Part 1
Dentuman musik yang mengalun keras terdengar jelas dan memekakkan telinga.
Tampak pemuda yang asyik duduk di kursi bartender dan menyesap minumannya, menikmati nikotin yang sedang di hisapnya. Sesekali matanya melirik wanita-wanita seksi yang hilir berganti.
Banyak para wanita yang berdansa di lantai dansa, meliuk-liukkan tubuh Mereka dengan gerakan se-erotis mungkin.
Tempat seperti ini memang sudah biasa dengan kehadiran banyak manusia yang haus akan kesenangan duniawi.
Ran menangkap sosok wanita seksi yang memakai gaun merah menyala, yang panjangnya hanya sebatas paha dan berbentuk seperti pinjungan. Menutupi dari bagian dada sampai setengah pahanya.
Ran terus memperhatikan wanita itu yang ikut menatapnya juga, Ran tersenyum dan mendekatinya.
"Hai." Sapanya dan duduk disamping wanita itu.
"Hai juga." Wanita itu membalas sapaan Ran. Wanita itu bernama Sheyrin.
Setelah mengobrol sebentar, saatnya ke permainan.
Ran si playboy cap Kampak memang terkenal sering bergonta-ganti wanita. Namanya juga playboy.
Apalagi one night stand sering dia lakukan bersama para jalang maupun tidak, tapi selama Ran menjalin hubungan atau lebih tepatnya bercinta Ran tidak pernah mendapatkan yang perawan.
Tapi asalkan tubuh mereka masih enak di nikmati dan sempit, itu tidak menjadi masalah baginya.
Dan yang terpenting selalu bermain aman, selesai.
Dan disini lah mereka, memesan kamar hotel dan memulai aksinya.
Setelah sampai Ran langsung menutup pintu dan menguncinya, menghimpit tubuh langsing Sheyrin dan langsung melumat bibirnya.
"Aaaaahhh." Sheyrin melenguh nikmat, sekarang lehernya yang menjadi sasaran lidah dan mulut hangat Ran.
Sheyrin membuka kemeja yang dipakai Ran, menampilkan roti sobek yang menggiurkan.
Celananya juga ikutan di lepas dan Ran juga membuka baju Sheyrin. Tubuh polos Sheyrin semakin membuat Ran menggila.
Dihempaskannya lembut tubuh Sheyrin dan langsung di tindihnya.
Semuanya tidak lepas dari belaian dan cumbuan Ran, mereka menikmati malam ini dengan nikmat.
"Aku masukan ya." Sheyrin mengangguk lemah dan sudah terbawa gairah.
Sebelum memasukkan juniornya, terlebih dahulu Ran memakai pengaman, dan mulai memasuki lubang surgawi milik Sheyrin.
Blessshhh.
"Aaaaaaaahhhhhhh." Erang nikmat keduanya.
"Kau sudah tidak perawan?" Sheyrin mengangguk, Ran cukup kecewa dengan fakta itu, tapi ya di berusaha acuh saja dan terus menggenjot tubuh Sheyrin.
Di zaman yang modern seperti ini, memang sangat susah mencari wanita yang masih perawan, ada pun mungkin hanya beberapa persen dari banyaknya wanita.
"Ooouuggghh." Sheyrin melenguh, saat lidah hangat Ran mengulum puting payudara kanannya yang lumayan besar.
Sedangkan tangan kanannya pun ikut meremas payudara sebelah kiri, Ran menambah kecepatan ritme goyangannya sampai suara ponsel Ran berbunyi.
"Shiiiiiiittttt." Maki Ran.
Lantas Dia pun mencabut miliknya, mengangkat telpon, dan berjalan ke arah sisi jendela kaca.
"Hallo." Ucap Ran dingin.
"Pulang sekarang jugaaaa!" Ran mendengus memandangi ponselnya di mana sang papa tercinta menelpon, membentaknya dan menyuruhnya pulang ke rumah.
Tanpa membantah lagi ucapan sang papa, dia pun mematikan panggilan telepon sepihak.
Ran mencabut kondom dari juniornya, memakai kembali pakaian dan celananya.
Sheyrin yang masih di posisi telentangnya, menatap heran Ran yang kembali memakai pakaiannya.
"Kau mau kemana?" Ran memandang Sheyrin dengan tatapan maaf.
"Aku harus pulang, papa ku menelpon, maafkan aku ya?!"
"What? jangan bilang kamu bakalan ninggalin aku, disaat kita belum mencapai kenikmatan berdua!"
Gerakan memakai pakaian Ran terhenti dan menatap Sheyrin. "Maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Ran langsung tancap gas pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Ran Melihat kedatangan Tante, dan juga sepupunya yang sangat dia benci.
Ran mendengus sambil berjalan ingin masuk ke kamar, namun langkahnya terhenti. "kamu tidak ingin menyalami Tante Ran?!" Ran pun memutar tubuhnya, yang ingin melangkah ke kamar dan menyalami tantenya.
mencium tangan kanan Tante Ami, juga memeluk serta mencium kedua pipinya. setelahnya dia menatap dingin sepupunya Rania.
Rania juga menampilkan wajah tak bersahabatnya pada Ran, Rania membuang pandangannya ke arah lain.
Ami yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala. "kamu sudah pulang Ran?" Suara papanya yang turun dari tangga.
Ran menatap papanya yang tersenyum sangat lebar, tidak biasanya dia se-senang ini.
"Papa dan Tante Ami sudah berbicara mengenai pernikahan kalian, yang akan di selenggarakan sebulan lagi!" Ran mendelik mendengar ucapan papanya.
Namun tidak untuk Rania, kali ini gadis itu tampak santai. Diam dan merunduk.
Ran yang emosi pun langsung menarik tangan Rania, dan membawanya ke halaman belakang kolam renang.
Sementara para orang tua tersenyum, melihat kedekatan anak mereka tanpa tahu apa yang terjadi.
Ran menarik Rania dan menghempaskan tubuhnya, ke dinding tembok halaman belakang dengan kasar. "Aaww," pekik Rania kesakitan.
"Apa sebenarnya yang kau pikirkan? Kenapa kau tidak berusaha untuk mencegah pernikahan ini!" Tekan Ran dengan berteriak.
Rania tidak habis pikir dengan sikap kasar Ran. "Kau pikir aku juga mau menerima pernikahan ini!"
"Aku juga tidak ingin ini terjadi, tapi aku masih memikirkan perasaan kedua orang tua ku." Jelas Rania.
Ran makin mencengkeram kuat kedua bahu Rania. "Begitukah? Baiklah kalau itu yang kau mau!" Ran mengangkat kedua tangannya ke atas.
"Tapi dengan cara membuat hari-harimu bagaikan neraka menjadi istri ku." Setelah mengatakan itu, Ran pergi meninggalkan Rania yang termanggu dengan ucapannya.
Hati Rania terasa seperti terhantam batu besar, walau bagaimana pun juga dia sudah berusaha untuk menentang pernikahan ini, Tapi apalah daya jika para orang tua sudah sangat bahagia dan memohon.
Rania tidak ingin menjadi anak yang durhaka, biarlah dia mencoba untuk memulai semua ini, dengan menikah bersama Ran, Walau dengan konsekuensi ancaman Ran tadi.
