Arya melewati mejanya. Arya belum sempat menanyakan langsung pada Nita apa masalahnya.
Tok ... tok ... tok ....
Pintu ruangan kerja Arya diketuk dan Nita muncul di sana menganggukkan kepalanya. Arya sedang membaca usulan-usulan para bawahannya tentang proyek baru mereka ketika Nita muncul.
"Pak, ada pak Tomo ingin ketemu Bapak," ujar Nita.
"Suruh dia masuk," perintah Arya. Tomo adalah kepala divisi multimedia di kantor tempat Arya bekerja. Seorang lelaki cerdas yang usianya lebih muda dari Arya. Meski jabatan mereka setara, Tomo selalu menempatkan dirinya seakan dia bawahan Arya. Itu dilakukannya karena Arya dianggap lebih senior darinya. Terlepas dari jabatan dan perlakuan Tomo kepada Arya, mereka berdua merupakan teman baik.
"Masuk, Tom." Arya mempersilahkan Tomo masuk ke ruangannya ketika Tomo muncul di pintu.
"Ada apa nih?" tanya Arya melanjutkan setelah Tomo duduk di hadapannya.
"Aku sudah dapat orang yang Bapak butuhkan untuk mengerjakan video proyek Bapak. Aku sudah tanya Cecilia dan dia mau. Kebetulan dia lagi punya waktu luang dan bersedia kerja di studio Bapak setelah jam kerja di sini." Tomo memenuhi permintaan Arya beberapa hari lalu yang butuh orang untuk mengerjakan video presentasi proyek perumahan yang digarap studionya. Cecilia adalah salah satu bawahan Tomo di multimedia. Dia seorang gadis keturunan Cina. Arya sudah lama kenal Cecilia meski tidak akrab.
"Yaudah, kapan dia bisa ketemu aku," tanya Arya.
"Kalau bisa sore ini juga dia akan menemui Bapak."
"Oke, silahkan kalau mau ketemu aku sore ini." Arya kebetulan sedang tidak sibuk.
"Baik. Kalau begitu aku balik ke ruanganku ya, Pak. Nanti aku suruh dia nemui Bapak." Tomo bangkit dari duduknya untuk kembali ke ruangannya.
"Makasih ya, Tom." Tomo mengangguk lalu meninggalkan ruangan Arya.
Arya kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebagian besar yang diusulkan bawahannya menurut Arya cukup baik untuk diadopsi dalam rencana mereka. Arya mengangkat gagang telepon di mejanya lalu menekan tombol 3 yang merupakan nomor telepon Nita. Arya meminta Nita untuk ke ruangannya.
"Nit, aku sudah pertimbangkan usulan anak-anak di rapat kita tadi," kata Arya serius ketika Nita menghadapnya.
"Sebagian besar aku setuju. Hanya beberapa hal yang tidak layak diadopsi. Aku sudah bikin catatan di daftar yang kamu kirim tadi. Kamu tolong perbarui rencana proyek kita sesuai dengan catatan yang sudah aku bikin ya," perintah Arya.
"Baik, Pak. Segera nanti saya selesaikan sore ini juga," jawab Nita.
"Oke, ini baru saja aku kirim berkasnya ke email kamu. Makasih, ya."
"Sama-sama, Pak," jawab Nita sambil berbalik untuk kembali ke mejanya.
Sebentar kemudian Nita muncul lagi di ruangan Arya. "Pak, Cecil minta waktu untuk menemui Bapak."
"Suruh dia masuk," jawab Arya. Nita kembali ke luar dari ruangan Arya dan berganti Cecilia yang kini masuk menemui Arya.
"Silahkan duduk," kata Arya ketika Cecilia muncul di hadapan Arya. "Apa kabar kamu?" tanya Arya ketika Cecilia sudah duduk di hadapannya.
"Baik, Pak," jawab Cecilia agak formal karena dia belum dekat dengan Arya. Selama ini cuma sering berbasa-basi secara sopan ketika ketemu Arya.
"Aku dengar kamu bersedia membantu proyekku ya?" tanya Arya lagi. Meski sudah tahu dari Tomo, tetapi Arya ingin mendapatkan jawaban langsung dari Cecilia.
"Betul, Pak. Pak Tomo sudah menyampaikan tawaran Bapak dan saya bersedia. Mungkin saya bisa kerja di studio Bapak sampai sekitar jam sembilan malam setelah pulang dari sini." Cecilia sekalian menanyakan beberapa detail dari pekerjaan yang akan dikerjakannya. Arya menjelaskan secara rinci dan minta Cecilia agar bisa menyelesaikannya sebelum tanggal sepuluh karena Arya harus memaparkannya tanggal dua belas. Jadi Cecilia punya waktu enam hari untuk menggarap video tersebut.
Arya menyodorkan ponselnya dan meminta Cecilia menambahkan kontaknya di situ. Dia janji akan memberi lokasi studionya melalui aplikasi pesan agar Cecilia besok sore bisa langsung datang ke studionya untuk mulai bekerja.
