Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1

Lova membuka matanya, ia mencium aroma obat yang begitu pekat di hidungnya. “Ah, aku di rumah sakit lagi.” Dia memegangi kepalanya.

“N-nona. Anda sudah siuman?” Botak yang sejak tadi menjaga Lova bertanya dengan wajah cemas. Botak ini sering membunuh orang tapi saat ia melukai wanita ia begitu cemas.

“Siapa kau?” Lova memicingkan matanya. Ia tidak mengenal pria botak yang berdiri di sebelah ranjangnya.

“Maafkan saya, Nona. Saya orang yang menabrak anda tadi.” Botak meminta maaf.

“Ah, itu.” Lova merubah posisi berbaringnya jadi duduk. “Itu bukan salahmu, aku tadi tidak hati-hati, maafkan aku. Apakah mobilmu tadi lecet? Aku akan menggantinya tapi aku tidak bisa membayar penuh, aku akan mencicilnya.” Lova meminta maaf.

Botak tertawa tidak enak, “Ah itu, bos kami orangnya tidak pelit jadi dia masalah mobil tidak perlu anda pikirkan.”

Lova diam, ia cukup lega karena ia tidak perlu membayar untuk biaya perbaikan mobil.

“Anda mau kemana, Nona?” Botak bertanya.

“Saya tidak punya uang untuk rumah sakit ini, jadi saya harus segera pergi.” Lova melepaskan infus ditangannya.

“Biaya rumah sakit anda sudah dibayar oleh bos kami, Nona. Anda tidak perlu memikirkan hal itu.” Botak bersuara lagi.

“Tidak, aku tidak ingin berhutang lebih banyak lagi.” Lova keras kepala, ia segera turun dari ranjang. “Sampaikan rasa terimakasih saya untuk bos anda, saya permisi.” Lova pergi meninggalkan botak tadi.

“Keras kepala sekali Nona itu padahal Bos Reeve sedang sangat baik.” Botak menghela nafasnya.

Lova melangkah masih dengan kepalanya yang pusing, “Dimana ponselku?” Lova mencari ponselnya. “Ah, pasti terjatuh.” Lova tak ingat pasti ia jatuhkan ponselnya dimana tapi ia yakin ponselnya pasti terjatuh.

Lova berhenti di halte, ia menunggu bus yang akan membawanya ke kediamannya.

♥♥♥

Lova turun dari bus, ia berjalan lagi melalui gang kecil setelahnya ia sampai ke sebuah rumah kecil yang tak lain adalah kontrakannya. Lova tinggal di kontrakan di kawasan kumuh itu sendirian, ia berada disini untuk memulai kehidupan barunya. Awalnya Lova tinggal di Cincinnati, Ohio, namun ia pindah ke Los Angeles, California karena ia pikir Ohio adalah tempat yang membuatnya teringat dengan orang-orang yang ia cintai.

Sebuah lampu mobil menyilaukan mata Lova, orang kaya mana yang mengunjungi tempat kumuh seperti ini?

Pintu mobil terbuka, sepatu mahal berwarna hitam terlihat keluar dari mobil itu. Lova mengenali pria yang keluar dari mobil itu tapi ia bersikap tak peduli. Lova merogoh sakunya dan mengeluarkan kunci rumahnya yang ala kadarnya, tak akan ada yang mau merampok rumahnya yang tak ada isi jadi untuk apa Lova menggunakan keamanan berlipat.

“Lova,” Suara bass itu menghentikan Lova yang ingin masuk ke dalam rumahnya.

Lova memiringkan kepalanya menghadap ke pria yang memanggilnya, pria yang kini sudah berjarak satu meter darinya. “Bapak memanggil saya?” Lova bertanya formal.

“Denzell, panggil saja aku dengan nama itu saat kita berada di luar pekerjaan.” Denzell melemparkan senyum menawannya pada Lova.

“Apa keperluan anda dengan saya?” Lova merasa ia tidak pernah punya urusan dengan Denzell, bosnya.

“Hanya ingin menemuimu,” Denzell tak pandai basa-basi jadi ia langsung ke inti. “Aku tertarik padamu, kau wanita yang spesial.”

Lova tidak tertarik dengan topik pembicaraan Denzell. “Saya bukan tipe wanita yang suka dengan pria kaya seperti anda, saya tidak tertarik dengan anda jadi silahkan anda pergi dari sini jika tidak ada yang ingin andakatakan lagi.” Lova juga bukan tipe wanita yang suka memberikan harapan palsu karena Lova tahu bagaimana sakitnya berharap pada sesuatu yang tidak pasti.

“Kau terlalu cepat berpikir, Lova. Terlalu banyak hal menguntungkan yang bisa kau peroleh jika kau bersamaku.” Denzell menggunakan cara lain, kekayaan, mungkin itu akan mempengaruhi Lova.

“Untuk apa hal menguntungkan jika pada akhirnyaorang kaya akan memperlakukan wanita miskin seperti sampah, mereka akan memakai lalu membuangnya. Hidup mengajarkan aku banyak hal.” Lova membalas datar ucapan Denzell.

“Aku tidak akan marah karena ucapanmu, Lova. Aku akan menunggu kau berubah pikiran.” Denzell tersenyum menutupi harga dirinya yang terluka, “Sampai jumpa di restoran besok.” Denzell melambaikan tangannya pelan lalu segera kembali ke mobil mahalnya yang harganya terlalu banyak menggunakan angka nol.

Lova tidak memperdulika ucapan Denzell, ia masuk ke dalam rumahnya. Menyalakan lampu lalu masuk ke dalam kamarnya yang rapi. Meski hidupnya menyedihkan Lova adalah orang yang rapi, ia tidak suka rumah yang kotor.

“Apakah bagi mereka (orang-orang kaya) sangat menyenangkan mempermainkan hidup orang-orang sepertiku?” Lova mendudukan tubuhnya diatas sofa lusuh yang sudah pantas dibawa ke tempat pembuangan akhir.

“Memangnya apa yang salah dengan kehidupan yang seperti ini? Apakah ada orang yang ingin lahir dalam kemiskinan? Memangnya ada orang yang ingin lahir dalam keadaan menyedihkan? Tidak ada. Tapi aku bukan wanita itu, yang akan meninggalkan anak dan suaminya demi kehidupan yang berkilauan harta.”

Tak mau larut dalam pemikirannya, Lova segera bangkit dari sofa lalu melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Ia harus bekerja besok pagi jadi ia butuh banyak istirahat.

♥♥♥

Restoran tempat Lova bekerja ramai seperti biasanya, ia melangkah ke manapun pelanggan memanggil pelayan sama seperti saat ini contohnya.

“Ini buku menunya, Nyonya,” Lova memberikan buku menu pada wanita paruh baya di depannya.

“Kau!” Wanita paruh baya itu menatap Lova bengis.

Lova baru menyadari ia kenal dengan wanita paruh baya di depannya. “Nonya Regina.” Lova menyebut nama wanita di depannya.

“Mom, Mommy kenal wanita ini?” Wanita muda bersama Regina menatap Lova mencela, wanita itu sepertinya sangat anti dengan kaum jelata.

“Dia wanita murahan yang Mommy ceritakan padamu.”

“Ah, mantan boneka Kyven?” Wanita itu menatap sinis Lova.

“Jadi kau ada di kota ini juga? Astaga, apa sampai saat ini kau masih menguntit Kyven?” Regina mencela Lova.

“Saya tidak ada hubungan apapun lagi dengan Kyven, jadi jaga sikap anda dengan baik. Saya selalu menghormati anda dulu karena anda adalah ibu Kyven.” Lova membalas tanpa intonasi, tapi hal ini membuat Regina kesal bukan main. Sejak dulu Regina benci sekali dengan Lova yang lahir dari kaum miskin, entah sampai kapan pandangan Regina pada orang-orang miskin akan berubah.

“Mom, kita pesan makanan saja dulu. Jangan merusak selera makanku,” Wanita muda di depan Regina menyentuh tangan Regina, wajah liciknya menyiratkan kalau ia memiliki rencana untuk Lova.

Regina menyebutkan pesanannya, begitu juga dengan wanita muda di depannya. Lova mengulang kembali pesanan lalu ia segera kembali ke dapur untuk meletakan nota pesanan.

“Biar pelayan lain yang urus mereka,” Jordan sejak tadi memperhatikan Lova dan juga dua wanita yang tidak menyukai Lova.

“Tidak, aku tidak ingin menghindari siapapun. Jangan cemaskan aku.” Lova selalu keras kepala, inilah yang selalu membuat Jordan mengkhawatirkannya.

“Baiklah, jika terjadi sesuatu segera beritahu aku.” Jordan mengalah.

Lova diam, meskipun terjadi sesuatu padanya maka ia hanya akan diam, ia tidak akan membawa Jordan ke dalam permasalahannya, bisa saja Jordan kehilangan pekerjaan karena hal ini.

Pesanan selesai, Lova kembali mengantarkan pesanan ke meja Regina. Prang!! Semua yang Lova bawa terjatuh ke lantai bersama dengan tubuh Lova yang juga terjatuh ke lantai.

“Astaga, kau bisa kerja atau tidak?” Wanita muda bersama Regina memarahi Lova. Wanita licik inilah yang sudah membuat Lova terjatuh, ia menggunakan kakinya untuk menghadang langkah Lova.

“Lova, kau baik-baik saja?” Jordan langsung menolong Lova.

“Aku baik-baik saja,” Lova bangkit dari terjerembabnya.

“Kau selalu tidak becus dalam bekerja,” Regina mencibir Lova.

“Anda!” Jordan menggeram.

“Bukan salahnya, Jordan. Aku tidak hati-hati.” Lova selalu seperti ini, ia tidak pernah ingin mencari masalah apalagi dengan manusia sejenis Regina.

“Saya akan segera memesankan yang baru, maafkan ketidak hati-hatian saya.” Lova meminta maaf untuk hal yang bukan salahnya. Ia segera meninggalkan meja itu dan pergi ke toilet untuk membereskan kembali penampilannya yang telah kacau.

Hidup Lova memang seperti ini dari dulu, tak pernah membalas semua perlakuan jahat orang lain pada dirinya, ia lebih suka menghindar dari masalah.

“Menjauh dari Kyven.” Suara sinis itu tak begitu Lova dengarkan, ia sibuk membersihkan skirtnya yang kotor karena tumpahan hidangan tadi.

“Hidupmu akan lebih menderita dari sebelumnya jika kau terus bersikap tidak tahu malu.”

“Aku tidak pernah tertarik dengan kehidupan Kyven lagi, jangan berbicara padaku karena kita tidak saling mengenal.” Lova menatap wanita yang seusia dengannya dari cermin besar di depannya.

Wanita itu tersenyum mengejek. “Begitulah yang wanita-wanita murahan katakan namun pada akhirnya ia akan datang lagi dan menempel pada pria kaya untuk memperbaiki dirinya. Aku tidak berniat mengenalmu tapi aku akan memberitahu namaku, aku Evelyne tunangan Kyven.”

Lova mengalihkan pandangannya ke Evelyne. “Nyonya Regina telah menemukan calon menantu yang sangat pas, kaya dan berkelas.”

“Tentu saja, aku adalah pilihan terbaik untuk Kyven. Oleh karena itu menjauhlah darinya, pergi dari tempat ini sejauh mungkin!”

“Kenapa aku harus pergi?” Lova menaikan sebelah alisnya. “Aku dan Kyven tidak akan pernah bersama lagi karena kami sudah selesai. Jangan mencemaskan hal itu, kau akan tua jika memikirkannya.” Lova tersenyum kecil pada Evelyne lalu ia segera keluar dari toilet.

“Jalang itu!!” Eve menggeram kesal.

♥♥♥

Tin,, tin,, klakson mobil terdengar di telinga Lova, ia memiringkan kepalanya dan melihat ke arah mobil yang mengkalksonnya. Pintu mobil terbuka seorang pria keluar dari mobil itu.

“Masuklah, aku antar kau pulang.” Pria itu adalah Denzell.

“Saya bisa naik bus, terimakasih.” Lova menolak ajakan itu.

“Ayolah, Lova. Apa yang salah dengan mobilku?” Denzell masih berusaha.

“Salah, karena aku tidak suka mobil mahal.”

“Kenapa kau selalu menolakku, Lova?”

“Karena berurusan dengan pria sepertimu amatlah menyusahkan. Aku pergi.” Lova segera melangkah.

“Aku akan mendapatkanmu, Lova. Akan aku jadikan kau wanitaku.” Denzell menatap punggung Lova yang kian lama kian menjauh.

Lova sudah sampai di halte bus, dia duduk di tempat duduk yang ada disana untuk menunggu bus. “Ah dia lagi.” Lova mengeluh saat sebuah mobil berhenti di depannya.

Jendela kaca mobil terbuka. “Masuk!” Seseorang dari dalam mobil memberi perintah pada Lova.

Lova berdiri dari tempat duduknya, ia segera melangkah menuju ke mobil yang tak lain adalah milik Kyven.

Kyven segera melajukan mobilnya saat Lova sudah masuk ke dalam mobilnya. Suasana di dalam mobil hening, Lova dan Kyven tidak saling bicara.

Mobil Kyven sampai di depan rumah kontrakan Lova, meski tidak Lova beritahukan Kyven tahu tentang alamat rumah Lova karena dirinya mencari data tentang Lova.

Lova membuka pintu mobil Kyven, ia turun dari mobil Kyven dan segera melangkah menuju ke pintu rumahnya. Sebelum ia sempat membuka pintu rumahnya tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh Kyven, tubuhnya menghadap ke tubuh Kyven dan matanya terpejam karena Kyven sudah melumat bibirnya.

Kenapa kau selalu mempermainkan perasaanku, Kyven?? Lova meringis dalam hatinya, Kyven selalu seperti ini padanya, memberikan sentuhan lembut yang akhirnya membuat dirinya berharap lebih. Hubungan mereka sudah usai, semuanya sudah benar-benar selesai.

Kyven melepaskan ciumannya dari bibir Lova. “Tinggalkan tempat ini dan jangan pernah muncul di depan wajahku lagi. Berhentilah menggoda Pak Denzell karena itu membuat dirimu semakin terlihat murahan. Cukup aku saja yang bermain-main denganmu jangan ada pria lain lagi.” ucapan Kyven berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan tadi. Ciumannya benar-benar lembut hingga membuat Lova mabuk tapi kata-katanya benar-benar tajam hingga membuat Lova terluka.

Kyven segera kembali ke mobilnya, ia menyalakan mobilnya lalu segera meninggalkan kontrakan Lova.

“Dia selalu seperti itu, Pergi tanpa mengatakan selamat tinggal atau sampai jumpa lagi.” Lova menatap kepergian Kyven dengan sedih, wanita ini bukanlah wanita yang mudah melupakan masalalunya, bibirnya bisa berbohong tapi hatinya tidak bisa berbohong tentang perasaannya yang selalu mencintai Kyven.

6 tahun merajut kasih bukanlah waktu yang cepat, selama mereka berpacaranpun Kyven tak pernah berbuat kasar padanya, Kyven selalu memanjakannya, membuatnya seperti seorang ratu dan membanjirinya dengan cinta dan kelembutan tapi satu tahun terakhir Kyven mulai berubah, pria itu jadi kasar dan suka main tangan, namun Lova tetap mencintai Kyven karena ia yakin kalau kekasihnya akan kembali ke semula. Tapi sayangnya Kyven tak berubah hingga terakhir Kyven meninggalkan Lova tanpa mengatakan apapun. Hubungan mereka terputus tanpa kata putus.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel