Pustaka
Bahasa Indonesia

Sang Penakluk Hati

137.0K · Tamat
Yuyun Batalia
85
Bab
237.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Amberlyn Pierce terpaksa menikah dengan Oliver Phoenix demi menyelamatkan perusahaan pamannya yang sedang dalam masalah. Oliver menikahinya karena ingin membalas dendam atas hal buruk yang menimpa adik pria itu. Tidak ada lagi tatapan hangat dari pria itu seperti belasan tahun lalu, yang ada hanya tatapan dingin penuh kebencian. Akankah Amber mampu bertahan ketika rasa sakit yang diberikan oleh Oliver sudah melebihi yang bisa ditanggungnya? Atau ia akan memilih pergi dengan membawa kepingan hatinya yang patah? Mencari kebahagiaan lain yang mungkin telah menunggunya di luar sana. "Kau tidak akan bisa pergi dariku. Bahkan jika kau mati, kau harus mati di pelukanku!" Oliver Phoenix

RomansaPresdirBillionaireIstriRevengePernikahanWanita CantikTuan MudaSalah Paham

1 - Menikahlah dengan Oliver Phoenix

Seorang wanita muda melangkah masuk ke dalam kediaman yang sudah lama tidak ia datangi. Andai saja pamannya tidak menelponnya dan meminta ia untuk datang ke tempat ini, maka saat ini ia pasti tidak akan berada di sana.

Ia tidak membenci rumah itu sama sekali, ia juga tidak membenci pamannya, tapi ia hanya mencoba untuk menghindari bibi dan sepupunya yang tidak pernah menyukainya sama sekali.

Sejak ia berusia tujuh tahun, ia sudah tinggal dengan pamannya karena saat itu hanya pamannya keluarganya yang tersisa. Ayahnya sudah tiada ketika ia berusia lima tahun, dan ibunya menyusul ketika ia berusia tujuh tahun.

Bagian-bagian buruk dari masa lalunya ia tidak ingin mengingatnya lagi, tapi ketika ia datang ke kediaman ini semuanya berputar dan menyakitinya. Kata-kata tajam bibinya, serta penyiksaan yang ia terima dari istri dan anak pamannya itu selama sepuluh tahun lebih seperti membelah kepalanya.

“Nona Amber, Anda di sini.” Seorang wanita paruh baya menyambut Amber dengan ramah. Wanita itu merupakan kepala pengurus rumah tangga di kediaman itu.

“Apakah Paman ada di ruang keluarga?” tanya wanita yang bernama Amber.

“Ya, Nona.”

“Baiklah, terima kasih.” Amber kemudian melewati pelayan itu.

Pelayan yang menyambut Amber melihat ke punggung Amber yang mulai menjauh darinya. Sudah bertahun-tahun tidak melihat keponakan majikannya, tapi sikap penyendiri wanita muda itu masih tidak berubah.

Pelayan itu masih merasa iba pada Amber, ia telah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana nyonya nya dan nona mudanya menyiksa Amber. Ia sangat ingin membantu Amber, tapi ia tidak bisa melakukan apapun karena majikannya mengancamnya. Saat itu ia membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan putranya, jadi ia tidak bisa apa-apa selain mengasihani Amber.

Pintu ruang keluarga terbuka, Amber masuk ke dalam ruangan yang sudah diisi oleh satu pria dan dua wanita. Itu adalah paman, bibi dan juga saudara sepupunya.

“Kau sudah di sini, Amber.” Miller Stanley, paman Amber berdiri dari sofa, lalu ia melangkah menuju ke keponakannya dan memeluknya. Pria ini menyayangi Amber seperti menyayangi putrinya sendiri.

Melihat kasih sayang yang ditunjukan oleh Miller pada Amber membuat dua wanita lain di dalam ruangan itu menatap Amber penuh kebencian. Mereka benar-benar tidak menyukai Amber sampai ke tulang. Bagi mereka Amber tidak lebih dari parasit yang menghabiskan uang keluarga mereka.

Miller melepaskan tubuh Amber. “Kau terlihat sedikit lebih kurus, Amber.” Pria itu menatap Amber lembut. Ia sangat menyesal karena tidak bisa merawat keponakannya dengan baik.

“Itu hanya perasaanmu saja, Paman. Aku tidak kehilangan berat badanku sama sekali.” Amber menjawab disertai dengan senyuman ringan.

“Itu benar. Mana mungkin Amber kehilangan berat badannya. Dia telah menjaga dirinya dengan baik.” Lynda, bibi Amber memasang topeng sebagai bibi yang baik dan penuh kasih sayang.

Selama ini sikap buruknya pada Amber memang tidak pernah tercium oleh suaminya. Itu semua berkat kepandaiannya dalam bermain peran serta kemampuannya mengintimidasi orang lain.

Amber sendiri tidak pernah memberitahu pamannya tentang perlakukan bibi dan saudara sepupunya pada sang paman karena ia tidak ingin membuat masalah yang tidak perlu. Ia hanya menahan dirinya sampai ia benar-benar bisa hidup mandiri dan keluar dari kediaman pamannya.

“Tentu saja, bagaimana mungkin Amber kehilangan berat badannya ketika dia bisa makan dengan baik dari hasil mengencani pria-pria kaya.” Lilly, sepupu Amber bicara dengan nada mencibir.

“Omong kosong apa yang kau bicarakan, Lilly.” Miller menegur putrinya disertai dengan tatapan tajam. Ia tidak pernah suka mendengar Lilly membicarakan hal-hal buruk tentang Amber. Itu bisa ia terima jika orang lain yang bicara, tapi sebagai sepupu seharusnya Lilly lebih mempercayai Amber daripada rumor yang beredar di luar sana.

Lilly merasa tidak senang dengan teguran dari ayahnya. Ia tidak mengerti kenapa ayahnya bisa begitu menyayangi Amber daripada ia yang merupakan putri ayahnya sendiri. Sering kali ketika ia dan Amber bertengkar, ayahnya pasti akan memihak Amber. Selain itu ayahnya juga sering memberikan pujian terhadap Amber yang cerdas. Hal itulah yang membuat ia semakin membenci Amber. Ditambah lagi Amber memiliki wajah yang cantik serta berbakat dalam musik, Lilly benar-benar membecni Amber hingga ke tulang. Ia benci ketika Amber lebih menarik perhatian orang-orang daripada dirinya.

“Lilly, bagaimana kau bisa mengatakan hal buruk seperti itu pada sepupumu.” Lynda ikut menegur putrinya, tapi itu bukan berarti ia tidak suka dengan ucapan putrinya, tapi sedang menghentikan putrinya dari bersikap impulsif. Putrinya bisa melakukan apa saja pada Amber, ia tidak akan menghentikannya, tapi tidak jika itu di depan suaminya. Itu hanya akan membuat suaminya marah. “Abaikan saja sepupumu, Amber. Apakah kau sudah makan malam?” Wanita itu mengalihkan pembicaraan, ia bersikap sangat manis pada Amber.

“Sudah, Bibi.” Amber tidak suka pada bibinya, tapi ia menghormati pamannya sehingga ia tidak mengabaikan kata-kata bibinya.

“Ayo duduklah.” Paman Amber meminta Amber untuk duduk.

Amber duduk, setelahnya ia tidak membuang waktunya lebih banyak dan bertanya pada pamannya. “Apa yang ingin Paman bicarakan padaku?”

Wajah Paman Amber menjadi tertekan seketika. Pria ini benar-benar tidak berharap ia akan sampai pada titik ini. Ia merasa bahwa dirinya adalah paman yang sangat buruk karena menggunakan keponakannya demi kepentingan bisnisnya. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain. Hanya keponakannya yang bisa menyelamatkan bisnis yang sudah ia bangun dengan keringat dan darahnya.

“Amber, perusahaan Paman sedang bermasalah. Bisakah Paman meminta bantuanmu?” Paman Amber bicara dengan hati-hati.

“Bantuan seperti apa itu, Paman?” Amber tidak memiliki uang, jadi yang pasti pamannya tidak mungkin meminta bantuan mengenai uang.

“Menikahlah dengan Oliver Phoenix.” Miller menatap keponakannya dengan rasa bersalah.

“Amber, Paman telah merawatmu setelah kematian orangtuamu. Kali ini kau harus membalas kebaikan Pamanmu. Perusahaan Pamanmu sedang tidak baik, sebagai keponakannya kau harus membantu meringankan beban Pamanmu.” Lynda bicara dengan lembut, tapi setiap kata-katanya memaksa Amber untuk menerima pernikahan dengan pria yang tidak ia kenali sama sekali itu.

Wanita inilah juga yang sudah mempengaruhi pikiran paman Amber yang awalnya ragu pada keputusannya untuk meminta bantuan pada Amber. Pria ini masih berpikir untuk mencari cara lain meski kenyataannya hanya kecil kemungkinan akan ada jalan keluar lain selain dengan menerima tawaran dari Oliver Phoenix.

Amber menatap pamannya dengan tatapan rumit, ia tahu bahwa pamannya pasti telah begitu terdesak sehingga mengambil tindakan seperti ini. Pamannya bukan tipe orang yang akan menjual keponakannya sendiri jika masih ada jalan keluar lain.

