Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 6

Sudah seminggu Ran dan Rania di rumah papa Abi, nah sekarang giliran ke rumah Ayah Ahmad.

Bertepatan di hari yang sama pula Ran kembali masuk kerja, seminggu cutinya sudah selesai.

Dasar Ran saja yang memang ngotot masuk kerja, padahal seluruh keluarga sudah menyuruhnya untuk menambah cuti.

Ran sudah sampai di kantornya, dengan setelan jas warna abu-abu pilihan Rania.

Selama seminggu ini pula dia selalu menggagahi Rania, memang sampai saat ini dia belum bisa mencintai istrinya, tapi kalau urusan ranjang itu tidak boleh terlewatkan, Hahaha.

Semua orang menyapanya dengan sopan, sampai di ruangannya, Ran tercekat dengan sosok yang berada di meja sekretaris.

Wanita cantik dengan penampilan seksi menggoda, Ran menatapnya tak berkedip dengan tatapan sensual menggoda.

"Selamat pagi pak," sapanya.

"Iya, selamat pagi juga." jawab Ran menyunggingkan senyum termanisnya.

"Sekretaris baru?" tanya Ran dengan suara seraknya.

"Iya pak, saya sekretaris baru!"

"Nadia Ervina," sekretaris itu mengangguk tersenyum.

"Nama yang bagus," pujinya.

"Ok, selamat bergabung di perusahaan ini." Ran melangkah masuk ke ruangannya.

Sekretaris baru itu tampak kagum dengan pesona Ran yang tampan, gagah dan terlihat seksi.

Di rumah Rania tampak membantu sang ibu menyiapkan makan siang. "Bagaimana rasanya setelah menikah sayang?" tanya Ami.

Rania tertegun mendengar pertanyaan ibunya. "Ehmm, biasa saja bu!" jawab Rania tersenyum.

"Masa' sih biasa saja sayang, pasti luar biasa dong!" ucap ibunya menggoda Rania.

"iiihh ibu apaan sih." Rania malu dengan godaan ibunya, sehingga pipinya merona merah.

Sang ibu tertawa geli melihat putri semata wayangnya, yang kini sudah menjadi istri.

Ibunya berharap semoga pernikahan anaknya langgeng.

Tok... tok... tok...

Suara ruangan pintu Ran di ketuk seseorang. "Masuk," suara Ran dari dalam menginterupsi sih pengetuk pintu untuk masuk.

Cklek..

Masuklah sih sekretaris baru, Nadia masuk sambil membawakan beberapa berkas penting, dan memberi tahu semua jadwal Ran.

Ran tidak fokus karena melihat paha mulus Nadia, yang memang memakai rok pendek setengah paha, belum lagi dada besarnya yang memakai kemeja ketat.

Mereka saling tatap, lama-lama tatapan mereka berdua menjadi nakal. entah siapa dulu yang memulai, yang pasti saat ini mereka sudah saling membelit lidah.

Ran mengangkat Nadia ke sofa panjang, dengan Nadia yang ada di pangkuannya dalam posisi duduk.

Dengan mulut yang masih saling menempel melumat, tangan nakal Ran mulai membuka kancing baju yang dipakai Nadia.

Di remasnya payudara Nadia dari balik luar bra-nya. "aahhh," lenguhan Nadia.

Di bukanya kaitan bra Nadia, dan membuangnya begitu saja, Ran menggelap melihat sepasang bukit kembar yang super besar.

Tanpa menunggu lama lagi, mulut Ran langsung mengulum puting susu Nadia. berganti sambil meremas gemas, lehernya juga tak luput dari perhatian Ran.

Suara desahan Nadia dan cumbuan Ran semakin menggila, dalam posisi duduk di pangkuan. Ran menaikkan rok Nadia, melebarkan pahanya hingga mengangkang sempurna.

Di tariknya celana dalam Nadia, dan di baringan di sofa panjang ruangan ini. Ran membuka resletingnya ,dan mengeluarkan juniornya tanpa susah payah.

Terlihatlah miliknya yang tegak sempurna sangat menegang, Nadia menatap takjub, dan langsung memegang kejantanan Ran dan mengurutnya lembut.

Di jilatinya junior Ran, dan memasukkan semuanya ke mulut Nadia, Ran merem melek keenakan. "Aaahh terus sayang uuuhh," lenguhan Ran semakin menambah semangat Nadia mengoral miliknya.

Tak lama Ran mengalami orgasme pertamanya, dan di tumpahkan seluruhnya ke mulut Nadia, cairannya sangat banyak sekali sampai Nadia tersedak.

Nadia yang belum mendapatkan pelepasannya, pun dengan suka rela melebarkan kedua kakinya di hadapan Ran, hingga mengangkang sempurna.

Ran melihat kewanitaan Nadia tapi dia tak berniat sama sekali untuk menjilatinya, dengan cepat dia langsung memposisikan dirinya dan melakukan penetrasi.

Blessshhh.

"Aaaaaaahhhh," erang mereka berdua setelah kejantanan Ran, berhasil masuk dalam sekali hentakan kuat.

Ran melihat ke bawah dimana alat kelamin mereka menyatu, namun Ran tidak melihat darah keluar dari kewanitaan Nadia.

"Sudah tidak perawan? heh," Nadia mengangguk lemah sambil mendesah. "Aaaaahhh ah ah."

Meskipun sekarang ini sedang di lingkupi rasanya nikmat dunia, entah kenapa Ran merasa ada yang mengganjal, Dia seperti tidak merasa puas dalam percintaannya kali ini, tidak seperti bersama Rania.

Ran mengenyahkan pikiran itu, bagaimana pun Ran tetap berpikir hubungan dia, dan Rania hanya sebatas teman di ranjang.

Rab terus menggenjot dan menggempur milik Nadia. "yeess, aahh le-lebih cepat uuuhh yaaah."

"Ah ah ah, ini nikmat ooouuggghh."

Hingga sampai suara benda jatuh, terdengar nyaring di ruangan ini, membuat kedua orang yang sedang asyik bercinta, menoleh ke arah pintu dan menatap horor. "Rania!!"

Rania berdiri di depan pintu sambil menatap horor dalam diam, bekal makan siang untuk sang suami pun meluncur jatuh begitu saja.

?????

Rania berdiri di depan gedung pencakar langit, perusahaan yang pernah menjadi tempat dia bekerja dulu, yupsss perusahaan papa mertuanya.

Rania melangkahkan kakinya masuk, resepsionis dan semua orang yang melihat Rania tersenyum, dan memberi hormat padanya.

Sebelum menjadi istrinya pun Rania memang bekerja disini! Catat.

"Rania," Rania menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya.

"Ratih," ucap Rania menyapa Ratih teman kerjanya di kantor ini.

"Apa kabar? Waaaahh gimana rasanya setelah menikah?" goda Ratih yang langsung di cubit gemas oleh Rania, "aaww sakit Nia."

"Oh ya, kau mau mencari siapa? Paman mu eh maksud ku papa mertua mu atau...?" ucapan Ratih terhenti.

"Aku ingin mengantarkan bekal makan siang buat papa dan Ran," Rania tersenyum.

"Ciyeeeeeeee, perhatian ni yee!"ejek Ratih yang membuat pipi Rania merona.

"Ya sudah, aku ke ruangan papa dulu ya," Rania melambaikan tangannya, dan masuk kedalam lift menuju ruangan papanya.

Sang papa terlihat sedang sibuk dengan pekerjaannya. "papa," sapa Rania membuat Abi menoleh.

"Hei putriku, ayo masuk!" Rania pun masuk dan duduk di sofa.

"Ada apa kemari?" Tanyanya.

"Rania cuma mau mengantarkan bekal makan siang buat papa dan Ran," Abi tersenyum melihat sikap manis dan perhatian menantu, sekaligus ponakannya ini pada dirinya.

"Makasih ya sayang," ucap Abi tulus.

"Ran ada di dalam ruangannya kan pa?" tanya Rania pada Abi.

"Sepertinya begitu, dia belum ada keluar dari tadi."

"Oh kalau gitu Rania ke ruangan Ran dulu ya pa," Abi hanya mengangguk melihat menantunya pergi.

Rania naik lift lagi menuju ruangan Ran, pintu lift berhenti Rania melangkahkan kakinya.

Rania tertegun melihat meja sekretaris kosong, Rania terus berjalan sampai di depan pintu ruangan.

Cklek..

Di bukanya pintu itu dan betapa terkejutnya dirinya, mendapati suaminya yang sedang menggagahi wanita lain.

Bunyi suara kecipak kecipuk benturan alat kelamin yang menyatu, dan suara desahan yang bersahut-sahutan, membuat nafas dan suara Rania tercekat.

"Ooouuugggghhhhh," Ran tampak semangat mengeluar masukan miliknya.

"Ooouuhh iya, yes yes Aaaah ah nik... mat sekali."

Semua itu nyata terdengar di telinga Rania, dan tanpa sadar bekal yang di bawa Rania terjatuh begitu saja.

Menimbulkan bunyi yang cukup nyaring, membuat sepasang kekasih yang sedang memadu asmara menoleh seketika.

Dengan ekspresi horor, dan kalut Ran menyebut nama istrinya. "Rania!!"

Rania keluar dari ruangan itu dan berlari menuju lift, sementara Ran yang kaget melepaskan penyatuan mereka, dan bergegas merapikan penampilannya, lalu mengejar Rania.

Namun sayang Rania sudah pergi dengan naik taksi, Ran mengerang frustasi, bagaimana pun juga seharusnya Rania tidak boleh sampai tahu dulu.

Taksi yang di naiki Rania pun berjalan tak tentu arah. "ini mau kemana mbak?" Tanya sang supir yang di jawab Rania.

"Antarkan saya ke suatu tempat yang indah dan nyaman," supir taksi mengerutkan keningnya bingung, namun tak lantas mengantarkan Rania ke tempat yang sejuk.

Rania turun dan membayar ongkos taksi tersebut.

Tatapan Rania lurus kedepan dengan tatapan kosong, Rania berhenti berdiri melihat keindahan tempat ini.

Rania menangis menjerit semua ke kesalannya. "kenapa? Kenapaaaaa?"

"Aaarrrrrrggghhhh," teriak Rania frustasi.

Baru seminggu menjadi istri Ran, tapi dia harus menanggung semua rasa sakit ini, haruskah dia mengakhiri hubungan pernikahannya?

Hari ini, siang ini juga Rania sungguh kecewa dan merasa hancur, dia hanya sedang meratapi ke hidupannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel