Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 4 Rencana Perjodohan

"Ya, Tuan. Makanya saya takut untuk jujur," sahut Leon dengan wajah semakin cemas.

"Apakah kamu tidak tergiur dengan gaji yang berlipat ganda dari saya?" tanya Tuan Theo lagi.

"Bagaimana jika saya tambah lagi kelipatannya?" tawarnya lagi.

"Sudah deh, Pi. Kita cari informasi dari orang kantor lainnya. Sepertinya Leon sudah kebanyakan uang. Jadi dia tidak membutuhkannya lagi." sindir Nyonya Neira.

"Oh itu ide cemerlang juga, Mi!" sahut suaminya.

Namun siapa sangka naluri miskin Leon meronta-ronta saat ini, mendengar besaran gaji yang ditawarkan oleh Tuan Theo kepadanya. Dia dengan cepat menjawab,

"Baiklah, Tuan. Saya akan jujur tentang semuanya kepada Tuan, Nyonya. Tolong jangan cari informasi dari orang lain lagi." ucapnya tiba-tiba.

"Baiklah, setuju! Gaji kamu mulai bulan ini, akan naik! Kamu tidak perlu khawatir lagi."

"Te ... terima kasih, Tuan." jawabnya gugup.

"Cepat katakan semuanya! Apa yang kamu ketahui tentang rencana Peter." tegas Tuan Theo.

"Saya akan jujur tentang semuanya. Ta-pi, bisa tidak Tuan dan Nyonya merahasiakan jika informasinya dari saya?" Ternyata nyali Leon masih menciut juga. Dia sangat takut dengan ancaman Peter kepadanya.

"Kamu tenang saja. Kami tidak akan melibatkan mu. Cepat katakan, apa yang kamu ketahui tentang Peter." seru Nyonya Neira.

"Tuan Peter akan melakukan hipnoterapi. Agar dia tidak tertarik lagi dengan wanita. Tuan Peter secara bertahap akan merasakan mati rasa kepada setiap perempuan. Sehingga dia akan betah melajang seumur hidupnya," tutur Leon panjang lebar.

"Apa?" Kedua orang tua Peter sangat terkejut mendengar penuturan Leon.

"Papi, bagaimana ini? Apakah yang harus kita lakukan untuk menghentikan niat Peter itu?" isak Nyonya Neira membayangkan hari-hari tuanya tanpa kehadiran cucu dari anak lelaki satu-satunya itu.

Tiba-tiba, ponsel Leon berdering dan itu berasal dari Peter.

"Tuan, Nyonya, sepertinya saya harus kembali ke kantor. Tuan peter menelepon saya dari tadi," ujarnya.

"Baiklah, kamu bisa kembali ke kantor. Tapi ingat! Kamu harus melaporkan semua kegiatan Peter di luar kantor." titahnya Tuan Theo.

"Baik Tuan, saya permisi dulu." Lalu Leon pun kembali ke kantor.

"Papi, jawab pertanyaanku! Bagaimana cara kita menggagalkan rencana Peter, Pi?" Air mata Nyonya Neira masih saja mengalir mengingat anaknya Peter yang trauma menjalin hubungan dengan perempuan.

"Jalan satu-satunya saat ini, kita harus menikahkannya dengan segera," ucap Tuan Teo.

"Maksud Papi, apa?"

"Kita harus secepatnya menikahkan Peter dengan seorang gadis!" seru Tuan Theo lagi.

"Tapi, siapa wanita itu, Papi?"

"Papi juga tidak tahu, coba Mami ingat-ingat dulu. Siapa tahu ada anak teman sosialita Mami yang memiliki anak gadis yang siap untuk dinikahkan," tutur suaminya

Nyonya Neira mulai berpikir dan mengingat-ingat siapa temannya yang memilik anak gadis. Dia lalu ingat anak Jeng Dira bernama Farah.

"Papi! Mami punya kandidat kuat menjadi calon istri putra kita," ucap Mami Neira senang.

"Siapa, Mi?" Tuan Theo menjadi penasaran.

"Namanya Farah, Pi. Anaknya Jeng Dira," tukas Nyonya Dira.

"Apa? Farah yang bapaknya bernama Zack? Yang itu maksud kamu?" tanya Tuan Theo tidak suka.

"Iya, Pi. Sebentar lagi katanya Farah akan wisuda. Bagaimana jika kita jodohkan putra kita dengan Farah saja?"

"Tidak, Mi! Papi tidak setuju!"

"Papi ... kok Papi tidak setuju sih? Bukannya Tuan Zack itu teman Papi saat kuliah dulu?"

"Yap memang, Zack adalah teman kuliah Papi dulu. Tapi Papi kurang suka sifatnya. Orangnya tukang pamer dan sok tahu, Mami! Pokoknya Papi tidak setuju!" cecarnya lagi.

"Terus apakah Papi mau jika Peter melakukan hal nekat itu? Siapa yang akan menjadi penerus keluarga kita, Papi? Tolong pikirkan itu," sergah Nyonya Neira.

"Kita cari perempuan lain lah! Memangnya hanya anak Si Zack itu, satu-satunya perempuan di dunia ini?" tutur Tuan Theo kepada istrinya.

"Oh begitu? Ya sudah Papi coba cari perempuan lain yang mau menikah dengan anak kita Peter," ujarnya lalu meninggalkan ruang keluarga.

"Kamu mau ke mana, Mi?" tanyanya kepada sang istri

"Aku mau ke kamar!"

"Ya sudah, Papi juga ikut masuk kamar." Tuan Theo siap-siap hendak masuk. Namun tiba-tiba Nyonya Neira menutup pintu kamar dari dalam dan tak lupa menguncinya juga.

"Lho, Mami! Kok pintu kamarnya, Mami tutup sih?" kesalnya, kepada sang istri.

"Papi dilarang masuk! Sampai Papi menemukan perempuan yang cocok untuk Peter yang sama cantik dan cerdasnya dengan Farah. Keputusan Mami sudah bulat! Mami Akan menjodohkan Peter dan Farah!" teriak Nyonya Neira dari balik pintu kamar.

"Mami, kita bisa membicarakannya baik-baik. Kita pasti akan mendapatkan calon istri untuk Peter selain anaknya Si Zack itu! Jadi tolong Mami buka pintunya!" seru Tuan Theo memelas kepada istrinya.

Namun tidak ada sahutan lagi dari Nyonya Neira.

"Alamat nggak dapat jatah lagi nih gue!" gumamnya Tuan Theo dalam hatinya.

Dia pun melangkah gontai menuju ke dalam kamar tamu dan beristirahat di sana.

Lali Ponselnya tiba-tiba berdering tanda ada pesan masuk.

Ternyata dari istrinya. Tuan Theo lalu membuka pesan itu, "

Mami Neira : "Papi! Tolong rahasiakan kepada Peter, jika kita akan menjodohkannya dengan seorang gadis." Demikian isi pesan dari Nyonya Neira.

Tuan Theo mencoba kembali menghubungi istrinya. Namun sayangnya ponsel Nyonya Neira sudah tidak dapat dihubungi.

"Pokoknya, aku tidak akan Sudi berbesan dengan Si Zack itu!"

Dengan penuh rasa kesal. Tuan Theo mulai menghubungi teman-temannya dan menanyakan jika mereka memiliki anak perempuan untuk dijodohkan kepada Peter.

Sementara di dalam kamar, Nyonya Neira sedang bertukar suara dengan ibu mertuanya yang berada di luar negeri. Dia menceritakan semua yang akan dilakukan oleh Peter.

Oma Tania :

"Ini tidak bisa dibiarkan, Neira! Bisa-bisa keturunan Opa akan berhenti di tangan suamimu."

Mami Neira :

"Iya, Oma. Makanya aku langsung menghubungi Oma."

Tak lupa juga Mami Neira menceritakan jika gadis yang akan dijodohkan kepada Peter adalah Farah Prins. Anak dari salah seorang temannya.

Oma Tania :

"Baiklah, jika begitu keadaannya. Oma dan Opa akan ke Jakarta seminggu lagi. Kami juga sudah lama tidak liburan di Indonesia. Oma dan Opa sangat merindukan kampung halaman."

Mami Neira :

"Tapi, Oma. Mas Theo kurang setuju jika Peter dijodohkan dengan Farah."

Oma Tania. :

"Lho kenapa?"

Tanya ibu mertuanya, penasaran. Lalu Nyonya Tania pun menceritakan perihal ketidaksukaan suaminya kepada Farah.

Oma Tania :

"Nanti setelah sampai di Jakarta. Oma dan Opa akan bicara kepada suamimu. Kamu tenang saja dulu."

Setelah menelpon ibu mertuanya. Tiba saatnya, Nyonya Neira menelepon Nyonya Dira sahabatnya, untuk memastikan jika Farah benar-benar masih sendiri dan tidak memiliki pacar saat ini.

Nyonya Dira :

"Halo, Jeng. Ada apa ini Anda menelepon saya?"

Nyonya Neira :

"Begini lho, Jeng. Ini mengenai pembicaraan kita tadi di salon. Aku dan Suami ingin menjadikan Farah sebagai calon istrinya Peter. Kebetulan Peter juga sedang sendiri dan belum memiliki pasangan. Sepertinya mereka berdua cocok jika kita jodohkan jeng."

Nyonya Dira sangat kaget, karena Nyonya Neira yang to the point ingin melamar Farah untuk putranya.

Diam-diam dia merasa tersanjung. Siapa yang tidak mengenal Peter Jacob, pria yang sangat tampan, CEO muda dan berbakat, impian setiap wanita.

Nyonya Dira :

"Oh ya? Wah ... jujur saja, Jeng. Saya merasa sangat tersanjung, Jeng! Saya setuju banget jika Peter dan Farah, kita jodohkan."

Nyonya Neira :

"Terima kasih, Jeng. Mungin minggu depan Keluarga Jacob akan berkunjung ke rumah untuk bertemu Farah ya, Jeng? Sekedar perkenalan saja."

Nyonya Dira :

"Iya, Jeng. Dengan senang hati Keluarga Prins akan menunggu dan menyambut kedatangan Keluarga Jacob."

Setelah keduanya mendapatkan kata sepakat. Mereka pun mengakhiri panggilan itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel