Pustaka
Bahasa Indonesia

Relova

71.0K · Tamat
Yuyun Batalia
51
Bab
32.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Lova, begitu Cinderella abad ini dipanggil. Dia adaalah wanita yang dulunya ceria, yang dulunya bersinar namun sekarang semuanya berubah, hidupnya menderita dengan segala kegelapan yang menyelimutinya, dengan segala kehilangan dan pengkhianatan yang ia rasakan. Dilanda penderitaan yang tiada habisnya tidak membuat Lova berpikiran pendek untuk mengakhiri hidupnya.   Reeve Kingswan Caldwell, pangeran kegelapan yang datang ke kehidupan Lova. Sama seperti Lova, Reeve juga manusia yang hidupnya terdapat banyak goresan luka, tapi disini Reeve lebih beruntung karena dia berasal dari keluarga yang kaya. Keluarga yang selalu memenuhi kebutuhannya meski yang Reeve butuhkan bukanlah materi namun kasih sayang keluarganya. Tapi apa daya, Reeve tak dapatkan itu semua dari orang-orang yang ia sayangi.

RomansaBillionairePengkhianatanWanita CantikMemanjakanPernikahan

Prolog

“Lova, hari ini Pak Denzell akan datang untuk melihat kinerja kita, jadi bekerjalah dengan baik agar kau bisa dapatkan promosi.” Jordan manager sekaligus sahabat Lova memberitahu Lova.

“Aku tidak berminat dengan kenaikan jabatan, Jordan. Begini saja sudah cukup.” Lova terus mengelap meja di depannya.

“Baiklah, lakukan apapun yang membuatmu nyaman. Naik atau tidaknya jabatanmu kau tetap bisa makan dengan porsi makanmu yang irit itu.” Jordan mencibir Lova.

Senyuman terlihat di wajah sendu Lova. “Porsi makanku bukannya irit tapi memang segitu.”

Jordan menatap wajah Lova, Lova bukanlah gadis dengan wajah biasa. Lova masuk dalam kategori wanita dengan wajah sangat cantik, ia punya wajah yang sempurna dengan bola mata hijaunya yang menyala. Lesung pipi menghiasi wajahnya setiap ia tersenyum, alis matanya terbentuk indah tanpa harus ia bentuk. Hidungnya mancung kecil serta bibirnya yang mungil namun penuh. Lova gambaran sempurna untuk kecantikan tanpa sentuhan make up.

Aku selalu berharap senyumanmu akan kembali ke sedia kala, Lova. Seberapun Lova mencoba menyembunyikan luka dibalik senyumnya, Jordan tetap bisa melihatnya. Hanya Jordan satu-satunya orang yang mengerti Lova dengan baik.

Selang beberapa saat dari pembicaraan Lova dan Jordan, seorang pria bersetelan mahal beserta beberapa pria lainnya datang ke tempat itu. Dia adalah Denzell Sion Caldwell, CEO dari Caldwell Company, pemilik dari Luxury Resto tempat Lova bekerja.

“Selamat pagi, Pak. Selamat datang disini.” Jordan menyapa Denzell dengan hormat.

“Selamat pagi, Jordan. Siapkan laporan tempat ini dan minta para karyawan untuk berkumpul, aku akan berkeliling sebentar.” Denzell melewati Jordan.

“Baik, Pak.”

Mata Jordan terperangkap ke satu orang. “Kau!” Jordan terlihat marah dengan orang yang ia lihat.

“Dunia benar-benar sempit, bagaimana bisa aku bertemu dengan pecundang ini lagi!” Pria yang dilihat Jordan dengan marah membalas ucapan Jordan dengan hinaan.

“Dari sekian banyak tempat, kenapa aku harus bertemu dengan pria brengsek sepertimu!” Jordan balik menghina pria di depannya.

“Jaga baik-baik lidahmu, Jordan. Aku bisa membuatmu kehilangan jabatanmu disini. Haruskah kita berkenalan lagi??” Pria itu bersuara pelan namun tegas. “Aku, Kyven Aylward. Sekertaris Jendral Caldwell Company.” Pria itu memperkenalkan dirinya dengan angku.

Wajah Jordan berubah tegang. “Lova,” Dia segera pergi dari hadapan Kyven.

“Lova?” Kyven melirik ke Jordan yang masuk ke dalam ruangan karyawan.

“Kyven! Apa yang kau lakukan disana!” Suara tinggi Denzell membuat Kyven tersentak, ia segera menyusul Denzell.

Jordan masuk tergesa, “Dimana Lova?” Dia bertanya pada Rea, salah satu pelayan di restoran itu.

“Aku disini, Jordan.” Suara Lova membuat Jordan membalik tubuhnya.

“Jangan keluar dari sini, tetaplah disini.” Jordan meminta pada Lova dengan wajahnya yang terlihat tegang.

Lova menghela nafasnya, ia memegangi bahu Jordan. “Aku sudah melihatnya, aku baik-baik saja. Aku bukan wanita yang selalu dibayangi oleh masalalu, Jordan. Kyven, dia bukan kekasihku lagi dan aku sadar itu. Jangan cemaskan aku,”

“Bagaimana bisa aku tidak mencemaskanmu, pria itu sudah bertindak jahat padamu. Dia sudah meninggalkanmu,”

“Lantas aku harus bagaimana? Menghindarinya?” Lova bertanya seakan pertanyaan itu seperti ejekan untuk dirinya sendiri. “Aku tidak akan menghindar, Jordan.” Lova berkata yakin, menghindar bukanlah cara hidup seorang Lova.

“Tapi, Lova.” Jordan ragu.

“Aku baik-baik saja, sungguh.” Lova meyakinkan sahabatnya. Jordan menghela nafasnya, ia mencoba percaya bahwa sahabatnya itu akan baik-baik saja. Jordan tidak ingin hidup Lova lebih menyedihkan dari ini.

“Baiklah, sekarang keluarlah dan berbaris di depan ruangan. Pak Denzell ingin melihat seluruh karyawan restoran ini.”

Lova mengikuti ucapan Jordan, ia keluar dari ruang karyawan disusul dengan beberapa karyawan lainnya.

Setelah beberapa saat Denzell kembali dari berkelilingnya, ia memperhatikan satu persatu karyawannya dan kini matanya tertuju pada Lova. Ada makhluk cantik yang menjadi pelayan di restorannya. Denzell adalah tipe pria yang sulit menyukai wanita namun hanya dengan satu kali melihat Lova ia sudah menyukai Lova. Lova, menurutnya wanita itu rapuh namun berusaha tegar. Benar, Denzell bisa melihat luka yang Lova rasakan. Denzell memang tipe pria penghancur hati wanita tapi sebelumnya tidak pernah tertarik pada wanita seperti saat ini.

“Lova,” Kyven bersuara terkejut, ia menatap Lova dari jarak 4 meter.

“Bagaimana bisa dia ada disini?” Kyven bertanya entah pada siapa.

Denzell menyembunyikan ketertarikannya pada Lova, ia melakukan tugasnya untuk memeriksa para karyawannya dengan profesional dan setelahnya ia masuk ke ruangan Jordan untuk memeriksa laporan restoran bintang lima itu.

“Kyven. Cari tahu tentang pelayan yang bernama Lova secara terperinci.” Denzell memberi perintah pada Kyven.

Kyven sedikit terkejut karena ucapan Denzell, bosnya itu tidak pernah memberi perintah seperti ini dan itu artinya Lova sudah membuat bosnya tertarik.

“Baik, Pak.” Kyven menjawabi ucapan Denzell dengan otaknya yang masih berpikir. “Saya permisi ke kamar mandi.” Kyven permisi pada Denzell.

“Hm, pergilah.”

Kyven segera keluar dari ruangan Jordan, ia berkeliling restoran mencari sosok Lova.

“Ikut aku!” Kyven menemukan Lova, ia menggenggam tangan wanita itu dan menariknya ke tempat yang sepi.

“Apa yang kau lakukan disini!” Kyven menghempaskan tubuh Lova hingga menabrak dinding.

“Bekerja.” Lova menjawab sekenanya.

“Kau berbohong!! Kau pasti tahu kalau aku bekerja di tempat pemilik restoran ini jadi kau bekerja disini. Dengarkan aku baik-baik, Lova! Aku tidak akan kembali padamu, jadi menyingkirlah dari hadapanku!”

Lova menarik nafasnya pelan. “Tak ada yang memintamu kembali, Kyven. Untuk seseorang yang sudah mengkianatiku, meninggalkanku, aku tidak akan pernah meminta untuk kembali. Kau tidak sedewa itu, Kyven.”

“Ah, aku tahu. Kau pasti datang kemari untuk menggoda Pak Denzell, ya benar. Kau dan Ibumu memang sama, sama-sama penggoda pria kaya.”

Jika Lova adalah seorang yang menganggap Ibunya masih ada maka sudah pasti Lova akan melayangkan tangannya di wajah Kyven namun Lova tidak akan melakukan hal sia-sia itu. Ibu? Lova bahkan tidak tahu Ibu mana yang Kyven maksudkan.

“Aku tidak ingin menggoda siapapun, tapi dari ucapanmu jelas kalau Bosmu tergoda padaku. Kau tidak perlu cemas, Kyven. Aku tidak tertarik pada pria-pria kaya sejenis kalian.” Lova sudah sangat anti dengan orang-orang kaya seperti Kyven. 6 tahun mereka berpacaran namun ternyata semua tak ada artinya, Kyven sama saja dengan orang kaya pada umumnya, suka mempermainkan perasaan orang lain.

“Kalau begitu menghilanglah dari pandanganku!”

Lova mengernyitkan dahinya. “Kenapa aku harus menghilang?” Dia tidak mengerti. “Kau dan aku sudah tidak saling mengenal, aku asing denganmu begitu juga dengan kau, jadi anggap saja kita tidak pernah memiliki suatu hubungan.” Lova melangkah, ia tidak ingin membuang waktunya dengan berbicara pada Kyven, pria masalalunya.

♥♥♥

“Kau pilih merah atau hijau?” Seorang pria dengan setelan berwarna merah maroon bertanya pada pria yang saat ini dipegang oleh dua pria kekar suruhan dari orang-orang si pria bersetelan merah maroon.

“A-ampuni aku,”

“Merah atau hijau??” Pria itu bertanya lagi.

“Hijau.” Pria berusia 40 tahunan itu menjawab gemetar.

“Ah, tidak. Merah saja.” Pria bersetelan merah tidak mengikuti pilihan pria malang di depannya. “Tada, isinya adalah terjun bebas.” Pria tadi bersuara seperti anak kecil. Merah dan hijau adalah pilihan kematian untuk pria tua di depannya. Merah untuk terjun bebas dan hijau untuk peluru panas. Semuanya pada akhirnya akan membuat pria itu tewas.

“Kalian,” Pria itu memberi isyarat dengan tangannya yang menunjuk ke jendela kaca gedung bertingkat itu.

“T-tidak, ampuni aku.” Pria tua memelas.

Pria bersetelan merah membalik tubuhnya, dua pria kekar tadi menyeret pria malang yang kini meronta-ronta.

Prang,,, Pria bersetelan merah segera mendekat ke jendela kaca, ia melihat pria yang dijatuhkan tadi. “Pria malang,” Ia memasang wajah sedihnya. “Semoga dia tenang.” Dia berdoa seakan bukan dia yang memerintahkan untuk menjatuhkan pria itu.

“Sudah selesai, ayo.” Pria tadi menggandeng dua anak buahnya untuk keluar dari ruangan itu. Dua anak buahnya tak heran lagi dengan sikap bosnya yang kekanakan tapi berbahaya.

Mobil polisi sampai dengan cepat ke bangunan tempat kejadian itu, pria bersetelan merah dan anak buahnya sudah masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan gedung itu tanpa jejak sedikitpun.

“Aih, pria tua itu membuat repot saja.” Dia mengomel.

Ring,, ring,, ponselnya berdering.. “Bos, ponsel anda.” Anak buahnya memberikan ponsel miliknya padanya.

“Siapa?” Dia tidak meraih ponsel itu.

Anak buahnya segera melihat siapa yang menelpon. “Nona Lyzanda.”

“Ah, dia.” Pria tadi meraih ponselnya. “Ya, Zanda, ada apa??” Dia memanggil wanita itu dengan nama Zanda.

“Transaksi sudah selesai, tak ada masalah. Bagaimana dengan anda, Boss??”

“Bagus, Zanda. Aku sudah dalam jalan kembali ke Maxleon, pria tua itu tidak menyenangkan, Zanda. Dia memuakan.” Pria itu bercerita pada pemimpin pengawalnya.

Diseberang sana Zanda tertawa kecil. “Apa yang bisa menyenangkan anda, Bos?? Apakah pesta kembang api??”

“Wilayah mana pula yang ingin kau ledakan, Zanda.”

“Mungkin kediaman Caldwell?”

“Akan aku nyalakan kembang api di kepalamu jika kau berani melakukan itu, dasar kau.”

Lagi-lagi Zanda tertawa karena ucapan bosnya. “Anda tidak pandai dalam bercanda, Boss.”

“Aku tidak sedang bercanda, Zanda.” Pria itu memasang wajah seriusnya.

“Aih, sejak kapan anda serius, Boss. Sudahlah, lupakan. Sekarang kembalilah ke Maxleon.”

“Aku heran, disini yang bosnya siapa?”

“Tentu saja Reeve Kingswan Caldwell, sampai jumpa di Maxleon, Boss.” Klik, sambungan terputus.

“Astaga, Zanda. Dia sepertinya sudah bosan hidup, ini ambil.” Pria itu melemparkan ponselnya kembali ke anak buahnya.

Reeve Kingswan Caldwell adalah nama pria yang saat ini tengah duduk dengan angkuh di dalam mobil mahalnya. Reeve adalah pemimpin dari sebuah organisasi bawah tanah yang sangat terkenal. Black’A’ begitulah nama organisasi tersebut.

Citt,, Dughh.. “BOTAK!!!!!! APA YANG KAU LAKUKAN, SIALAN!!!” Reeve berteriak kesal, ia mengelus kepalanya yang tadi terbentur ke sandaran kursi didepannya.

“Maafkan saya, Boss. Saya menabrak seorang wanita.” Pria yang dipanggil ‘botak’ itu menjawab ucapan Reeve.

“Nah, kau, orang itu pasti mati. Astaga, aku tidak mau lagi memakai mobil ini.” Reeve menanggapi itu dengan begitu santai, seakan nyawa orang bukanlah hal penting untuknya. “Urus mayatnya! astaga, Botak. Kau ini benar-benar.” Reeve mengomel.

Yang dipanggil botak segera keluar dari mobil. Tapi sesaat kemudian ia mengetuk pintu mobil.

“Buka kacanya!” Kaca terbuka sesuai dengan perintah Reeve.

“Ada apa?” Reeve melirik tanpa minat si botak.

“Wanita, yang aku tabrak wanita, Boss.”

“Lantas? Aku harus apa? Menikahinya?? Melantur kau, Botak!”

“B-bukan itu, Boss.”

Reeve menghela nafasnya, ia segera keluar dari mobilnya dan melihat ke wanita yang ditabrak oleh anak buahnya.

“Ah, dia lagi. Bawa dia kerumah sakit, nyawanya masih ada. Pakai mobil saja, biar aku naik bus.” Pria itu lantas berdiri dan segera melangkah.

“Hey, Botak. Aku tidak punya ongkos, beri aku uang.” Reeve meminta uang pada anak buahnya.

Si botak segera merogoh sakunya dan memberikan beberapa dollar pada bosnya. Beginilah Reeve, dia bosnya tapi dia yang minta uang pada anak buahnya. Reeve memang bos yang berbeda dengan yang lainnya.

Reeve mengurungkan niatnya naik bus, dia memilih naik taksi karena itu lebih muda. “Kenapa aku selalu bertemu dengan wanita itu dalam keadaan yang menyedihkan. Astaga, apa hidupnya selalu berada mengenaskan seperti itu??” Reeve menggelengkan kepalanya.