7. RATU BIKIN EMOSI KENZO
Pintu terdengar diketuk dari luar. "Bos, Bos Ken!"
Kenzo melihat ke arah pintu dengan wajah kesal. "Mengganggu saja, tidak tahu apa aku ingin istirahat!"
Terdengar lagi bunyi ketukan. "Bos, ini Jhon! Apa Bos tidur?"
Kenzo tidak menjawab dan juga tidak berniat membukakan pintu, hanya diam telentang menatap langit-langit kamar. "Bodo amat!"
Karena Kenzo tidak kunjung membukakan pintu, suara ketukan berhenti. Suasana sepi dan dingin kembali dirasakan Kenzo sehingga membuatnya mengantuk dan membawanya ke alam mimpi.
Sementara itu Jhon yang telah pergi meninggalkan pintu, kembali bergabung dengan teman-temannya.
"Sudah kembali lagi?" tanya pria dengan tubuh besar serta rambut yang dikuncir.
"Bos Ken sepertinya sedang tidur," jawab Jhon langsung duduk.
"Tadi minta kita cepat-cepat mencari keberadaan Mr. Willy. Sekarang malah tidur."
"Namanya juga Bos, bebas mau berbuat apapun juga," jawab Jhon.
"Benar juga, orang yang banyak uang bebas mau melakukan apapun juga."
"Kita hanya kacung, diam saja. Yang penting gajian lancar buat anak istri di rumah. Benar tidak Karim?" tanya Jhon pada temannya yang tubuhnya jauh lebih kecil.
"Benar, yang penting gajian lancar, tapi kalian tahu tidak? Terkadang aku takut dengan pekerjaan kita ini," jawab Karim.
"Takut kenapa?" tanya Jhon.
"Pekerjaan kita ini berbahaya, setiap kita mendapat tugas pasti tidak jauh dari senjata api. Aku punya dua orang anak yang masih sangat kecil," jawab Karim. "Dan kamu juga Bram, bukankah sama denganku punya dua anak kecil?"
Orang yang rambutnya dikuncir menjawab. "Benar, anakku malahan ada tiga. Baru sebulan yang lalu istriku melahirkan."
"Sebenarnya sudah lama aku berencana ingin ke luar dari pekerjaan ini, tapi belum mendapatkan pekerjaan yang lain," tutur Karim.
"Jaman sekarang mencari pekerjaan sangat sulit. Begini-begini aku juga sarjana, tapi tidak beruntung dapat pekerjaan dikantoran," ucap Jhon.
"O ya, kamu sarjana?" tanya Karim.
"Yes. Aku seorang arsitek, tapi rejeki tidak berpihak padaku. Cita-citaku ingin membuat gedung-gedung yang indah dengan karyaku, tapi nyatanya aku malah berburu orang. He-he-he," Jhon tertawa getir.
"Pantas kamu sering diajak Bos Ken untuk mengikuti tender ternyata kamu ada otaknya juga," puji Karim.
Selagi mereka bertiga asik mengobrol, terdengar dari arah belakang suara Bos Ken. "Siapa yang ada otak?"
Serempak Jhon, Karim dan Bram langsung membalikkan badan. "Bos."
"Siapa yang ada otak?" Kenzo mengulang lagi pertanyaannya sambil melonggarkan dasi panjangnya.
"Kami hanya sedang mengobrol saja Bos," jawab Jhon.
Ken melihat Jhon. "Ada berita apa tentang si Willy?"
"Mr. Willy sudah terbang ke luar negeri Bos. Begitu menurut orang suruhanku. Dia mengambil penerbangan yang pertama," jawab Jhon.
"Sepertinya Mr. Willy sudah ketakutan duluan makanya dia kabur," sambung Bram.
Tangan Kenzo terkepal, wajahnya terlihat sangat kesal. "Brengsek! Sialan! Setelah mengancamku, sekarang si bajingan itu kabur! Dasar pengecut!"
"Apa kita susul saja Bos lalu kita seret ke sini?" tanya Jhon.
Kenzo terdiam beberapa detik memikirkan usul Jhon. "Tidak usah! Biar si bajingan itu pulang sendiri. Minggu ini kita banyak pekerjaan, bukan hanya mengurus si brengsek itu saja."
"Iya Bos," jawab ketiganya serempak.
Kenzo langsung pergi meninggalkan mereka bertiga menuju ke ruang kerjanya untuk menyimpan map coklat yang sedang dipegangnya.
Ruang kerja yang tidak begitu besar, tapi terlihat nyaman dengan kaca yang cukup besar menghadap taman yang penuh dengan bunga berwarna warni. Kenzo langsung menyimpan mapnya ke dalam brankas. "Aman di sini."
Setelah selesai, Kenzo langsung duduk menghadap kaca yang melihat langsung ke arah taman. Tangannya merogoh ponsel yang ada di saku celana panjangnya. "Aku rindu gadis itu."
