Pustaka
Bahasa Indonesia

Rani - cinta terlarang ayah sahabatku

21.0K · Ongoing
sniiaa_
17
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

"Minta om untuk berhenti, Babby." Ujar Om Rama dengan mata berkabut gairah dan tangan yang sibuk melepaskan kancing seragam ku satu persatu. Aku tidak mengatakan apapun, dan justru memberikan tatapan yang sama bergairahnya dengan pria itu, isyarat jika aku tidak ingin ia berhenti. Bila ini dosa, maka ini akan menjadi dosa yang termanis. Sungguh, tak ada yang aku sesali. Bersamanya, segalanya terasa begitu indah. Dan aku juga berharap, dia tidak akan menyesalinya. ~~~~~ Rani tidak pernah menyangka jika pria dingin yang diam-diam ia kagumi kini malah menjalin hubungan terlarang dengannya. Dia adalah Rama Admaja, ayah dari sahabat baiknya, Arumi Admaja.

RomansaDewasaPerselingkuhanTersesat/Obsesif

Prolog

Rani terbangun dengan dahi berkerut, ia merasa kehilangan saat tidak melihat Rama di sisinya—pria yang usianya hampir setengah baya yang berhasil mencuri hatinya saat pandangan pertama. Sementara sinar mentari pagi menyelinap masuk lewat tirai dan menerpa tubuh telanjangnya yang masih letih akibat kegiatan panas semalam. Gerakan tubuhnya terasa berat dan nyeri ketika ia bangkit, namun ia abaikan dan segera meraih celana dalam dan kaos oversize yang berserakan di lantai sebagai penutup tubuhnya. Meski rasa lelah masih melekat di setiap sudut ototnya, namun ia tetap memaksakan diri.

Rani berjalan ke arah balkon saat mendapati pintu balkon terbuka. "Om," panggilnya lembut pada seorang pria yang tengah berdiri memandang pemandangan kota sambil menikmati sebatang rokok tanpa mengenakan atasan, hanya celana panjang yang membungkus pinggangnya. Pria yang bernama Rama itu tampak larut dalam lamunan dan asap yang berkepul lembut di sekitarnya.

Rani melangkah mendekati Rama, yang tampak tenggelam dalam pikirannya. Perlahan, ia melilitkan tangan di pinggang pria itu, meraih perhatiannya dan mengeluarkannya dari lamunannya serta mencari kehangatan dari pria itu. Dan berhasil, "Apa yang sedang Om pikirkan?" bisik Rani, suaranya halus namun terdengar begitu mendesak di telinga Rama.

"Tidak ada," jawab Rama singkat, sambil segera mematikan rokoknya dan membalikkan badan, membalas pelukan gadis muda yang tengah memeluknya erat dari belakang.

"Tidak ada?" Rani mendongak, mengurai pelukannya untuk mencari kepastian dari sorot mata tenang pria itu.

“Ya, tentu saja.”

Rani menarik napas, berusaha menutupi kekhawatirannya. "Okey, aku percaya." Ia memilih untuk tidak mengejarnya lebih jauh. karena sedikit banyak ia tahu apa hal yang sedang mengganggu pikiran pria itu. Dan hal itu sangat tidak bagus untuk hatinya.

"Bagaimana kalau Om menanyakan apa yang sedang aku pikirkan?" tawar Rani, sambil memberikan kedipan mata nakal, mencoba menghidupkan suasana diantara mereka.

Rama, yang tampak masih tenang, tidak bisa menyembunyikan senyum tipis yang akhirnya merekah di wajahnya. "Memang ada apa? Apakah itu sebuah cara baru untuk menggodaku?" ujar Rama dengan nada geli, dan dengan gerakan cepat, ia menarik pinggang gadis muda itu untuk semakin mendekat hingga badannya berhimpitan dengan dadanya.

Rani tertawa keras, tanda bahwa Rama berhasil menebak pikirannya. "Hahaha, Om benar, tapi kok Om bisa tahu? Ngak seru deh," keluhnya dengan cebikan manja.

Rama hanya tersenyum dengan penuh arti, tatapannya intens memeriksa wajah gadis itu. Tanpa banyak bicara, dia memendekkan jarak antara mereka, dan dengan lembut meraih bibir Rani dengan bibirnya. Ciuman yang semula pelan, berubah menjadi lebih mendalam dan penuh gairah. Rama menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir Rani yang sudah menjadi candunya. Melumat bibir atas dan bawahnya dengan penuh nafsu seolah tak mau sedikitpun melewatkannya. Bibir Rani terasa semakin manis di lidahnya saat lidahnya bermain menjilatnya.

"Jadi, kamu menginginkan sesuatu yang lebih seru, hm?" Ujar Rama sesaat setelah ia melepas ciumannya. "Bagaimana kalau kita mengulangi kegiatan seru seperti semalam?" bisik Rama lembut, napas hangatnya menerpa telinga Rani hingga membuat gadis itu meremang.

Sebelum Rani sempat merespon, Rama dengan cekatan mengangkat gadis itu dalam pelukannya, melangkah cepat untuk membawa kembali gadis itu ke ranjang besar yang terpampang di tengah ruangan.

Untuk sesaat, Rani sempat terkejut dengan gerakan mendadak itu hingga ia berteriak pelan. Namun keterkejutannya itu segera berubah menjadi tawa saat mereka jatuh kembali di atas kasur dengan diliputi oleh hembusan nafas dan desir nafsu yang kembali membara.

Rama kembali melumat bibir ranum gadis itu lagi. Ia kembali bernafsu saat kembali merasakan bibir yang sudah menjadi candu untuknya itu. Lidah mereka saling beradu, Rama menelusuri gigi gadis itu dengan lidahnya. Mereka saling melumat satu sama lain. Bahkan, saliva mereka telah belepotan di dagu Rani.

Tangan Rama tidak ketinggalan meremas-remas dada gadis muda itu dari balik kaos oversize nya hingga membuat Rani melenguh dengan keras. perlahan tapi pasti, Rama meraih ujung kaos oversize yang dikenakan Rani, mengangkatnya hingga membuat bukit kembar Rani terpampang jelas di depannya tanpa penghalang apapun.

"Cantik," Rama menunduk, mengecup salah satu bukit ranum gadis itu yang sudah tidak berpenghalang. "Kenapa saya merasa dua benda ini semakin hari semakin besar?" Ujar Rama sambil meremas dua benda kenyal kesayangannya itu dengan kedua tangannya.

"Ssshhh.... Aaagghhhhh.. Iiihh- itu k-karena om yang suka menghisapnya tiap hari." Ujar Rani kesusahan karena remasan kuat pada area dadanya yang dilakukan oleh Rama. Rani menatap sayu ke arah Rama yang berada di atasnya.

"hahahaha, itu karena dua gunung kenyal yang menempel di dada mu ini benar-benar membuat saya kecanduan, hingga saya akan merasa sangat pusing jika satu hari saja saya melewatkannya." Rama menggantikan satu tangannya yang masih meremas bulatan kenyal gadisnya itu dengan mulutnya. Ia menghisap benda itu seperti bayi yang sedang kelaparan. Sementara, tangannya sibuk meloloskan kaos oversize Rani hingga tubuh bagian atas gadis itu benar-benar tidak tertutupi oleh apapun.

Tak berhenti di situ, Rama juga membuka pakaian terakhir yang melekat di tubuh Rani, yaitu celana dalam berenda. Dilepaskannya celana dalam itu dan dilemparkan ke lantai menyusul kaos oversize gadis itu. Tangan Rama langsung mengelus-elus kewanitaan Rani yang sudah terbebas dari kain tipis yang membungkusnya tadi.

Rama masih menghisap dada Rani, kembali menambahkan tanda merah pada dada montok gadis itu yang sudah penuh dengan tanda merah buatannya. Ciuman itu turun dari dada terus sampai lubang surgawi yang sebelumnya belum pernah ia masuki dengan kejantanannya. Ya, sampai saat ini Rama masih belum melakukan hal lebih dari foreplay pada kewanitaan merah muda milik gadis itu.

"Saya merasa tidak bisa menahan diri untuk tidak memasuki mu hari ini," Ujar Rama sambil memperhatikan secara intens lubang yang berwarna pink dengan bulu halus yang tumbuh disekitarnya itu.

"Maka lakukanlah, Om. Jadikan Rani milik Om sepenuhnya." Ujar Rani menyahut kalimat pria itu dengan perasaan yang membuncah.

Adrenalin Rama semakin terpacu saat mendengar jawaban gadis dibawanya ini. Ia segera membuka celananya dan membuangnya ke lantai hingga menyisakan cd yang membungkus kejantanannya. Sementara Rani hanya diam sambil matanya menelusuri tubuh kekar Rama, berhenti sampai ke benda yang terselip diantara paha Rama yang kepalanya terlihat dari atas cd pria itu karena tidak mampu membungkus benda panjang berurat itu.

Rani berusaha bangkit dari posisi berbaringnya dan mencoba meraih benda yang menjadi favoritnya itu. Namun, sebelum ia sempat meraihnya, Rama segera menangkap tangannya sambil menggelengkan kepalanya untuk menghentikan keinginan gadis itu. Sementara Rani memberikan tatapan bertanya pada Rama. Bukankah Rama sangat suka saat ia memainkan milik pria itu?

Rama tanpa menghiraukan tatapan bertanya gadis itu, segera melepaskan kain terakhir di tubuhnya, mendorong bahu gadis itu untuk kembali berbaring di ranjang dan menundukkan kepalanya menjilat lubang merah muda gadis didepannya.

"Sssshhhh..... Aaarrgghhhhh, Oohh Ohhhm Om,," Desah Rani nikmat saat merasakan lidah Rama menyapu area sensitifnya.

Rama terus menjilat kewanitaan Rani sambil sebelah tangannya meremas sebelah dada gadis itu dan satu tangannya lagi mengocok kejantanannya.

setelah dirasa kewanitaan Rani sudah siap untuk ia masuki, Rama menjauhkan wajahnya dari kewanitaan Rani, memperhatikannya sebentar sebelum mengarahkan kejantanannya pada lubang surgawi gadis muda itu.

"Saya akan memasukinya sekarang," Rama memandang Rani dengan tatapan meminta persetujuan. 

Rani mengangguk mempersilakan. Sedikit ia merasa gugup saat menantikan benda favoritnya itu yang sebentar lagi akan segera mengoyak selaput daranya. Sejujurnya ia sudah lama menanti hari ini, hari dimana Rama akan benar-benar menjadikannya milik pria itu seutuhnya.

Rani sadar jika ia salah telah mencintai pria itu. Dan ia tidak bisa berbuat apa-apa selain rela berbagi. berbagi cinta dan tubuh pria kesayangannya karena.…

Dia adalah ayah dari sahabatnya.