“Kapan pernikahan itu akan diadakan?” tanya Amber. Ia berhutang banyak pada pamannya, mulai dari biaya pengobatan ibunya hingga ke memberi makan dan membiayai pendidikannya.

“Seperti yang sudah aku duga. Amber mana mungkin menyia-nyiakan kesempatan menjadi nyonya dari keluarga kaya raya. Ckck, Amber, kau benar-benar matrealistis.” Lilly lagi-lagi menghina Amber. Wajahnya saat ini terlihat sangat merendahkan Amber.

Amber menatap sepupunya acuh tak acuh. Ia tidak pernah memiliki sedikit saja hubungan baik dengan wanita yang seumuran dengannya itu. “Jika kau keberatan, kau bisa menikah dengan pria itu, Lilly.”

Ekspresi wajah Lilly langsung berubah. Tatapannya kini terlihat penuh kemarahan. “Kau pikir wanita sepertiku cocok dengan pria berdarah dingin seperti itu. Wajahnya saja tidak ada yang tahu. Tidak peduli seberapa kaya pria itu, aku tidak akan menikah dengan pria buruk rupa. Itu menjijikan!”

Lilly telah mendengar cukup banyak dari lingkaran pertemannya tentang seseorang bernama Oliver Phoenix yang baru beberapa bulan ini kembali ke negara itu. Dikatakan bahwa sejak kecil penerus keluarga Phoenix itu tinggal di luar negeri, tapi karena kondisi Jacob Phoenix menurun, maka Oliver sebagai cucunya kembali untuk lebih dekat dengan kakeknya.

Ada banyak rumor mengerikan tentang pria itu, salah satunya bahwa pria itu tidak akan berkedip ketika ia melihat bawahannya mencungkil mata dan memotong tangan orang yang sudah merugikannya.

Hanya mendengarkan itu saja, sudah cukup menjelaskan manusia seperti apa Oliver Phoenix. Berurusan dengan pria berdarah dingin seperti itu hanya akan mempercepat kematian. Bagaimana mungkin Lilly mau menikah dengan pria itu. Dia masih sangat mencintai hidupnya yang penuh kemewahan.

Lynda benar-benar ingin memukul putrinya yang sangat mudah terprovokasi. Hal seperti itu tidak harus diungkapkan oleh putrinya. Apakah putrinya benar-benar ingin menjadi gelandangan? “Lilly hanya mengatakan omong kosong, Amber.” Lynda mencoba memperbaiki kecerobohan putrinya. Amber harus menikah dengan Oliver Phoenix agar perusahaan mereka bisa diselamatkan. Tidak peduli seberapa buruk rumor yang menyebar tentang penerus keluarga Phoenix, Amber harus menjadi istri Oliver.

Amber kini mengerti kenapa ia yang harus menikah dengan pria asing itu, tentu saja tidak mungkin paman dan bibinya mengorbankan Lilly untuk bersama dengan pria seperti yang Lilly sebutkan tadi.

“Amber, maafkan Paman. Paman tidak memiliki jalan keluar lain.” Paman Amber berkata putus asa.

Amber menatap wajah tidak berdaya pamannya. “Aku menerima pernikahan itu, Paman.”

Amber memiliki pria yang ia cintai di dalam hatinya, tapi itu hanya cinta masa kecilnya. Ia bahkan tidak tahu di mana pria itu sekarang, apakah masih hidup atau tidak. Sudah saatnya bagi dirinya untuk menyerah pada perasaan itu. Sebagai seseorang yang telah banyak berhutang pada pamannya, ia harus membalasnya. Ia tidak mungkin membiarkan jerih payah pamannya selama puluhan tahun hancur hanya karena penolakan darinya.

Miller menarik Amber ke dalam pelukannya sekali lagi. “Terima kasih, Amber. Terima kasih karena mau membantu pamanmu yang tidak berguna ini.”

“Tidak perlu meminta maaf, Paman. Aku telah banyak berhutang pada Paman. Apa yang aku lakukan mungkin tidak akan cukup membayar kebaikan Paman padaku.” Amber sangat tahu bagaimana cara membalas budi. Meski apa yang ia lakukan saat ini mempertaruhkan masa depannya, tapi ia tidak akan mundur jika itu bisa membantu pamannya. Amber merupakan seseorang yang akan membalas kebaikan orang lain sepuluh kali lipat lebih banyak.

Mendengar kata-kata Amber, paman Amber semakin merasa bersalah. Ia tidak pernah menanggap Amber memiliki hutang padanya. Namun, sekarang ia benar-benar terlihat seperti sedang menagih semua kebaikannya pada Amber.

Bibi dan sepupu Amber tersenyum licik. Menikah dengan Oliver Phoenix yang terkenal kejam pasti akan membuat hidup Amber lebih menderita. Mereka akan menantikan bagaimana hidup Amber berakhir di tangan pria itu.

Setelah urusannya selesai di kediaman pamannya, Amber segera meninggalkan tempat itu. Besok ia akan bertemu dengan pria yang akan menikahinya. Amber menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Ia tidak tahu seperti apa pria itu, tapi ia akan mencoba menerima pria itu seburuk apapun pria itu.

Dan jika pria itu memperlakukannya dengan buruk, ia hanya perlu bertahan. Ia telah melewati segala macam hal buruk, jadi itu bukan sesuatu yang sulit baginya .

****

Di sebuah ruangan rawat di rumah sakit, seorang pria saat ini tengah menatap wanita muda yang terbaring di ranjang dengan berbagai alat kedokteran yang menempel di tubuhnya. Wanita itu merupakan satu-satunya adik yang ia miliki di dunia ini.

Wajah pria itu terlihat sangat dingin, sorot matanya gelap dan dalam. Orang-orang yang menatap mata itu pasti akan menggigil ketakutan. Rumor mengenai dirinya yang kejam tidaklah salah. Pria ini memang tidak kenal ampun pada siapa saja yang mencari masalah dengannya. Ia seperti gunung es yang akan membekukan orang lain sampai mati. Dia adalah Oliver Phoenix, sang penerus dari keluarga Phoenix.

Beberapa saat lalu ia menerima kabar dari asisten pribadinya bahwa keponakan Miller Stanley telah menerima pengaturan pernikahan dengannya.

Bukan tanpa alasan ia ingin menikahi wanita bernama Amberlyn Pierce itu, jika bukan karena wanita itu membuat adiknya marah maka adiknya tidak akan mengemudi begitu cepat hingga mengalami kecelakaan dan berakhir koma. Juga, Amber adalah saingan cinta adiknya. Ckck, atas dasar apa wanita itu berani bersaing dengan adiknya.

Sejak kecil Oliver telah memanjakan adiknya, apapun yang adiknya inginkan ia akan selalu memberikannya tanpa terkecuali. Beberapa bulan terakhir ini Oliver tahu bahwa adiknya menyukai seorang laki-laki, Oliver bisa menekan pria itu agar tidak menolak Sharon, tapi Sharon tidak ingin Oliver ikut campur dalam urusan asmaranya. Adiknya itu mengatakan bahwa ia ingin mendapatkan hati pria itu dengan caranya sendiri. Namun, saat ini cara adiknya untuk mendapatkan hati pria itu tidak berhasil sama sekali, hingga pada akhirnya adiknya menderita patah hati dan kemarahan yang besar.

Di dunia ini, hanya dua hal yang disayangi olehnya. Pertama adiknya, dan kedua posisinya sebagai pemimpin di Phoenix Grup. Siapapun yang berani menyakiti dua hal yang ia sayangi itu maka ia tidak akan pernah membiarkan orang itu hidup dengan tenang.

Kebangkrutan yang mengancam S Company merupakan awal dari rencana balas dendamnya terhadap Amber. Ia membuat paman Amber kesulitan, setelah itu ia menawarkan bantuan pada pria itu, tapi dengan syarat Amber harus menikah dengannya. Seperti yang sudah ia duga, paman Amber akan menjual Amber padanya demi menyelamatkan perusahaan. Setiap orang memiliki kepentingan masing-masing dan tidak akan ragu untuk mengorbankan kerabatnya sendiri.

Oliver bisa saja membuat hidup Amberlyn sengsara tanpa ia harus menikahi wanita itu, tapi untuk memastikan bahwa adiknya tidak memiliki saingan cinta lagi ia akan menjadikan Amberlyn sebagai istrinya. Bukankah Amber menjadi penghalang adiknya dengan pria yang disukai adiknya? Oliver akan membuat Amber merasakan bagaimana sakitnya tidak bisa bersama orang yang ia sukai.

“Jangan tidur terlalu lama, Sharon. Bukankah kau ingin bersama pria itu? Kau tidak memiliki saingan cinta lagi, jadi tidak akan ada yang menghalangi jalanmu.” Oliver memandang adiknya lembut. Hatinya sangat sakit melihat Sharon dalam kondisi seperti ini. Kemarahan kembali terlintas di matanya. Amberlyn Pierce, wanita itu pasti akan membayar berkali lipat dari rasa sakit yang Sharon derita.