Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 01.

Bab 01.

Jleb.

Ujung pedang Wu Shi menancap dalam tepat di jantung seorang pria, Hi Shin. Ia membulatkan matanya, ia menahan sakit di dada sambil menatap Wu Shi dengan tatapan penuh ketidakpercayaan.

“Kenapa raut wajahmu seperti itu? Apa kau bingung dan penasaran kenapa aku melakukan ini?”

“Tentu saja jawabannya jelas, karena satu gunung hanya bisa ditempati satu harimau dan orang itu adalah aku!”

“Matilah dan tangisi kebodohanmu di alam baka sana!” Seru Wu Shi sambil menusukan pedangnya lebih dalam sehingga jantung Hi Shin pecah dan bilah pedang Wu Shi menembus punggungnya.

Pandangan mata Hi Shin mulai kabur, darah segar terus mengucur dari tubuhnya yang membuat tubuhnya mati rasa dengan kesadaran semakin menghilang.

“Aku … aku tak bisa mati dengan cara seperti ini!” Batin Hi Shin lirih.

Wu Shi menarik pedangnya dengan kasar, hal itu membuat darah Hi Shin menyembur dari luka di dadanya, saat terakhirnya ia melihat bandul kalung kristal yang ia kenakan terhempas terbang ke udara akibat goresan pedang Wu Shi, tampak bandul berbentuk kristal yang berlumur darahnya itu mulai bersinar dan menyilaukan pandangannya.

Slaaaap.

Ia merasakan seluruh tubuhnya sakit, perlahan, ia membuka matanya meski terasa sangat berat.

Hi Shin tertegun di tempatnya.

“Apa ini … apa yang terjadi?” ujarnya sambil memperhatikan sekelilingnya.

Hi Shin tiba tiba mengerang kesakitan, bagaimana tidak? Ternyata banyak luka lebam di sekujur tubuhnya dan kini ia dalam posisi duduk bersandar pada dinding batu ruangan kecil, sesak dan berjeruji.

“Ini ruangan penjara!”

“Lalu tubuh siapa ini?” ujarnya sambil menatap tangan, kaki dan tubuhnya yang terlihat kurus kering.

Masih dalam situasi terkejutnya, Hi Shin mengerang kesakitan, ia memegangi kepalanya sampai mencengkram kuat rambutnya karena banyaknya ingatan baru yang memasuki otaknya.

Tak lama berselang, ia kembali tak sadarkan diri akibat rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Beberapa waktu berlalu.

Di sudut gelap sel penjara Klan Luo, Hi Shin kembali membuka matanya, ia terduduk lemah, menyandarkan tubuhnya yang penuh luka dan darah mengering di kulit yang dingin.

Hi Shin menarik napas dalam-dalam, menatap jeruji besi yang menjadi penghalang antara dia dan dunia luar.

Dalam diam ia merenung dan memikirkan apa yang terjadi padanya sambil mencerna ingatan baru yang memenuhi memori kepalanya.

Ia menatap kembali dinding ruangan sel yang menjadi ruangan penghalang kebebasannya.

Bagi sebagian orang, sel ini adalah simbol dari kehilangan dan putus asa, namun bagi Hi Shin, ia merasakan jika sel ini adalah tempat perlindungan yang menawarkan jeda dari kekejaman Luo Wei dan para anteknya.

Di sel sempit inilah, setidaknya, ia dapat bernafas tanpa rasa takut akan serangan mendadak yang selalu mengintai.

Hi Shin menatap dinding sel tempat barisan garis darahnya terukir.

“Tempat ini… jadi pemilik tubuh ini biasa ditempatkan disini, sungguh menyedihkan.”

“Aku tak menyangka dengan situasi ini, sepertinya takdirku sekarang adalah menjalani hidup sebagai Hi Shin si budak!”

“Sepertinya ini terjadi karena kalung kristal yang diberikan pertapa tua itu padaku.”

“Karena itulah jiwaku kini berada di tubuh pemuda ini!” ujarnya sambil menyentuh dinding penjara yang terukir tulisannya.

"Dua puluh lima, sekarang dua puluh enam," ujarnya pelan, suaranya terbata-bata, sambil mengoleskan darah dari tubuhnya ke dinding.

Sudah puluhan kali pemilik tubuh ini berada di ruangan penjara Klan Luo ini, dengan keadaan yang tak berubah.

"Enam belas, umur pemilik tubuh ini enam belas tahun," katanya lagi dengan suara lirih.

Dengan kesendirian di dalam sel kecil itu, Hi Shin mulai mencerna ingatan baru dari pemilik tubuh yang lama.

Pemuda yang memiliki nama yang sama dengannya namun dengan nasib yang berbeda.

“Jika melihat dari kondisi tubuhnya,jelas sekali pemilik jiwa ini telah mati dan kini, jiwaku, Hi Shin sang Master Alkemis yang mengisi tubuh fana ini,” ujarnya dengan yakin.

Hi Shin terhenti dari lamunannya saat mendengar derap langkah kaki yang mendekat.

Tubuhnya yang lemah berusaha keras untuk berdiri, merapat dan menempel di jeruji, mata memicing mencoba mengenali sosok yang datang.

Seorang pria muda berjalan memasuki ruangan dengan wajah yang dingin. Hi Shin langsung mengenali orang yang datang tersebut, dia adalah Luo Wei, orang yang selalu menindasnya.

Lou Wei berdiri di depan sel, ia menatap sinis pada Hi Shin.

Hi Shin balik menatap pemuda yang ada di depannya, dalam ingatannya tergambar jelas jika tuan muda di depannya itulah yang sebelumnya memukulinya dan memasukkannya ke dalam penjara Klan.

“Sudah kukatakan berulang kali padamu, jauhi Chen Xia! Tapi tetap saja kau mengacuhkan peringatanku, karena itu terimalah resikonya!” ucap Luo Wei dengan nada penuh hinaan.

Luo Wei kembali berkata, "Aku telah melaporkanmu pada ayahku. Apa kau tahu apa yang aku laporkan? Aku menuduhmu mencuri koin emas milikku!”

" Dengan sedikit pengaturan, aku telah menyuruh seseorang meletakan kantong koinku di tempat tinggalmu, dan disana telah digeledah dan tentu saja orang -orang yang memeriksa kediamanmu akan dengan mudah menemukan kantong emas milikku itu di bawah tempat tidurmu. Atas dasar itu, telah diputuskan bahwa kau akan dihukum berat karena mencuri dariku!”

“Kau akan dihukum lima puluh kali pukulan dengan tongkat, jika itu dilakukan dalam keadaanmu yang sekarang maka jelas kau akan mati karenanya!” Jelasnya dengan penuh keangkuhan.

Hi Shin tersenyum kecil, ia benar benar tak percaya jika Luo Wei bertindak sejauh itu padanya.

“Ternyata kau hanyalah seorang pengecut, pantas saja Chen Xia menjauhimu, kebodohan dirimu benar-benar sudah tidak tertolong dengan melakukan tindakan ini!” seru Hi Shin dengan nada mengejek.

Luo Wei terdiam, matanya memerah, ia menatap Hi Shin dengan sorot mata penuh kemarahan. Tentu saja ia bersikap seperti itu karena pemuda kurus di depannya berani menghina dirinya habis-habisan.

Lou Wei mendekat ke jeruji, satu tangannya berusaha meraih pakaian Hi Shin untuk menangkapnya. Namun, pergerakannya terhenti karena suara langkah kaki mendekat ke arah mereka.

Hi Shin dan Luo Wei menoleh ke arah sumber suara, tampak seorang gadis cantik sedang berjalan mendekat ke arah mereka berdua.

Segera Luo Wei menarik tangannya, ia kemudian merubah raut wajahnya menjadi lebih tenang dan berwibawa saat gadis tersebut berada di hadapannya.

“ Nona Chen Xia, ada gerangan apa kau kemari?” tanya Luo Wei dengan lembut.

Chen Xia menatap Luo Wei lalu berganti menatap Hi Shin, setelah beberapa saat ia angkat bicara. “Aku ingin bertanya langsung padanya tentang apa yang terjadi, benarkah kau telah mencuri dari Tuan Muda Luo Wei?” tanyanya serius.

“Tidak, aku tidak melakukannya!” jawab Hi Shin tegas.

Dengan tenang Luo Wei berkata, “ Nona Xia, tidak ada pencuri yang mau mengakui kejahatannya, jika semua pencuri bertindak seperti itu maka penjara ini pastilah penuh sesak!”

“Yang kau lihat dari budak ini hanyalah permukaannya saja, padahal dia memiliki hati yang hitam, ia manipulatif sehingga membuat orang lain mengasihaninya!”

“Lihatlah goresan di tembok penjara itu, itu adalah bukti berapa kali ia masuk ke tempat ini, itu juga yang menjadi saksi bisu jika ia tidak pernah jera dan busuk hatinya!” seru Luo Wei dengan penuh keyakinan.

“Apa! Jadi ia sudah sering masuk ke sini?” ujar Chen Xia tak percaya.

Ia kemudian menatap Hi Shin, tampak sorot matanya berubah dari yang tadinya kasihan menjadi tatapan jijik saat melihatnya.

“ Kenapa kau tidak pernah menceritakan ini padaku?” tanya Chen Xia serius.

“Ini bukanlah hal yang harus diceritakan, lagi pula sudah kukatakan jika aku tidak melakukan apa yang dikatakannya!” jawab Hi Shin tegas.

“Kenapa nada suaramu meninggi? Ada apa denganmu? Sepertinya memang benar kau seorang pencuri, karena ketahuan makanya kau bersikap seperti ini padaku!”

“Aku benar - benar sudah salah menilaimu!” seru Chen Xia dengan datar.

“Terserah apa katamu, dan terserah juga kau berpikir seperti apa, yang penting aku sudah mengatakan yang sesungguhnya!”

Hi Shin lanjut berkata, “ Bukankah sikap seseorang bisa berubah dan wajar jika sikapku berubah karena situasi dan penindasan yang terjadi padaku!” jelas Hi Shin penuh penekanan.

“Lagipula, dengan kau berkata seperti ini telah menunjukan jika pertemanan dan kepercayaanmu padaku hanya sebatas itu saja!” ujar Hi Shin dengan datar.

Chen Xia meradang, tanpa banyak bicara lagi ia langsung berbalik pergi dan meninggalkan mereka berdua.

Dari sikapnya jelas sekali ia kesal dengan kata kata yang Hi Shin ungkapkan.

Luo Wei tersenyum lebar setelah melihat kejadian itu, ia menoleh pada Hi Shin dan berkata dengan angkuh padanya.

“ Congkak sekali sikapmu, tapi dengan ini benar - benar memberikan keuntungan padaku!”

“Aku sangat menantikan hukumanmu malam ini, dengan begitu kau akan mati dipukuli!” seru Luo Wei dengan penuh kemenangan.

Gegas ia pergi menyusul Chen Xia, Ho Shin yang melihat hal itu hanya tersenyum tipis sambil menatap kepergian mereka berdua.

Ya, Hi Shin tahu jika masuknya dirinya ke tubuh budak tersebut telah membuat perubahan pula pada jalan hidupnya.

Termasuk kejadian saat ini yang seharusnya tidak seperti yang dialaminya sekarang.

“Yang kualami saat ini memang menentang hukum alam, tapi semua telah terjadi. Yang bisa kulakukan saat ini adalah menjalani takdirku saat ini.”

“Dengan bekal ingatanku saat ini maka aku bisa memulainya lebih awal.” batinnya penuh keyakinan.

Setelahnya Hi Shin mulai berpikir dengan cepat, tentunya yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana menghindari kematian.

“Aku baru hidup kembali, tentu saja aku tak boleh mati kembali dan menyia-nyiakan kesempatan ini!”

“Selain itu, aku harus membalaskan dendamku, pastinya langit memberikan kesempatan kedua untuk itu!” batinnya penuh tekad.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel