Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 2

Pagi ini seperti biasanya Rania menjalani aktivitasnya, Bekerja di kantor pamannya, Menjadi sekretaris pamannya.

Paman Abi sangatlah baik mau mempekerjakan dirinya, sebagai sekretaris di perusahaannya ini.

"Rania, masuk ke ruangan saya," panggilan paman Abi lewat intercom di ruangannya.

Rania masuk dan langsung menutup pintu ruangan, "mulai besok kamu tidak lagi menjadi sekretaris saya!"

Rania kaget sekali mendengar ucapan pamannya. "tapi kenapa pak? Saya ada salah ya?" Mereka bersikap profesional jika di kantor, sehingga panggilannya pun pak.

"Ya, kamu ada salah!" Abi berkata Santai dan tersenyum tipis. "Karena besok kamu akan menjadi sekretaris CEO baru!"

"Siapa pak? Bapak memang mau ke mana?" Abi tertawa.

"Ran besok akan menggantikan posisi paman langsung Rania! Dia juga sudah menyetujuinya."

Kata-kata pamannya ini bahkan lebih mengejutkan dirinya, dia menjadi sekretaris Ran.

Habis sudahlah riwayatnya kalau begini, mimpi apa dia semalam?

"Dan ya, setelah menikah kamu juga tidak perlu bekerja lagi Rania, Kamu hanya perlu di rumah menunggu Ran suamimu pulang!" ucap Abi senang dan seperti membayangkan sesuatu.

"Kamu bantu bimbing dia ya!" Rania mengangguk mengerti.

Rania tidak bisa menolak lagi, dengan itu dia pamit undur diri dari ruangan pamannya.

Kembali duduk di kursinya, dan mulai mengerjakan pekerjaannya kembali. sambil memikirkan hari besok, awal mula dirinya menuju ke neraka impian Ran.

Rania menghela nafas berat, bukannya dia tidak senang karena sepupunya mau berubah, dengan bekerja di perusahaan papanya, hanya saja ucapan Ran tadi malam selalu menghantuinya.

???

Pagi yang di tunggu-tunggu Ran sudah tiba, ini saatnya membuat wanita itu seperti di neraka.

Ran sangat tidak suka Rania yang lebih di manja kedua orangtuanya ketimbang dirinya sendiri.

Bahkan menikah pun harus dengan sepupu sendiri, seperti tidak ada wanita lain saja. Huffftttt Ran mendengus sebal.

Cukup untuk membuat papa terkesan pada dirinya dan setelah itu dia akan kembali bersenang-senang dengan dunia-nya.

"Ran," sapa papanya di ruang makan yang melihat Ran turun. Ran membalas dengan senyuman tipis.

"Nanti kamu singgah ke rumah Tante Ami! Dan jemput serta Rania ok." Papanya tersenyum, membuat Ran tersenyum mengangguk.

Ran pun lantas menjemput Rania.

Tin.. tin.. tin..

Suara klakson mobil Ran, terdengar nyaring membuat Rania mengkerut kan kening. "siapa yang datang?" Gumamnya.

Tante Ami keluar dan melihat Ran turun Dari mobil. "eh nak Ran, ada apa kesini? Mau jemput Rania ya?" Ran mengangguk.

Rania keluar dengan style pakaian ala sekretaris dan tas-nya.

Dia kaget melihat Ran menjemput dirinya, dan Ran tak berkedip memandang takjub keindahan tubuh sepupunya.

"Ngapain disini?" Tanya ketus Rania.

"Mau jemput elu lah. "Ran memutar bola matanya jengah, "buruan naik!" Perintah Ran dan langsung mencium tangan Tante Ami.

Rania enggan ingin masuk ke dalam mobil Ran, tapi Dia masih menghargai keinginan paman Abi, karena Rania tau ini pasti idenya paman Abi.

Setelah berpamitan pada sang ibu, Ran memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

Tapi konsentrasi mengemudinya buyar, karena melihat kaki mulus sepupunya, dengan susah payah dia menelan Saliva-nya.

Rania yang asyik bermain game di ponselnya, tidak sadar akan kenakalan sepupunya.

Setelah sampai mereka langsung memarkirkan mobil dan masuk,  Sambutan hangat Pun di berikan para karyawan dan staf, yang bekerja di perusahaan ini untuk Ran.

Tak sedikit dari mereka ada yang mengejek reputasi Ran, dan kebanyakan wanita yang bekerja di sini, terpesona dengan ketampanan Ran, Membuat Ran cukup bangga.

Ran dan Rania berjalan menuju lift, dimana letak ruangan CEO dan sekretaris berada.

Setelah sampai lift Ran menyudutkan Rania di sudut lift ,dan mengukung tubuh mungil Rania.

Langsung saja Ran mencium bibir mungil Rania dengan ganas, membuat sang empunya memekik kaget dan lemas seperti jelly.

"Aaahh." Erang Rania.

Ran terus menyesap bibir manis Rania, hingga akhirnya Rania berhasil memukul Ran dengan kuat.

Lagi Rania menampar pipi Ran, tapi yang di tampar justru tersenyum dan tertawa lucu.

Membuat Rania mendelik tajam. "kenapa tertawa?!" pertanyaan ketus yang dilontarkan Rania.

"Kamu itu lucu sekali! Kenapa harus marah? Toh sebulan lagi kamu jadi istri aku, benar bukan?"

Rania terdiam, memang perjodohan ini sudah dia setujui tapi tidak untuk Ran.

Saat Rania ingin bicara lagi, lift sudah sampai ke ruangan yang mereka tuju.

Ting...

Mereka berjalan bersisian, dan masuk ke dalam ruangan Masing-masing. Rania mengetuk pintu ruangan Ran,

Masuk membawa beberapa berkas, berisi lembar-lembar kertas yang harus di tanda tangani.

"Aku ingin kopi hitam di pagi hari!" Rania menatap Ran dengan tajam. "Nanti bisa suruh OB disini,"

"Tidak tidak, aku ingin kamu yang membuatnya?!" Rania memutar bola matanya jengah. "Maaf pak, saya sekretaris disini bukan office girl."

"Tapi tetap saja aku ingin kamu yang membuatnya!" Rania mendengus dan berkacak pinggang.

"Baiklah, tapi tanda tangani dulu berkas-berkas itu!" tunjuk Rania dan langsung saja dia keluar, demi membuatkan kopi pesanan sepupu gesreknya.

Saat di dapur perusahaan, Rania dengan telaten membuat kopi hitam pesanan CEO baru itu. saat sedang menyeduh kopi, mbak Ina selaku office girl di sini kaget melihat kehadiran Rania di dapur.

"Loh mbak Rania, kenapa enggak suruh saya saja." Rania tersenyum "ah gak apa-apa mbak Ina."

"Tapi kan saya jadi gak enak mbak, seharusnya mbak bisa suruh saya ataupun mang Ucup," Ucup selaku OB di sini.

Lagi-lagi Rania tersenyum menandakan tidak apa-apa, dan pamit pergi kembali ke ruangan Ran, dengan membawa secangkir kopi hitam.

Rania masuk dan meletakkan kopinya di atas meja. "ini silahkan di minum pak kopinya!" Rania mengatakan dengan sengit, namun tetap memberikan senyuman yang manis.

"ini kamu cicipi," perintah Ran setelah dia meneguk satu tegukan meminumnya. "Aku gak suka kopi hitam!!" Rania mendelik tajam pada Ran.

Rania membuka lembar demi lembar berkas yang dia sodorkan tadi. "Loh kok belum di tanda tangani?!" ini yang sangat tidak dia sukai dari Ran yang membohonginya.

"Ckck, tidak sabaran sekali! orang juga perlu membacanya bukan?" dengan cepat Ran meraih pena, dan mulai membubuhkan tanda tangannya.

Rania melaporkan semua informasi jadwal meeting, dan segala aktivitas apapun mengenai perusahaan ini pada Ran.

Rania tersenyum, berdiri dan keluar dari ruangan. mata Ran malah fokus memperhatikan gerakan berjalan Rania, apalagi memakai pakaian seperti itu membuat bokongnya sangat menggoda.

Ran meringis melihatnya, dia kembali menyesap kopi hitam hangat buatan calon istrinya. sebenarnya kopinya sangat enak dan itu yang membuat Ran kaget, dia tersenyum sambil membayangkan Rania berada di bawah kungkungannya, dan mendesah menyebut namanya.

Meski pun benci, tapi sebagai pria kalau melihat sasaran yang empuk dan hangat tidak salahkan? Ran tentu normal kan?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel