Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 1: SEANDAINYA TIDAK SENDIRIAN

PROLOG

Steffi selalu mendapatkan semua laki-laki yang ia inginkan, sekedar untuk menemani kesendiriannya, jika sudah bosan, ia langsung memutuskan hubungannya begitu saja. Dengan segudang prestasi buruk yang ia miliki membuat namanya cukup fenomenal bahkan di hari pertama ia masuk ke Global University.

Hal yang berbeda Steffi temukan pada diri seorang Dewa Merapi, laki-laki dingin, galak, dan cuek yang menyimpan rahasia itu membuat Steffi merasa sangat menginginkannya lebih dari apapun, sekuat apapun Steffi berusaha maka dengan mudahnya Dewa dapat menolak, bahkan seringkali Steffi menerima perlakuan yang kurang baik dari Dewa.

“Siang semua, siang calon pacar. Kok makanannya belum dimakan? Gue udah capek-capek buat sendiri loh.” Steffi segera duduk disamping Dewa, membuat cowok itu kesal.

“Kayaknya lo mesti lebih rapih sih, nama restorannya lupa lo coret dibagian samping.” Tatapan Dewa membuat Steffi ciut, ia langsung salah tingkah.

“Besok-besok gue masakin deh, tadi buru-buru.” Ucap Steffi.

“Gak perlu, nih lo bawa lagi aja karena gue udah makan.”

“Ih kok gitu? Kemarin aja pas nganterin pulang baik banget, gak kayak gini?” tanay Steffi menunjukan wajah sedih sementara Angga dan Radit menatap curiga.

“Lo bawa ini pergi sebelum gue berbuat hal yang pastinya lo gak mau lihat.”

“Emang apa?” tanya Steffi menantang, kemudian Dewa bangkit berdiri dan menggebrak meja.

“Yang pertama, gue bantuin lo kemarin karena kasihan, akal lo terlalu pendek sampai gak bisa mikir hal yang baik. Yang kedua, gue gak mau makan ini.” Dewa menepis makanan itu sehingga hampir tumpah seluruh isinya.

“Dan yang terakhir, jangan pernah panggil gue calon pacar lo! Pergi!” teriak Dewa menggemparkan kantin. Hal itu tentu saja membuat Steffi bergetar, ia bahkan menggenggam tangannya kuat-kuat, terakhir kali ia diperlakukan seperti ini oleh Aldo, dan itu sudah lama sekali.

“Pergi sekarang juga…!” teriak Dewa lagi, membuat Steffi tersadar, ia tidak boleh menangis, tidak boleh terlihat lemah dihadapan semua orang atau dia akan di kasihani. Dengan cepat Steffi berlari, ia akan pergi kemanapun, dimana orang tidak bisa melihat bahwa saat ini Steffi sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja.

Bukan Steffi namanya kalau ia menyerah, ia terus berjuang sampai perlahan Dewa mulai melirik keberadaannya. Lewat kejadian-kejadian yang mempertemukan mereka, perlahan membuat keduanya mulai merasakan adanya rasa yang berbeda, rasa ingin selalu bersama.

“Stef, dengerin gue baik-baik ya, gue gak akan pernah ulangin kalimat ini, kalau bisa lo catet baik-baik dalam memori otak lo.” Dewa menatap gadis disampingnya ini.

“Asik, lo mau nembak gue ya?” tanya Steffi antusias, kemudian Dewa menggeleng membuat Steffi lesu.

“Lo harus selalu dalam pandangan gue, selama dalam pandangan dan pengawasan gue, gue janji akan memastikan lo aman dan selamat.” Ucapan Dewa yang tegas dan memberikan penekanan di beberapa kata membuat Steffi tertegun. Dewa sudah memutuskannya dan sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan selalu menjaga Steffi dari jarak yang aman, tanpa gadis itu atau siapapun sadari, apapun risiko yang harus Dewa tanggung, ia akan tetap bertanggung jawab untuk tidak mengingkari janjinya itu.

*******

Langkah kedua remaja ini begitu berat, seperti tak ingin berpisah namun hal itu tidak bisa. “Vin, lo serius mau ke luar negeri dan ninggalin gue? Gak cukup apa Aldo ninggalin gue dan memilih Agatha?” tangisan Steffi membuat Kevin begitu berat meninggalkan sahabat sekaligus cinta pertamanya.

“Sorry Stef, gue gak bisa terus-terusan disini, gue gak punya alasan untuk terus disini, lagian gue juga harus kuliah yang bener buat bantu usaha bokap. Kalo gue kuliah di Indo yang ada kerjaan gue bolos terus sama lo.” Kevin terkekeh mengacak rambut Steffi.

“Gue gak bisa dijadiin alasan ya?”

“Emang lo pacar gue?”

“Ya bukan sih,”

“Lo aja masih belum bisa move on dari Aldo yang udah bahagia sama Agatha.”

“Kampret lo! Itu menghina apa gimana?”

“Kayaknya sih iya, udah ah, lo cengeng banget sih, gak kayak yang gue kenal, yang judes, galak, sangar, liar, dan tangguh.” Kevin mengusap sisa air mata Steffi.

“Lo janji bakal balik ke Indonesia lagi kan?”

“Iya, kalo gue udah lulus, udah dapet cewek bule, terus nikah, nanti undangannya gue kirim ke lo.” Kevin menyentuh hidung Steffi.

“Belagu banget sih lo! Nyesel gue baikan sama lo! Udah ah sana pergi, gue tendang nih!” seru Steffi.

“Nah ini baru Steffi yang gue kenal, nyeremin! Hahaha…” Kevin langsung menghindar.

Sebentar lagi keberangkatan Kevin, mereka berdua hanya terdiam, persahabatan di masa SMP dulu akan selalu menjadi kenangan manis sebelum hadirnya cinta yang merusak hubungan Steffi, Aldo, dan Kevin.

“Vin, mungkin lo bener, emang udah saatnya ya gue gak nyusahin lo sama Aldo lagi, kalian berhak hidup bahagia dengan pasangan kalian masing-masing, bukan terus-terusan ngejagain dan temenin cewek yang sifatnya buruk kayak gue.”

“Kapan gue ngomong gitu?”

“Gue simpulin sendiri, gue udah nyusahin kalian.”

“Enggak! Kalo sahabat gak ada yang nyusahin, ya paling ngeribetin aja.”

“Lo nih, gue serius juga, udah mau scene sedih juga!” ketus Steffi, dari dulu Kevin dan Aldo memang menyebalkan.

“Udah lo jangan mikir macem-macem, percaya sama gue, lo juga bakal dapetin cowok yang tepat buat lo, gue gak bilang baik sih, tapi ya setidaknya dia bisa jadi pelengkap dan pendamping lo.”

“Lo bener-bener rese ya Vin!” Steffi memukul lengan Kevin.

“Gue pasti kangen teriakan lo kalo lagi marah, kangen lo kalo lagi cemberut karena gak dapet apa yang lo mau, tapi gue gak pernah kangen sih sama lo yang jahat dan suka bully adik kelas.”

“Vin buru-buru pergi deh lo! Muak gue.” Kevin justru tertawa

“Iya-iya bawel, gue pergi, jangan kangen lo! Jangan juga nelepon ngerengek-ngerengek cuman buat nemenin nonton di bioskop karena geng lo gak pada bisa!”

“Lo gak ikhlas ya? Udahlah lo gue pecat jadi sahabat!”

“Uang pesangonnya mana?”

“Bener-bener lo!” Steffi sudah bersiap mengepalkan tangan dan meninju wajah Kevin, tapi laki-laki itu justru mengecup puncak kepalanya.

“Bye Steffi, gue akan selalu merindukan lo, sahabat kesayangan gue.” Ucap Kevin, setelah itu ia mengelus pipi Steffi, dan melangkah pergi, Steffi masih mematung, kemudian mereka berdua melambaikan tangan.

Ya bagi banyak orang Steffi adalah bad girl dengan segudang prestasi memalukan dan menyebalkan, tapi ada satu sisi yang hanya diketahui oleh Kevin dan Aldo sebagai sahabat, Steffi rapuh.

Elsa, adik Steffi yang mengidap asma akut dari kecil membuat seluruh perhatian orang tua Steffi tersita, mereka bahkan harus tinggal di luar negeri selama kurang lebih 2 tahun, meninggalkan Steffi bersama om dan tantenya. Steffi tidak pernah membenci Elsa, ia bahkan sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya itu, hanya saja, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua telah membuat Steffi kehilangan akal, ia menjelma menjadi gadis yang erat pergaulannya dengan hal-hal buruk seperti melawan guru, clubbing, membully teman, bolos, dan tentu saja sikapnya sangat angkuh dan jahat. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia hanyalah kerapuhan yang ditutupi dengan sandiwara gadis kuat yang selalu ia perankan.

Ada lubang besar yang tak pernah terisi oleh kasih sayang siapapun, ada luka menganga dihatinya, walau dulu sempat sedikit terobati dengan kehadiran Aldo yang selalu menjadi dewa penyelamatnya, selalu menjadi benteng perlindungannya, nyatanya janji itu bisa diingkari, bukan? Aldo memilih Agatha dibanding dirinya, sekuat apapun ia berusaha memisahkan mereka, Steffi akan selalu kalah, dan ia tidak suka ada di posisi yang harus dikasihani, sudah cukup masa-masa kesedihan itu, masa dimana dulu saat SMP dia di bully karena bentuk tubuhnya yang terlalu berisi dan kulitnya yang tidak terlalu putih, dengan kacamata kotak. Kali ini ia harus bangkit berdiri sendiri, sudah tidak ada Kevin dan Aldo lagi, dia harus bisa menemukan laki-laki lain, bukan untuk menjadi kekasih sungguhannya, namun pengisi kebosanannya saja, ia tidak suka sendirian, terlebih dihina dengan predikat jomblo yang merendahkan harga dirinya itu.

3 bulan lagi, ia akan resmi menjadi mahasiswi, disitulah semua awal baru akan dimulai, sudah saatnya Steffi kembali dengan gayanya yang super power, mengerikan, kejam, licik, dan ambisius. Ia tak sabar menantikan, kekacauan apa yang bisa ia buat dengan para senior, dosen, teman seangkatan, dan pastinya ia akan mencari pria-pria yang dapat menjadi incarannya, untuk ia pacari lalu ia tinggal begitu saja, sama seperti yang pernah ia lakukan sebelum-sebelumnya. Biarlah itu menjadi ajang pembalasan dendam karena sampai detik ini, tak ada yang mencintainya dengan tulus, tidak kedua orang tuanya, tidak juga kedua laki-laki yang dulu Steffi banggakan, Aldo dan Kevin, tidak ada. Hanya Steffi dan dirinya sendiri yang harus menjalani takdir buruk ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel