Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Erin cekikikan sendiri dengan apa yang ia lakukan. Mencoret-coret wajah Kean dengan spidol yang sempat ia minta dari Maminya.

Kean yang merasa terganggu karena ada benda yang mengenai wajahnya pun mengerakkan kepalanya untuk menjauhkan benda tersebut.

Bukannya berhenti Erin malah semakin mencoret-coret wajah Kean dengan semangat.

Menjahili Kean adalah kegiatan yang paling Erin sukai sedari mereka kecil.

"Jangan ganggu aku" ucap Kean yang berusaha menghalau spidol dari wajahnya.

"Ayo bangun" alih-alih berhenti Erin malah semakin mencoret-coret wajah Kean.

Bangun dari tidurnya Kean menatap wajah Erin dengan malas "Apalagi?" Tanya Kean.

Setelah masa penyembuhan Erin dirumah sakit akhirnya Erin di perbolehkan pulang ke rumah.

Jika kalian berfikir Kean akan meminta izin untuk tidak masuk sekolah untuk menjaga Erin itu benar adanya, sama seperti yang Erin lakukan saat Kean masuk rumah sakit begitu pula yang Kean lakukan, yang membedakannya adalah tidak ada drama yang Kean timbulkan. Namun, si biang kerok Erin selalu menjahili Kean selama Erin masa penyembuhan. Meminta Kean berdandan ala emak Ijah~Ibu komplek yang berdandan seperti badut dikomplek tempat tinggal Kean, dan mau tidak mau Kean harus melakukannya jika tidak Kean akan mendapat masalah. Dan berakhir Kean akan di ceramahi oleh keempat orang itu.

"Mau es krim" ucap Erin dengan wajah yang ia buat se-imut mungkin, bukannya merasa gemash Kean malah menutup wajah Erin dengan telapak kanannya.

"Gak ada! Hari ini kamu udah makan es krim sepuluh kalau kamu makan lagi yang ada kamu sakit perut" tolak Kean dengan penuh penekanan.

"Ish cuma nambah tiga lagi ko setelah itu dilanjut besok" ucap Erin dengan nada memelas.

"Enggak Rin, kamu jangan keras kepala deh"

"Kean" rengek Erin yang masih berusaha membujuk Kean.

"Eng-" belum sempat Kean menyelesaikan ucapannya, suara dari arah ruang tamu membuat Kean menghentikan ucapannya.

Tidak salah lagi manusia jelmaan dinosaurus sedang bertamu dirumah nya.

"Yuhuhuhu Deva ganteng datang" teriak Deva dengan tidak malunya.

"Erin yok keluar Abang Deva yang ganteng bawain banyak cemilan ada es krim juga"

Kean yang mendengarnya mengusap wajahnya kasar, sial sekali niatnya untuk melarang Erin memakan es krim malah gagak karena manusia jelmaan perkuyangan itu datang.

"Deva" teriak Erin bersemangat, bersiap melompat dari tempat tidur untuk segera turun menemui Deva, alih-alih mendarat dengan mulus Erin malah terbaring lepas di lantai kamar Kean yang tidak sanggup menopang berat tubuh nya saat mendarat tadinya.

Kean yang melihatnya sontak tertawa melihat gaya pendaratan Erin yang sungguh mampu mengocok isi perutnya.

"Huwaaaaaaaaa" tangis Erin pecah sudah.

Kean gelagapan sendiri dibuatnya.

"Udah-udah jangan nangis makanya hati-hati kan bisa turun tanpa harus lompat" ceramah Kean dengan menepuk nepuk punggung Erin dengan pelan guna memenangkan Erin dari tangisannya.

"Erin kenapa?" Tanya Deva yang tiba-tiba menongolkan kepalanya dari balik pintu hanya kepala sisanya tertutup oleh besarnya pintu.

"Gara-gara lo" ucap Kean dengan memandang tajam ke arah Deva, Deva yang melihatnya pun menekuk alisnya ke atas tanda ia tidak mengerti akan ucapan Kean.

Belum sempat ia mencerna perkataan Kean suara Erin membuyarkan lamunannya. "Deva" panggil Erin yang masih menangis.

Deva segera masuk dan berjongkok tepat dihadapan Erin "Kenapa hemm?" Tanya Deva dengan ibu jarinya mengusap jejak air mata Erin.

"Gak usah modus lo" sarkas Kean dengan memukul tangan Deva.

Deva tertawa kecil melihat ekspresi Kean seperti ibu-ibu yang kalah arisan.

"Gpp juga kali toh Erin gak marah"

"Gue patahit tuh tangan kalau raba-raba yang lain"

"Apaan sih ambigu banget" ucap Deva

"Deva" panggil Erin lagi yang masih sesenggukan.

"Kenapa hemm?"

"Gendong" pinta Erin dengan merentangkan kedua tangannya.

Deva kikuk sendiri, disisi lain dia ingin sekali menggendong Erin namun disini lain lagi dia takut jika pulang dari rumah Kean dia harus menjalani perawatan dirumah sakit.

"Emm  kenapa tidak Kean saja yang gendong kamu" ucap Deva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Erin menggelengkan kepalanya "Erin maunya Deva"

Kean yang mendengarnya nada manja dari Erin pun merasa jijik sendiri, Kean pun menoyor kepala Erin yang membuat sang empunya melotot tajam kearah kean.

"Gak usah Ngadi-ngadi kamu" ucap Kean.

"Apaan sih kayak emak-emak yang lagi rebutan baskom" ucap Erin tidak suka.

"Gpp ayo gendong, Deva" rengek Erin.

"Lo gendong habis lo sama gue"

Ancam Kean lagi.

"Kean jangan gitu ihh"

"Kamu jalan aja ya, kalau tidak biar Kean yang gendong ya nurut ya jangan bandel" ucap Deva membujuk.

"Ish jahat banget" lirik Erin dengan bibir yang ia cebikkan.

"Ya udah lah aku jalan aja" ucap Erin sembari berjalan dengan kaki yang ia hentak-hentakkan, belum sampai didepan pintu Erin berteriak kesakitan.

"Aww"

"Bandel sih dibilangin" ucap Kean dengan menyentil dahi Erin.

Erin mencebikan bibirnya "makanya biar Deva yang gendong"

"Ku lemparkan ke danau Toba lama-lama, gak usah aneh-aneh deh" ucap Kean tak suka dengan kedua tangan yang sudah menopang bokong Erin, Erin pun dengan sigap mengalungkan kedua kakinya di pinggang Kean begitu pula dengan kedua tangannya.

Mereka pun keluar dari kamar Kean disusul Deva dari belakang.

Setelah sampai diruang tamu Kean mendudukkan tubuhnya ke soffa.

"Akhirnya" ucapnya yang masih mengangkat tubuh Erin.

"Rin, tadi Abang Deva bawain cemilan loh nih ada es krim juga" ucap Deva sembari memperlihatkan barang bawaannya.

Erin yang melihatnya pun tampak senang, berniat turun dari pangkuan Kean malah tidak jadi karena Kean semakin mengeratkan pelukannya.

Erin yang tidak bisa turun pun mencebikan bibirnya kesal bagaimana tidak, Kean mengkode agar dirinya tidak memakan es krim bawaan Deva.

Deva tertawa pelan melihat ekspresi wajah kedua orang yang berbeda genre itu "udah lah bolehin aja yan"

Menghela nafasnya kemudian memperbaiki posisi Erin dari pangkuannya.

"Masalahnya tadi dia udah makan sepuluh es krim Dev, kalau ditambah dengan es krim yang lo bawa yang ada dia bakal sakit perut"

Deva terkejut mendengar penuturan Kean, sedikit tidak percaya jika Erin yang notabenenya baru keluar dari rumah sakit memakan es krim sebanyak itu.

"Kan tadi bukan sekarang" jawab Erin membela dirinya.

"Sama aja, udah jangan melawan"

Perintah Kean yang tidak ingin dibantah.

Deva menjadi serba salah dia harus bagaimana? haruskah barang bawaannya ia bawa pulang kembali?

Tampak Erin bersiap untuk nangis dengan segera Kean menaruh kepala Erin ke dada bidang miliknya "Jangan nangis" ucap Kean terselip nada lelah didalamnya.

"Es krim" pinta Erin.

Menghela nafas panjang kemudian melonggarkan pelukannya "yaudah ambil gih" ucap Kean dengan dagu yang ia arahkan ke arah cemilin yang ada diatas meja.

"Beneran?" Tanya Erin memandang wajah Kean.

Kean hanya mengangguk dan memindahkan Erin ke samping kanan tempat yang ia duduki.

"Yeyey sayang banget deh" ucap Erin senang dengan mencium pipi Kean setelah itu memilih es krim yang akan ia makan deluan.

Deva? Cengo melihatnya ia hanya sanggup menutup mulutnya dengan tangan kanannya, tidak lama setelah itu Deva menetralkan raut wajahnya

Sembari bergumam "Sudah biasa"

"Mereka hanya sahabat" gumam nya lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel