Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. POV Calon Pelakor

POV Dinda

Aaahhh ... Ini Aku,

Namaku Dinda Putri. Aku berusia 25 tahun, ya umur yang matang bukan? Aku hidup di kota besar ini sejak masa SMAku dulu.

Awalnya Aku tinggal dengan Bibi dari saudara Ayahku . Tapi setelah aku mendapat pekerjaan aku memilih untuk mengontrak sendiri.

Dengan alasan ingin lebih mandiri, padahal aku ingin sedikit bebas. Di tempat Bibi, aki merasa kurang bebas. Aku juga mau menghabiskan waktu seperti gadis lainnya. Bebas berteman dengan siapa pun yang aku mau.

Terlebih dari itu, aku juga ingin memiliki setidaknya kekasih pujaan hati, tapi sayangnya, aku tidak memiliki itu. Aku tidak bisa merasakan bagaimana rasanya menjalin cinta dengan pria.

Aku bahkan mungkin lupa dengan rasa cinta. Aku ingin merasakannya lagi. Ingin menikmatinya lagi. Ingin melakukan lebih di usiaku ini. Ingin memasuki hubungan serius dan akhirnya menikah dengan hati gembira.

Tapi hingga kini aku masih sendiri. Apa aku kurang cantik Sayang? Aahh aku rasa gak. Aku cantik, aku seharusnya bisa menarik perhatian salah satu laki laki.

Tapi sayangnya, dari 5 tempat kerjaku yang sudah aku lewati, tak ada satu pun pria yang tertarik padaku. Malah aku yang menyukai pria pria di tempat kerjaku itu.

Aku suka pria pria di tempat kerjaku dulu, mereka tampan, mereka juga berkarisma, mereka begitu manis.

Tempat kerja pertamaku, perusahan tekstil. Di sana aku bagian pemasaran. Di sana banyak laki laki dengan tubuh indah. Bukan hanya di kantornya tapi di bagian gudang gudang juga tampan. Mereka mempesona sekali, aku begitu antusias jika mereka sedang berkeringatan.

Aduh mataku ini, gak bisa di jaga aaahh ... Tapi aku tidak sedang melakukan dosa 'kan? Aku cuma menikmati pemandangan indah di hadapanku.

Dari semua laki laki di sana, satu yang paling menggoda. Dia adalah pemilik dari tempat itu.

Dia memiliki mata yang indah berwarna coklat. Kulit pun coklat sawo matang ... Aaahh manisnya.

Tapi sayang dia sudah punya tunangan. Dia bahkan sangat mencintai tunangannya itu. Huh ... Sudah ada yang punya.

Lanjut aku pindah ke perusahaan lainnya. Di sana aku mencoba posisi pekerja biasa. Astaga aku di sana makin gila. Di sana aku malah tergila gila dengan seorang OB yang memang tampan di sana.

Dia sangat tampan dengan kulit putihnya dan di padu alis tagas dan tebalnya, uuhh pas banget.

Sayangnya, dia sudah punya istri dan anak. Dia sudah memiliki dua putra. Huh sudah ada yang punya lagi.

Lanjut lagi aku terus mencoba mengganti tempat kerja dan menaikkan posisiku. Selanjutnya tempat kerja ketigaku. Dari sini aku mencoba bagian admin. Bagian yang cukup aku kuasai.

Di sana aku mendapat kinarja yang bagus, tapi sayang gajinya kecil. Lanjut aku pindah ke tempat kerja yang keempat. Di sana aku tetap mendapat bagian Admin.

Aku kembali dengan kebiasaanku yang menyukai atasan atau orang yang sangat berpengaruh di sana.

Salah satu manager perusahaan itu begitu menggoda. Dia berasal dari Arab, waahh macho sekali. Aduh itu bulu bulu di dagunya, aku penasaran rasanya menyentuh tubuhku gimana.

Aahh otakku sudah travelling.

Tapi sayang ... Lagi dan lagi dia sudah punya istri. Dia begitu mencintai istrinya, dan ternyata sudah banyak juga yang menyatakan cinta padanya, bahkan ada yang menawarkan diri agar menjadi yang kedua atau meminta laki laki itu berpoligami.

Tapi yaaa ... Dia gak mau. Tidak semudah itu, dia menolak. Dia begitu mencintai istrinya. Aku penasaran dengan istrinya, dan ternyata benar saat salah satu pertemuan aku melihat istrinya.

Begitu cantik meski di balik cadar. Wow!!! Pantes betah hehehe ...

Lanjut, tempat kerjaku yang kelima. Salah satu perusahaan aaahh aku malas jelasankan yang ini. Di sana gak ada laki laki tampan untuk asupan gizi semangat.

Bukan hanya itu, aku merasa kurang tempat di tempat itu, di sana wanita wanitanya cling semua, glowing semua. Aku rasanya tersisihkan.

Akibatnya sering kali aku bercermin, aku cari di bagian mana aku kurangnya, sehingga gak ada satu pun pria dari kelima tempat kerjaku itu yang kepincut sama aku. Apa aku kurang montok? Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang hot? Apa aku kurang pake yang terbuka buka?

Semua pertanyaan itu terus menggema kalau aku bercermin. Padahal tubuh sudah oke, kulit juga mulus, apa aku kurang tinggi? Tinggiku 158, hei! tinggi itu.

Jadi aku coba lagi mencari pekerjaan dengan semua kompetensi yang aku punya.

Aku mencoba melamar sana sini ... Gak ada yang terima karena sedang resisi ekonomi. Aaahh payah.

Eeh eehh ekonomi kembali stabil aku mencoba lagi lagi dan lagi.

Akhir akhir ini aku dapat tempat kerja baru, dari namanya ini adalah Biro perjalanan atau travel.

Aku berharap di sini aku bisa menemukan seseorang untuk mengisi relung hati yang sudah lama kosong ini.

Ya setidaknya ada yang singgah sebentar.

Aku sudah lulus seleksi pertama, aku di terima di sana. Sekarang tingga ACC dengan sang pemilik.

Hari ini hari yang di tungguku, aku sudah siap dengan pakaian terbaikku. Tubuh indahku di balut kemeja berwarna pech, rok spam hitam dan tas kerja favoritku.

Dandanan senatural mungkin agar tidak terlalu ketara. Dan sepatu yang cocok dengan kakiku.

Aku sudah tiba di kantor ini. Kantor yang berukuran sedang, sayangnya belum banyak pekerja yang tiba di kantor, jadi aku gak tahu apa di sini banyak laki laki tampan atau tidak.

Tapi di proposalku, aku akan di kirim ke cabang lainnya dari Travel ini. Aahh sudahlah, yang penting aku dapat pekerjaan.

Uang skincare aku udah habis nih. Bodo amat laki.

Tapi tiba tiba seorang pria tampan datang dengan kemeja polos berwarna hijau mint. Aduh, ganteng banget.

Di belakangnya juga ada lak laki tampan, tapi kenapa dia jalan sambil liat ponsel, sebegitu cintanya dengan ponsel?

Aahh pasti bosku ini! Semangat banget aku!

"Selamat pagi" Sapaku lembut dengan suara khasku.

"Pagi, Eemm Stu apa dia adalah ... " ucapan Pria itu tergantung sambil bertanya pada pria yang selalu memainkan ponsel.

"Aah iya, ini calon sekretaris yang akan kita kirim ke cabang kota sebrang." Jelas Stuart sambil menyimpan ponselnya di dalam kantong celana.

"Aaa ... Apa kamu lama menunggu?" Tanyanya lembut dan penuh kepedulian rasanya.

"Ah gak juga Tuan ..."

Pria itu tersenyum lebar mendengar ucapanku.

"Kita masuk dulu, aku akan jelaskan pekerjaan kamu secara rinci, oh ya ini Stuart. Maaf dia begitu cinta ponselnya ... Maklumlah" Seolah menegur Stuart yang memang tak bisa lepas dari ponselnya.

"Aahh iya Tuan" Jawabku sedikit centil.

Aku penasaran, apa dia sudah punya istri atau belum. Kalau belum, boleh donk dekat dekat dikit ...

Kami masuk dalam ruangan kerja pria yang belum aku ketahui namanya.

"Maaf Tuan, boleh saya tahu namanya?" Tanyaku lembut sekali.

"Oh namaku, Ebin ... Namamu?" Tanya begitu magnetis untukku.

"Saya Dinda Tuan ... Dinda Putri" Sahutku senang.

"Salam kenal" Tuan Ebin mengulurkan tangannya padaku.

Aku meyambutnya dengan hangat dan halusnya tanganku.

"Semoga kita semakin dekat Tuan, oh Tuhan, kalau di jodohku dekatkanlah, kalau bukan, jadikanlah"  Doaku bar bar ...

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel