AIR DURIAN
Dulu waktu baru datang, hampir tiap hari Arman mengeluh tidak betah karena terpencil, jauh dari kota kabupaten. Bila mau ke kota kabupaten Ketapang Kalimantan Barat memakan waktu sekitar delapan jam dengan bus .Saat musim kemarau debunya minta ampun kadang disertai kabut asap kebakaran hutan atau gambut. Bila musim hujan jalanan licin berlumpur ,salah ambil jalan ban bisa tertanam dan sulit keluar kalau tidak ditarik truk atau kendaraan lain.
Kalau mau ke Pangkalanbun ibu kota kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah menempuh waktu perjalanan sekitar delapan jam melewati ribuan hektar perkebunan kelapa sawit yang menyerupai labirin raksasa. Salah ambil rute satu blok saja fatal akibatnya bisa dua hari dua malam muter muter diperkebunan. Untungnya masyarakat pribumi tidak ada yang jail seperti dikota kota besar. Mereka mengubah satu arah saja papan petunjuk jalan yang hanya terbuat dari potongan papan dan ditulis dengan arang atau buah pinang, maka tersesatlah pengguna jalan.
Desa Air Durian masuk wilayah kecamatan Air Upas, kabupaten Ketapang. Dulu desa ini dan sembilan desa lain disekitarnya merupakan daerah terisolir karena jauh kemana mana. Tapi meski pun terisolir warga desa yang keturunan suku dayak Bunsu ini punya penghasilan dari menyadap karet selain menanam padi dengan cara tugal.
Roda perekonomian dengan jual beli menggunakan mata uang dan bukan barter sudah berjalan lama. Pedagang pedagang cina asal Ketapang atau Pontianak rela tinggal di pedalaman mendirikan rumah dan toko sembako disitu untuk warga desa Air Durian dan warga sembilan desa lainnya.
Mereka para taoke itu menampung hasil kebun karet masyarakat untuk dibawa ke kota dengan harga sesuai pasar dunia.
Dari hasil penjualan karet masyarakat belanja kebutuhan pokok sehari hari di toko para taoke tersebut. Ada rantai ekonomi yang saling menguntungkan, simbiosis mutualisme.
*****
Pendeta Stanley terpana melihat kedatangan Zola di gereja pagi itu mengikuti kebaktian pertama. Pagi itu Zola mengenakan stelan putih berenda . Wajah polos tanpa make up namun memancarkan aura yang mempesona.
Dulu saat pertama kali pendeta Stanley membawa misi keagamaan di desa tersebut, warga desa masih belum bisa menerima agama baru itu. Mereka masih setia pada kepercayaan nenek moyang yaitu Kaharingan.
Seiring perjalanan waktu dan kesabaran pendeta Stanley seorang demi seorang mulai menerima ajaran kristen protestan termasuk Zola.
"Puji Tuhan, pagi ini kamu sangat cantik.' ujar pendeta Stanley membuat pipi Zola merona.
Mandor Sembiring pun sejak tadi mencuri curi pandang ke arah Zola sampai dicubit istrinya.
Pulang dari gereja Zola singgah ditoko koh A siong beli gula dan ragi. Nenek mau belajar bikin tapai singkong . Kemarin sepulang menyadap karet bersama Zola mereka singgah dirumah Kirno, salah seorang transmigran dari Jawa.Istri Kirno kebetulan tengah membuat tapai singkong.
" Pacarku mau beli apa ini?" goda koh A siong.
"Jangan koh dia sudah punya pacar, mantri Arman,"seru Lingsai yang tengah nimbang karet.
"Sebelum ada janur melengkung boleh aja kan usaha," seloroh Koh A Siong.
Kadang Zola malas ke warung karena setiap kali ke warung ada saja yang menggoda seperti koh A siong siang itu.
Sampai di rumah Zola duduk di bibir ranjang mengingat kejadian malam kemarin bersama Arman. Itu pertama kali ia sadar sepenuhnya bahwa apa yang dikatakan neneknya benar tentang pantangan tersebut.
Sepeninggalan ibunya nenek pernah berpesan agar jangan sekali kali berhubungan intim dengan lelaki kecuali masih sedarah. Sampai saat ini Zola tidak tau apa yang dimaksud neneknya.
"Kamu belum cukup dewasa untuk mengetahui siapa dirimu."
Hanya itu yang selalu dikatakan nenek setiap kali Zola bertanya tentang keanehan pada dirinya.
*****
"Bagaimana sikap Mirah setelah tau kalau Seruni dan kyai Poleng adalah siluman harimau?"tanya Arman dilain waktu ketika Zola mengantar tapai singkong.
"Mirah tidak berani berkata apa apa. Ia simpan kesaksian itu untuk dirinya sendiri."
Selanjutnya Zola cerita bahwa satu tahun kemudian Seruni hamil, namun ia meninggal saat melahirkan anaknya.
Setelah Seruni meninggal, kyai Poleng meminta Wira membawa anaknya yang berwujud manusia ke desa Air Durian. Ia juga meminta agar Wira kawin dengan Mirah.
"Jadi, kakek mengawini adiknya sendiri?"potong Arman.
"Ya. Mereka datang di desa Air Durian mengaku sebagai suami istri membawa seorang bayi perempuan yang dinamai Lembayung. Selanjutnya kakek dan nenek hidup layaknya suami istri karena itu merupakan kutukan dari kyai Poleng."
Kutukan itu disandang pula oleh Zola, kalau ia berhubungan intim dengan lelaki yang bukan sedarah maka akan berubah menjadi harimau. Itu sudah terbukti setelah ia berhubungan intim dengan Arman.
"Siapa orang tua kamu?"tanya Arman.
"Kata nenek ibuku Seruni. Setelah aku berumur dua tahun, ibu menghilang entah kemana. Sampai sekarang nenek belum pernah cerita siapa ayahku.Nenek janji suatu saat nanti ia akan mengatakan siapa ayahku."
Jangan jangan ayah Zola adalah Wira, artinya ia menyetubuhi anak kandung sendiri dari Seruni. Bila ini benar terjadi Arman salah mencintai Zola karena keluarga mereka tak ubahnya seperti binatang yang tidak memiliki akal dan nurani. Mereka hanya memiliki naluri hewani atau karena kutukan tersebut mereka harus menanggalkan akal dan nurani.
Setelah Zola pulang, Arman merenung. Ia berpikir untuk mengakhiri hubungan asmaranya dengan Zola. Tapi bisakah itu ia lakukan sedangkan ia sudah menikmati kebersamaan dengan Zola dan Arman sangat terkesan dengan pengalaman pertamanya itu.
Arman bahkan tidak peduli kalau Zola akan berubah menjadi sosok harimau bila berhubungan intim dengannya, toh dia bisa kembali menjadi wujud manusia setelah memangsa makhluk hidup.
Dua hari kemudian Zola singgah di rumah dinas Arman setelah beli telor di warung Kadar depan balai desa.
"Bagaimana Zola, apakah nenek sudah mengatakan siapa ayah kamu?"tanya Arman tak sabar.
Zola menggeleng, kemudian duduk di ruang tamu. Mengamati ponsel Arman. Sudah lama ia ingin memiliki ponsel.
"Mas, kapan kapan kalau mas Arman ke Ketapang Zola titip belikan hape. Zola punya uang dua juta, cukup kan mas!?"
Arman tidak menjawab, ia menahan kesal karena seakan Zola tidak merespon apa yang ditanyakan.
"Zola, aku tadi kan tanya, apakah nenek sudah mengatakan siapa ayah kamu?"
"Belum mas. Tadi Zola kan sudah menggeleng."
"Oh, aku tidak melihat tadi."
"Tapi nenek mengatakan kalau kita bisa menghentikan kutukan itu setelah kita menikah nanti."
Arman bingung. Katanya kutukan itu melarang bersetubuh dengan pasangan lain kecuali sedarah, kenapa nenek bicara tentang pernikahan.
"Mas, larangan itu tidak menyebut kawin, tapi berhubungan intim.Begini aja, sebaiknya mas Arman tanyakan sendiri sama nenek biar
Jelas."
"Bilang nenek malam nanti aku kerumah."
"Beneran ya mas kerumah, Zola tunggu. Awas kalau nggak datang."
Zola bangkit, sebelum pamitan pulang ia mencium Arman dari belakang. Arman menghela nafas, rasanya tidak mungkin ia mengakhiri hubungan asmaranya dengan Zola.