Kenzo :
"Hallo."
Ratu :
"Hallo. Apa?"
Kenzo :
"Mana ada pacarnya telepon langsung ditanya apa?"
Ratu :
"Kamu bukan pacarku!"
Kenzo :
"Dasar singa betina!"
Ratu :
"Ada apa?"
Kenzo :
"Memangnya tidak boleh aku telepon?"
Ratu :
"Tidak! Kamu menggangguku!"
Kenzo :
"Aku rindu padamu."
Ratu :
"Tapi aku tidak rindu padamu."
Kenzo :
"Kamu akan menyesal mengatakan itu."
Ratu :
"Tidak akan ada penyesalan karena aku memang tidak menyukaimu."
Kenzo :
"Benar kamu tidak menyukaiku?"
Ratu :
"Iya, aku tidak menyukaimu karena kamu egois, selalu memaksakan kehendak padaku. Apapun harus mengikuti apa maumu. Aku tidak suka itu!"
Kenzo :
"Ha-ha-ha. Menghadapi gadis keras kepala seperti kamu memang harus seperti itu. Dan untuk menjadi istri seorang Kenzo memang harus seperti singa betina, jangan lemah apalagi cengeng."
Ratu :
"Istri? Hello Tuan Kenzo. Siapa yang mau jadi istrimu? Jangan ngingau ditengah hari bolong."
Kenzo :
"Aku tidak ngigau! Kamu memang calon istriku karena kamu kekasihku!"
Ratu :
"Becanda kamu tidak lucu! Lebih baik aku tutup teleponnya!"
Kenzo langsung melihat layar ponselnya karena sambungan teleponnya terputus. "Ditutup? Dasar singa betina, darah tinggi, tapi aku menyukainya. He-he-he."
Kenzo terkekeh sendiri menatap layar ponselnya. "Apa aku datangi saja kerumahnya dan menculiknya ke sini? Aku sangat merindukannya."
Setelah beberapa menit duduk melihat taman dari ruang kerjanya, Kenzo langsung pergi ke luar untuk mencari anak buahnya. "Jhon!"
Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara pantulan suaranya sendiri yang menggema.
"Jhon!" Teriak Kenzo lebih keras. "Jhon!"
Tidak lama datang Bram dengan terburu-buru mendekati Kenzo. "Jhon sedang di belakang Bos."
"Sedang apa di belakang?"
"Sedang mengobrol dengan yang lain. Biar saya panggilkan Bos." Bram bergegas pergi meninggalkan Kenzo.
"Bram tunggu!" teriak Kenzo.
Bram menghentikan langkahnya, membalikkan badan dan mendekati Kenzo lagi. "Iya Bos."
"Sekalian siapkan mobil, kita akan pergi ke rumah calon istriku."
"Iya, Bos. Saya juga ikut?" tanya Bram.
"Memangnya kamu kerja di sini untuk apa?" tanya Kenzo.
"Iya Bos, maaf. He-he-he," jawab Bram garuk-garuk kepala tidak gatal.
"Sudah pergi sana, panggil si Jhon dan siapkan mobilnya!"
Bram tanpa membuang waktu langsung pergi meninggalkan Kenzo.
Senyum Kenzo mengembang, pikirannya teringat akan wajah Ratu yang sebentar lagi akan ditemuinya. "Tunggu aku singa betinaku."
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Kenzo untuk datang ke rumah Ratu. Dalam hitungan setengah jam, mobilnya sudah berada di depan pintu pagar rumah yang terlihat sangat sederhana.
"Rumahnya sepi Bos," ucap Jhon melihat ke arah rumah sederhana bercat putih.
"Sepertinya tidak ada orang di rumahnya," sambung Bram.
Kenzo mengambil ponselnya. "Aku telepon dulu gadis itu, ada di mana dia?"
Ratu :
"Hallo. Ada apa lagi? Apa kamu tidak bosan menggangguku terus menerus?"
Kenzo :
"Di mana kamu?"
Ratu :
"Bukan urusanmu!"
Kenzo :
"Katakan di mana kamu! Atau aku akan meminta anak buahku untuk menghancurkan rumahmu!"
Ratu :
"Dasar gila! Awas kamu! Berani menghancurkan rumahku, akan aku bom mansion indahmu itu!"
Kenzo :
"Cepat katakan, di mana kamu sekarang?"
Ratu :
"Bukan urusanmu!"
Kenzo :
"Ratu Elyna. Cepat katakan, di mana kamu sekarang? Jangan menguji kesabaranku!"
Ratu :
"Aku ada di rumah temanku!"
Kenzo :
"Teman? Teman siapa? Laki atau perempuan?"
Ratu :
"Laki atau perempuan bukan urusanmu!"
Kenzo :
"Cepat katakan ...."
Kalimat Kenzo terhenti karena mendengar teleponnya diputus. "Sialan, singa betina itu memutuskan teleponnya."
