Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Dengan harap-harap cemas sembari merapalkan doa untuk Erin yang saat ini tengah berada diruang Operasi karena beberapa menit yang lalu pihak keluarga Erin tepatnya Meiga & Brayen ,selaku orang tua Erin meminta untuk segera melakukan operasi kepada sang buah hati, karena mendapati informasi bahwa terdapat batu kecil yang masuk kedalam kepala Erin yang sedikit terkoyak akibat benturan keras yang mengakibatkan Erin kehilangan kesadarannya dan berakhir disini.

"Rin lu cepet sadar,gue sama yang lain khawatir banget sama keadaan lo," pinta kean dengan nada memohon sembari menunduk menatap kedua pasang sepatu sekolah yang masih bertengger di kedua kakinya.

Renaldi~Papa Kean yang mendengar ucapan permohonan dari anak nya pun sontak  ikut merasakan kesedihan yang di rasakan oleh anak semata wayangnya tersebut. "Erin itu anak nya kuat ,dia pasti bisa lewati masa-masa kritis nya dan segera bermain lagi sama kamu,jangan nangis papa gak suka jagoan papa cengeng, kuatkan diri sembari meminta belas kasihan Tuhan."

"Nah benar ,kamu jangan sedih ya,Erin pasti baik-baik saja,karena Erin itu kuat bayangkan saja ketika usianya menginjak 6 tahun dia sudah bisa mengangkat galon,"celetuk Brayen sembari ikut menenangkan dan tertawa kecil kala mengingat kelakuan ajaib anak nya tersebut saat sedang marah.

Kalau di tanya apakah Renaldi dan Brayen tidak ikut bersedih akan kejadian ini, tentunya mereka sangat sedih terutama Brayen yang notabenenya adalah Papi Erin yang dengan cepat membatalkan meeting dengan rival-rival bisnisnya di Amerika serikat dan segera mengajak istrinya untuk segera balik ke Indonesia saat mengetahui kabar ini dari Kean.Namun untuk menguatkan istri keduanya  beserta Kean yang saat ini sangat terlarut dengan kesedihan dengan rasa bersalahnya karena tak bisa menjaga Erin dengan baik,mereka rela untuk berpura-pura sok tegar dan berusaha untuk menguatkan satu dengan yang lain.

"Makasih pah om,Kean mau keluar dulu mencari udara segar,"

"Ya sudah ,kamu yang hati-hati ya jangan sampai lengah dan mengakibatkan kecelakaan," peringat Renaldi~Papa Kean yang di balas anggukan dari sang anak.

Bukan tak tau apa sebab Kean mengatakan bahwa dia ingin keluar dan mencari udara segar,namun apa boleh buat bila itu adalah suatu hal yang bisa membuat anaknya dapat sedikit melupakan kejadian ini,dia pasti sangat menyetujui akan permintaan dari anak nya.

                     

"Halo,"

.............

"Segera retas Cctv SMA SCARLETT,"

........

Sambungan terputus.

  Tak perlu menunggu waktu lama, seorang yang di perintahkan untuk meretas Cctv SMA SCARLETT pun sudah bisa meretasnya, jangan ragukan bagaimana keahlian seseorang tersebut dalam meretas setiap CCTV yang ada dengan waktu yang sangat cepat.

" Hallo pak,saya sudah berhasil Pak ,Bapak mau saya kirimkan file yang mana?"

"Kirimkan file yang berisi aktivitas dari kelas XI MIPA sampai di bawah Rooftop sekolah,"

"Baik pak,"

Sambungan terputus.......

  

Ditempat lain Kean terduduk seorang diri, merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga Erin dengan baik. Jika dia bisa lebih ekstra lagi Erin tidak akan pernah melewati masa-masa yang menyulitkan ini.

Tuhan..

kau terlalu besar , sehingga tak dapat ku gapai..

Ingin ku datang, bersujud sembah kepadamu

Kembalikan dia yang kini telah hilang

ingin ku melihat senyumnya

Ingin ku merajut kembali kisah bersama nya ,yang telah lama hilang..

tak kan kubiarkan dia menangis huwoo..

Biarkan aku yang disana , kembalikan dirinya yang dahulu

cintaku egois,penuh licik dan salah

sehingga ku lupa akan diri..

Ku tak pantas untuk nya..

Hiks,

"Nikmati tangis mu sampai kau lupa untuk menangis lagi ,jangan tahan! itu takkan membuat mu lemah,"

"Huwaaa hiks hiks gue bodoh Dev ,gue bodoh hiks,"Eluh seseorang tersebut kepada Deva ,ya dia Deva yang mengatakan hal itu untuk memberikan Kean kesempatan untuk menangis.

Deva yang mendengar eluhan dari sahabat nya pun hanya bisa pasrah dan hanya bisa tuk menjadi pendengar yang setia untuk mendengar setiap eluhan dari seseorang tersebut,mau berbuat apa pun kini sulit , karena dia juga bingung harus dimulai dimana, sungguh dia pun frustasi akan hal ini.Namun ia coba untuk lebih tegar agar bisa menjadi sandaran untuk orang-orang yang ia sayangi.

Deva yang sudah tak mendengar tangisan dan rancau dari mulut sahabatnya, memberanikan diri untuk bertanya akan satu hal yang sejak tadi memenuhi isi pikirannya sampai ia lupa untuk melupa walau hanya sesaat.

"Kean!"

Kean yang merasa namanya dipanggil pun menyahut dengan suara parau khas orang yang habis menangis."apa?"sembari sedikit menoleh dan kembali menatap lurus bak orang yang kehilangan arah hidup.

"Gue mau tanya,tapi lu gak boleh emosi ya,"tanya Deva dengan hati-hati takut sahabatnya yang masih dilanda kesedihan, menjadi emosi dan melampiaskan kemarahannya kepada Deva.

"Hmm" Kean hanya berdehem dan melihat kearah Deva tanpa minat.

Deva yang mendengar deheman tersebut pun ,sedikit menghembuskan nafas untuk bisa lebih rileks lagi."Seandainya orang yang paling lu percaya tiba-tiba membohongi lu ,akan satu hal yang mendesak dirinya untuk melakukan hal tersebut.Apa yang akan lu lakuin kepada nya?" Tanya Deva layaknya pewawancara.

"Gak jelas,"Dua kata namun mampu membuat Deva gregetan karena respon dari sahabat nya yang tergolong sangat singkat tersebut,namun ia coba untuk lebih bersabar lagi toh hal ini sudah sangat biasa ia dapati kala sahabat nya sedang dalam mode malas.

"Begini..."

"Emm begini..."

Kean yang jengah melihat Deva yang sedari tadi hanya bertele-tele memutar bola matanya malas dan menatap manik mata Deva dengan tatapan tajam,yang akan membuat siapapun yang melihatnya meringis ketakutan,namun hal tersebut tidak dengan Deva , karena mereka sudah saling mengenal antar satu dengan yang lain jadi mereka berdua tau terlebih Deva tau bahwa sikap Kean yang dari dulu tidak pernah berubah ketika malas mendengarkan ocehan yang menurutnya kurang penting dan hanya membuang waktu saja.Tapi tunggu apakah Deva hanya membuang waktu nya Kean saja? OMG.

"Udeh-udeh,gak usah sok serem lu sama gue, gue gak bakal takut sama tatapan lu.Gue mau bilang kalau Riana membiarkan dirinya menjadi pelaku atas jatuhnya Erin dari rofftop sampai dia rela di keluarkan dan membekap di teruji tahanan hanya untuk menyelamatkan Juna dari hal tersebut,"Jelas Deva dengan panjang lebar dan ini adalah top skor baginya karena bisa berbicara panjang lebar dengan satu tarikan nafas huwaaa keren untuk mu Deva.

Kean yang mendengar hal tersebut pun di buat tambah pusing dan tentunya tidak percaya bukan karena apa,tapi dari mana Deva tau akan hal itu dan tunggu,  Riana? Menyelamatkan Juna? Maksudnya apa ini? Argh! sungguh membingungkan.

Jika disuruh milih tentunya Kean tidak ingin terjebak dalam situasi yang menyulitkan dirinya apalagi dengan teka-teki yang mengharuskannya untuk berfikir keras.

"Pusing banget kepala gue" ucap Kean dengan melangkah bebas menemui motornya yang ia parkirkan sebelumya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel