Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2 - Kau Tidak Layak!

Amber mengenakan gaun berwarna peach dengan potongan sederhana malam ini. Ia keluar dari mobilnya dan melangkah masuk ke restoran bintang lima yang hanya bisa didatangi oleh orang-orang kalangan atas terpilih. Seorang pelayan mendekat ke arah Amber.

“Nona, apakah Anda sudah memesan sebelumnya?” tanya pelayan itu.

“Miller Stanley.” Amber menyebutkan nama pamannya.

“Mari ikuti saya, Nona.” Pelayan itu melirik kemudian menunjukan jalan pada Amber.

Pelayan membuka pintu. “Silahkan masuk, Nona.”

“Terima kasih.” Amber berkata sopan, setelah itu ia melangkah memasuki ruangan yang telah dipesan untuk pertemuannya dengan Oliver Phoenix.

Di dalam ruangan itu sudah terdapat paman, bibi dan juga sepupu Amber. Paman Amber berdiri. Ia menatap Amber dengan lembut. “Kau sudah di sini, ayo duduklah,” seru pamannya.

“Ya, Paman.” Amber duduk di tempat duduk yang kosong. Di meja itu kini hanya tersisa satu meja yang kosong, dan itu tepat di sebelah Amber.

“Kau terlihat sangat cantik hari ini, Amber.” Lynda memuji keponakannya.

Amber tahu dengan jelas tidak ada ketulusan dari kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu. Ia hanya menanggapi ucapan bibinya dengan ucapan singkat. “Terima kasih, Bibi.”

Lilly berdecih pelan. “Kau memang penggoda, Amber. Bahkan untuk seorang pria buruk rupa kau masih merias dirimu.”

Tangan Lynda segera mencubit paha Lilly. Putrinya benar-benar sangat sulit menahan diri. Ia telah mengatakan berkali-kali agar Lilly menjaga sikapnya di depan sang ayah, tapi tetap saja putrinya itu tidak mendengarkan kata-katanya.

Lilly menahan rasa sakit dari cubitan ibunya, andai saja dia tidak ingin menyaksikan bagaimana Amber bertemu dengan calon suaminya yang buruk rupa, ia pasti tidak akan berada di tempat itu. Lilly akan menjadi orang yang paling bahagia ketika Amber menderita. Memangnya kenapa jika Amber memiliki wajah cantik dan berbakat? Pada akhirnya Amber hanya mendapatkan seorang pria mengerikan dan berdarah dingin.

“Lilly, jaga ucapanmu!” Miller memarahi putrinya. Ia tidak mengerti kenapa putrinya selalu saja mencari masalah dengan Amber padahal Amber tidak pernah menyinggungnya. Ia sepertinya telah begitu memanjakan putrinya hingga bisa bersikap tidak sopan seperti itu pada sepupunya sendiri. “Cepat minta maaf pada Amber.”

Minta maaf? Lilly menunjukan keengganannya. Ia tidak akan pernah meminta maaf pada wanita seperti Amber. Status Amber bahkan jauh di bawahnya.

“Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah, Ayah.” Lilly menjawab acuh tak acuh.

Melihat pamannya yang ingin memarahi Lilly lebih jauh, Amber membuka mulutnya. Hal seperti inilah yang membuat ia merasa tidak nyaman di tengah keluarga pamannya. Ia akan selalu menjadi alasan pertengkaran orang-orang itu. “Paman, tidak apa-apa. Jangan mempermasalahkannya.” Amber tidak ingin pamannya berselisih lagi dengan Lilly.

“Amber memang sangat pengertian. Dia tahu bahwa Lilly tidak bermaksud sama sekali mengatakan hal buruk tentangnya. Lilly masih terlalu muda dan asal bicara.” Lynda mencoba menyelamatkan putrinya.

Amber berdecih di dalam hatinya. Lilly masih telalu muda? Wanita itu bahkan lebih tua dua bulan dari usianya. Lilly bukannya asal bicara, tapi tidak punya tata krama. Wanita itu selalu menghina dan merendahkan orang lain yang berada di bawahnya. Namun, Amber tidak ingin memperpanjang, ia tahu bahwa cara terbaik menghindari masalah adalah dengan diam.

Detik selanjutnya pintu terbuka. Suasana di dalam ruangan itu seketika senyap. Empat pasang mata menghadap ke pintu masuk. Seorang pria dengan setelan hitam mahal masuk ke dalam sana, wajahnya begitu tampan dengan sentuhan dingin yang memikat. Tinggi pria itu kira-kira diatas 185 senti meter. Ia memiliki tubuh ideal yang bahkan lebih baik dari model. Iris matanya berwarna abu-abu, hidungnya mancung, bibir merah tipis serta rahang kokoh. Keseluruhan dari penampilan pria itu mampu membuatnya dinobatkan menjadi pria paling tampan di dunia ini.

“Tuan Oliver, Selamat datang.” Miller menyapa Oliver dengan sopan.

Lilly tersadar dari terpesona pada sosok pria sempurna di depannya. Tunggu dulu? Apakah tadi ayahnya menyebut bahwa pria itu adalah Oliver? Tidak, itu pasti bukan Oliver Phoenix yang akan menikah dengan Amber.

Pandangan Oliver jatuh pada Amber yang saat ini sedang menatapnya tanpa berkedip. Oliver merasa jijik dengan Amber, wanita ini sudah memiliki pria yang ia sukai, tapi masih saja menatap pria lain dengan cara seperti ini? Itu sudah cukup menunjukan bahwa Amber bukan wanita yang setia.

Namun, yang tidak Oliver ketahui adalah bahwa bukan ketampanan Oliver yang membuat Amber terpana, tapi iris abu-abu yang sangat Amber kenali. Sudah belasan tahun Amber ingin bertemu dengan cinta masa kecilnya, dan sekarang setelah ia pikir ia tidak akan pernah bertemu dengan pria itu lagi, dia malah berdiri di depannya.

“Amber, beri salam pada Tuan Oliver.” Miller bicara pada Amber, tapi Amber masih terjebak dalam dunianya sendiri, hingga akhirnya Miller bersuara lagi.

“Selamat datang, Tuan Oliver.” Amber berdiri lalu menyapa Oliver dengan gugup. Sudah belasan tahun terlewati, cinta masa kecilnya kini menjelma menjadi pria tampan yang luar biasa.

Amber tidak akan mungkin salah mengenali orang. Ia terlalu akrab dengan iris mata pria di depannya, selain itu wajahnya juga tidak banyak berubah, hanya semakin matang.

Oliver hanya membalas dengan tatapan acuh tak acuh.

“Tuan, ini adalah istriku dan ini adalah putriku.” Miller memperkenalkan istri dan putrinya pada Oliver.

“Aku tidak menyebutkan bahwa orang lain bisa hadir di makan malam ini.” Oliver bersuara dingin. Ia tidak menyukai istri dan anak Miller. Ia tidak akan repot memberi wajah pada dua wanita itu. Hanya dalam satu kali pandangan saja ia tahu wanita jenis apa mereka berdua.

Lynda yang hendak memperkenalkan dirinya langsung menelan kembali kata-katanya. Ia tidak pernah diperlakukan oleh orang lain dengan cara seperti ini. Namun, ia benar-benar marah pada suaminya saat ini, bagaimana bisa suaminya menyerahkan pria yang begitu hebat ini pada Amber dan bukan pada Lilly, putri mereka.

“Tuan, saya adalah bibi Amber, saya bukan orang lain.” Lynda akhirnya memberanikan diri untuk bicara. Miller juga sepakat dengan Lynda. Istri dan putrinya adalah keluarga Amber, jadi ia pikir tidak apa-apa membawa anak dan istrinya ke makan malam ini.

Tatapan Oliver penuh penghinaan. “Anda pasti tahu pintu keluar ruangan ini, pergi sebelum orang-orangku menyeret Anda keluar.”

Miller tidak bisa berbuat apa-apa tentang hal ini. Menyinggung Oliver Phoenix hanya akan mencari masalah yang lebih besar.

“Tuan, aku adalah putri dari Miller Stanley, akulah yang seharusnya menikah denganmu.” Lilly berkata tak tahu malu. Lilly sama marahnya dengan ibunya, bagaimana bisa ayahnya melakukan ini padanya. Ia seharusnya yang menjadi istri Oliver Phoenix, bukan Amber. Lilly kini merasa sangat membenci ayahnya, pria itu selalu lebih menyayangi Amber daripada dirinya.

“Omong kosong apa yang kau katakan, Lilly!” Miller memarahi putrinya lagi.

“Ayah, akulah yang seharusnya menjadi calon istri Tuan Oliver bukan Amber. Aku putrimu.” Lilly tidak akan mungkin melepaskan pria luar biasa seperti Oliver.

Rumor-rumor yang ia dengar telah menyesatkannya. Bagian dari mana pria di depannya mengerikan. Dia sangat tampan, Benar-benar tampan. Tidak ada pria yang lebih baik dari Oliver di dunia ini.

Amber mencibir Lilly di dalam hatinya. Beberapa detik lalu wanita ini menghina Oliver sebagai pria buruk rupa, tapi sekarang ia sangat ingin menjadi istri Oliver. Bukankan ia mengubah pendiriannya begitu cepat?

“Wanita sepertimu tidak pantas menjadi istriku!” Oliver berkata tajam. Lidahnya benar-benar beracun. Bahkan dalam mimpi pun ia tidak akan membiarkan Lilly membayangkan menikah dengannya. Oliver telah mencari tahu sedikit tentang Amber, juga termasuk tentang keluarga Amber. Dan dari sana ia tahu wanita seperti apa Lilly, wanita sombong yang memacari pria kaya untuk menaikan status keluarganya. Saat ini Lilly sedang berhubungan dengan seorang pewaris dari keluarga kaya, tapi wanita itu masih berani mengatakan untuk menjadi istrinya? Benar-benar tidak tahu malu.

“Tuan, maafkan putriku.” Miller tidak ingin Lilly mendapatkan masalah karena membuat Oliver marah.

“Bawa anak dan istrimu keluar dari sini. Aku hanya ingin berada di ruangan ini dengan dia.” Tatapan Oliver beralih pada Amber.

“Baik, Tuan.” Miller segera menyeret istri dan anaknya keluar dari ruangan itu, tapi itu tidak begitu mudah. Putrinya terus memberontak dan mengatakan bahwa dirinyalah yang seharusnya menjadi istri Oliver.

Kini yang tersisa di dalam ruangan itu hanya Oliver dan Amber. Suasana menjadi canggung. Ada banyak kata yang ingin Amber katakan ketika ia menemukan pria masa kecilnya, tapi saat ini tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.

“Pamanmu telah menjualmu padaku untuk puluhan juta dolar.” Itu kalimat pertama yang Oliver katakan pada Amber. Pria ini sengaja menjelaskan bahwa ia telah membeli hidup Amber. “Harga hidupmu benar-benar mahal.” Terdapat penghinaan dalam kata-kata Oliver.

Amber menatap Oliver beberapa saat, ia tidak berpikir bahwa pria yang ia ingat selalu memperlakukannya dengan hangat kini bicara dengan nada yang begitu dingin dan merendahkan. Bagaimana bisa karakter seseorang berubah begitu drastis?

“Saya mengucapkan terima kasih pada Anda karena bersedia membantu Paman saya.” Amber telah menghadapi banyak penghinaan, jadi apa yang Oliver katakan tadi bukan apa-apa. Terlebih Oliver adalah cinta masa kecilnya, anak laki-laki yang telah banyak memberikannya bantuan di masa lalu. Seburuk apapun sikap pria itu terhadapnya, ia hanya akan memakluminya.

Senyum mengejek tampak di wajah tampan Oliver. “Kau benar-benar keponakan yang berbakti. Kau menerima pengaturan pernikahan untuk membantu pamanmu. Ah, atau mungkin kau memiliki niat lain? Tampaknya kau sangat ingin menjadi nyonya dari keluarga kaya.” Setiap kata yang keluar dari mulut Oliver disiapkan hanya untuk menyakiti Amber.

Amber kembali terdiam. Ada sedikit rasa nyeri di dadanya. Jika yang mengatakan kalimat itu adalah orang lain maka Amber tidak akan begitu mempedulikannya, ia benar-benar tidak berharap kalimat ini akan keluar dari mulut Oliver.

Oliver duduk di kursi, ia kembali menatap Amber yang kini tampak seperti patung. “Apa kau akan terus berdiri di sana sampai mati?”

Amber segera duduk kembali. Di otaknya kini terdapat berbagai macam pikiran yang bertabrakan. Apakah terjadi sesuatu pada pria masa kecilnya sehingga berubah menjadi sosok yang arogan seperti ini?

“Besok kau akan menikah denganku, setelah kau menjadi istriku jangan pernah bermimpi untuk bersama dengan laki-laki lain!” Oliver memperingati Amber dengan tegas.

Amber tidak pernah menyukai laki-laki selain Oliver, jadi ia tidak akan mungkin memikirkan pria lain. “Aku mengerti.”

Oliver tidak memiliki selera makan saat ia berhadapan dengan orang yang telah menyakiti adiknya. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah menghancurkan Amber hingga ke titik paling menyedihkan.

Hanya saja ini bukan waktu yang tepat. Setelah wanita itu benar-benar menjadi istrinya, barulah ia akan membuat hidup Amber seperti di neraka.

Oliver berdiri dari tempat duduknya. Ia akan melewatkan makan malam dengan Amber. Ia datang hanya untuk perkenalan dengan Amber saja.

“Anda mau pergi?” tanya Amber.

“Kau pikir aku akan makan malam denganmu? Ckck, kau tidak layak.” Setelah mengatakan kata-kata dengan nada menusuk itu, Oliver meninggalkan ruang perjamuan.

Amber menatap punggung Oliver, jika pria itu tidak menyukainya lantas kenapa pria itu ingin menikah dengannya? Tadi Amber sempat berpikir bahwa mungkin saja Oliver mau menikah dengannya karena mengenalinya sebagai teman masa kecil pria itu, tapi tampaknya ia berpikir terlalu banyak. Pria itu mungkin sudah melupakannya, sudah belasan tahun berlalu, ditambah lagi ia tidak begitu penting untuk diingat oleh Oliver.

Lupakan saja. Tidak apa-apa pria itu tidak mengingatnya, satu-satunya yang ia inginkan di dunia ini adalah menikah dengan pria yang sudah ia cintai sejak lama. Tidak peduli seberapa buruk Oliver akan memperlakukannya, ia akan menerimanya. Amber yakin suatu hari nanti Oliver mungkin akan memperlakukannya dengan hangat seperti belasan tahun lalu. Selain itu dengan pernikahan ini ia bisa membalas semua kebaikan Oliver padanya dulu. Ia akan menjadi istri yang baik untuk Oliver. Hanya memikirkan ini saja sudah membuat rasa sakit di hati Amber tadi lenyap. Senyum kini mengembang di wajah cantiknya, ia sama sekali tidak tahu apa yang telah menunggunya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel