Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Pohon Mummy dan Rahasia di Dalamnya

Bab 5 Pohon Mummy dan Rahasia di Dalamnya

Selamat datang. Jangan takut, ini markas kalian!!

Kata-kata itu sepertinya masih menggantung di ingatan Save, Maia dan Nort. Mereka tidak mungkin melupakan kejadian yang cukup menegangkan tersebut. Bagaimana tidak, ketika mereka mendengarnya, matanya tidak mampu menangkap sosok siapa pun di sana, bahkan setelah suara tersebut menghilang. Save dan Nort hanya menangkap sesosok yang terbuat dari angin, menyerupai lelaki yang tinggi besar dan kedua tangannya lurus ke depan, ke arah mereka. Sesosok tersebut kemudian menghilang seiring dengan hilangnya suara yang mereka dengar. Lalu setelah itu, kosong. Hanya gelap mencekam yang tersisa.

Sama seperti saat ini, lilin-lilin yang sudah dinyalakan tiba-tiba mati tanpa sebab. Save berjongkok di ujung anak tangga, dia menutup kedua telinganya menggunakan tangan.

“Kamu kenapa Save? Ada apa?” Nort berjongkok di hadapan Save.

“Apa kalian tidak mendengar suara tawa yang mengerikan ini?” kata Save dengan terbata-bata.

“Suara apa? Jangan membuat kami semakin ketakutan. Saya hanya mendengar seperti ada yang bersiul. Nort, apa kamu mendengar yang dimaksud Save?” Mata Maia membelalak. Dia terduduk di anak tangga yang paling bawah.

“Saya hanya mendengar suara orang bersiul, lalu lilin-lilin mati seperti terhempas angin yang kencang.” Nort membenahi posisinya dan ikut duduk di samping Maia.

“Lalu, apa kita pulang saja? Sebenarnya saya masih penasaran dengan tempat ini. Kita sudah menunggu selama seminggu untuk sampai di sini, karena hujan terus-menerus.” Maia melihat ke arah Save dan Nort.

“Tetapi Save sedang,…” Nort menghentikan kalimatnya ketika melihat Save melepaskan tangannya dari kedua telinganya. “Sudah lebih baik, Save?” lanjutnya.

“Boleh diceritakan apa yang sebenarnya kamu dengar, Save?” Maia membenahi posisi duduknya agar lebih dekat dengan Save.

“Suara tawa yang sangat keras dan suara itu seperti bukan suara manusia. Sangat jelas terdengar oleh telinga saya. Rasanya saya seperti terintimidasi meski sebatas suara.” Mendengar pernyataan Save tersebut, mereka bertiga saling pandang.

“Lalu?” ucap Maia.

“Saya juga penasaran apa yang ada di sini, mengapa pohon ini begitu dikeramatkan. Tetapi, beri saya waktu beberapa menit untuk menenangkan diri.” Save berdiri, lalu diikuti Maia dan Nort di belakangnya.

Save berjalan menuju salah satu meja, meja yang berbeda dari tempat duduk mereka semula. Maia kembali menyalakan lilin-lilin yang sempat mati. Sedangkan Nort, menyisir rak dan membaca satu persatu cover buku yang berada tak jauh dari tangga. Tidak ada yang aneh, sama seperti perpustakaan pada umumnya yang berisi buku-buku tentang keilmuan. Hanya saja lebih banyak jenisnya. Tetapi Nort tidak tertarik satu pun.

Nort merasa tidak puas dengan apa yang didapatkannya. Ia melihat ke meja Save. Tampaknya Save sudah lebih baik. Dia terlihat sedang menyisir pandangannya ke seluruh ruangan, melihat secara detail yang terukir di dinding-dinding pohon. Tertangkap di dalam netranya ukiran yang menggambarkan sosok serigala, hingga membuatnya mengingat kejadian di mana kudanya dimangsa oleh seekor serigala. Ukiran tersebut berada di bawah tangga, dengan bingkai logam yang berwarna merah bata. Penciumannya pun menangkap aroma yang sama seperti malam yang diingatnya tersebut.

Lalu Nort melihat ke arah Maia yang berdiri di depan pintu yang tertutup pintu besi. Nort melihat badan Maia sedikit gemetar dan sinar yang selalu mengelilingi tubuh Maia semakin membesar.

“Save, Maia, sepertinya kita sudahi untuk hari ini. Buku-buku di sini tidak cukup menyenangkan. Besok saja kita berangkat dari pagi. Saya ingin menjelajahi lantai-lantai yang lain.” Nort sedikit khawatir dengan keadaan dua temannya itu.

“Maia, apa kamu baik-baik saja?” Save mendengar ucapan Nort. Tetapi dia tidak menghiraukannya karena terkejut melihat Maia yang mematung di depan pintu dan dikelilingi sinar yang lebih besar dari biasanya.

Save mengetahui ada yang aneh, ia dengan cepat membopong Maia untuk keluar dari pohon Mummy. Nort mengikuti langkah Save, dan menutup pintu. Sekitar 100 meter mereka berjalan, tiba-tiba, plak!

“Apa yang kamu lakukan Save?” Maia menampar Save.

“Kamu mematung di depan pintu. Berhubung sudah waktunya kita pulang, jadi kamu dibopong oleh Save. Karena Save yang berada di dekatmu.” Nort mencoba meluruskan kejadiannya.

Save menurunkan tubuh Maia

“Syukurlah.” Ucap Save lirih sambil berlalu melanjutkan langkahnya. Save tidak menanggapi tamparan Maia dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Meski dia merasa sedikit lebih tenang karena Maia sudah kembali seperti semula.

“Hari ini kita pulang, besok jangan ada yang sampai terlambat.” Tanpa kata maaf, Maia melanjutkan langkahnya dan mendahului Save menuju ke gerbang. Lalu Maia memacu kudanya tanpa menunggu Save dan Nort.

“Kenapa bukan Nort yang membopongku tadi?” Maia menggerutu kesal. Keningnya ia kerutkan, dan matanya lebih tajam.

***

Hari ini mereka sudah siap dengan segala keperluannya. Rasa penasaran sepertinya tidak menghentikan mereka untuk datang ke pohon Mummy. Mereka sudah lupa tentang kejadian-kejadian aneh yang pernah mereka rasakan sebelumnya.

Nort, Save dan Maia sudah berada di lantai dua. Tidak ada apa-apa di lantai dua, selain rak buku di sisi kanan-kiri, dua meja persegi panjang dan beberapa kursi serta lilin-lilin yang berada di sudut ruangan dan tengah-tengah meja. Nort mulai menyisir satu per satu cover buku. Sekitar 2 jam, Nort sudah menemukan beberapa buku yang menarik untuknya. Save yang tidak terlalu tertarik dengan buku-buku, mencoba melihat dengan seksama ukiran-ukiran yang ada di setiap sudut pohon tersebut. Maia masih berjalan ke sana-sini, karena terlalu banyak yang ingin ia ketahui. Seperti medan magnet yang besar, Maia tiba-tiba melihat ke arah Nort yang cukup kesulitan membawa buku-bukunya. Namun ketika Maia berjalan ke arah Nort, Save sudah lebih dulu membantu membawa beberapa buku ke salah satu meja untuk.

“Kamu tidak penasaran dengan apapun yang ada di sini, Save?” Nort bertanya keheranan melihat temannya itu yang sedari tadi duduk dan terlihat tidak melakukan apapun.

“Penasaran. Saya hanya bingung mau mulai dari mana.” Save terkekeh di depan Nort.

Pada saat yang sama, Maia melihat satu buku di antara tumpukan buku yang berada di hadapan Nort. Buku tersebut berjudul The Secret of Forbidden Tree.

“Ada yang mau mendengar ceritaku tentang buku ini?” Maia menyelesaikan halaman buku tersebut dengan sekali baca. Mungkin sekitar 2,5 jam waktu yang dibutuhkan Maia.

“Buku apa yang kamu baca?” kata Save.

“Judulnya The Secret of Forbidden Tree. Sepertinya buku ini mengisahkan tentang pohon yang dikeramatkan ini.” Kalimat Maia tersebut membuat Save dan Nort memasang tampang siap.

“Pohon ini ditemukan oleh seorang Botany, lalu karena terlalu besar dan tidak juga rubuh pohon ini disihir oleh para peri yang memiliki ilmu hitam untuk menyembunyikan makhluk yang bernama Roscraste dan Pompila. Di dalam pohon ini juga dibuat jalan menuju ke Rumpleworth oleh para peri yang dibantu dengan warewolf. Pohon ini dipenuhi oleh buku-buku milik sang Botany yang sudah dikumpulkannya selama meneliti ke seluruh dunia. Di dalam buku ini juga dijelaskan bahwa manusia harus siap siaga, sebelum makhluk dunia bawah menyerang. Kita harus bisa menemukan cara untuk melawan para makhluk dunia bawah dengan semua fasilitas yang ada di pohon ini. Seperti dengan sihir, dengan kekuatan peri dan juga kekuatan warewolf. “ Maia mendekatkan diri ke Save dan Nort. Matanya menyorotkan bahwa ia sedang serius.

“Kamu percaya?” Save memundurkan badannya. Ia berusaha menghilangkan rasa gugup karena wajah Maia tepat di depan matanya.

“Menurut saya, percaya atau tidak kita harus bersiap-siap kan? Karena tidak ada yang mampu mengetahui kejadian esok hari. Lalu, mengapa pohon ini dikeramatkan kalau memang kita para manusia harus mengerti semua yang ada di sini?” Nort memegang dagunya.

“Kata terlarang atau kata dikeramatkan sepertinya dibuat untuk menakut-nakuti kita. Mungkin saja ada orang yang takut memasuki hutan ini karena menurutnya berbahaya. Di buku ini juga dijelaskan bahwa ada peri dan serigala. Bisa saja dia berasumsi pohon ini atau lebih tepatnya hutan ini, bisa mencelakai orang terdekatnya tersebut. Banyak hal di hutan ini yang tidak mampu diterima dengan akal.” Save mengubah posisi duduknya lagi.

“Betul juga. Jadi mulai sekarang kita harus cermat membaca situasi. Save, kamu juga harus membaca. Barangkali ada yang membuatmu tertarik.” kata Nort.

“Tetapi ada yang mengganggu pikiran saya. Apa itu Rocraste dan Pompila, mengapa mereka disembunyikan? Lalu, kira-kira seperti apa Rumpleworth itu?” Maia mengetuk-ketuk meja dengan jari telunjuknya.

“Memangnya di dalam buku tersebut tidak menyebutkan apa-apa mengenai kedua makhluk tersebut?” Nort kembali melihat-lihat buku apa saja yang sudah dia ambil dari rak.

“Tidak.” Maia menjawab dengan lesu.

“Sungguh tidak berguna.” jawab Nort ketus.

“Apa katamu, lalu apa yang kamu temukan? Bukankah kamu sudah mengumpulkan banyak buku di sini? Keterlaluan.” Maia tampak sangat kesal. Ekspresinya jauh lebih serius kali ini. Seperti menyimpan banyak hal di keningnya sekaligus.

Maia sangat kesal, ia mengobrak-abrik buku yang sudah dirapikan oleh Nort berdasarkan urutan baca. Tanpa sengaja, salah satu bukunya terlempar tidak jauh dari tempat duduk mereka. Buku yang sampulnya berwarna coklat dan terbuat dari kulit tersebut pun terbuka. Lalu munculah hologram yang menampilkan makhluk-makhluk tidak diketahui. Pada saat yang sama, Save berteriak sangat kencang sambil menutup telinganya. Maia dan Nort semakin panik ketika melihat hidung Save berdarah sangat banyak hingga membuat bajunya penuh dengan darah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel