05 - Empat
"Halo, sayangnya gue," sapa Danisha ketika buka pintu ruang kerja Cla.
"Egh! Hai, Darling! Masuk sini." Cla mencoba terlihat antusias pada Danisha.
"Sibuk banget lo. Kayaknya kegagalannya udah jauh banget, ya?" sindir Danisha yang ternyata memergoki aku sedang melamun.
"Sialan! Nggak dong. Biasa, suntuk gue," balas Cla.
"Jangan-jangan lo tadi lagi ngelamun jorok, ya? Lo jangan gesrek kayak Grenda yang jebol tiap malem, Cla. Apalagi ntar malem doi mau ketemu sama si Alex," ucap Danisha yang selalu blak-blakan.
"Anjir! Apa beda sama lo? Kuda-kudaan mulu sama si Dima," sindir Cla balik.
"Damn you!" umpat Danisha yang membuat Cla terkekeh.
"By the way, tumben lo ga mondar-mandir, sibuk sana sini kayak biasanya?" tanya Danisha.
"Nggak kenapa-napa. Eh, lo pernah denger nama Augfar Andrean nggak sih, Dan? Gue kok kayak familiar banget ya sama nama itu?" tanya Cla penasaran.
Danisha termasuk orang yang kenal dengan makhluk-makhluk populer di dunia ini.
"What! Maksud lo, Andrean Augfar Davinci?” tanya Danisha dan dijawab Cla dengan gedikan bahu.
“Masa lo nggak kenal?" histeris Danisha.
"Yeee ... Kalo gue kenal mah, gue nggak nanya lo bego!" sebal Cla pada Danisha.
"Calm, Babe! Augfar Andrean itu temen SMA kita dan doi itu ketua geng most wanted. Dia itu sohibnya pria berengsek yang gue tabok waktu tragedi aula waktu itu. You know what I mean, Darl?" jelas Danisha.
"Anjir! Lo serius? Itu Andrean yang ganteng parah di SMA kita?" tanya Cla memastikan.
"Yes, Darl.Setau gue nama Augfar Andrea yang ganteng gak ketolongan yah dia doang. Doi sekarang jadi CEO Davinci Corp. Masuk jajaran pria hot yang kaya raya dan seperti yang lalu, gosip manusia es. Pria terdingin nggak bisa hilang gitu aja dari doi," jelas Danisha lagi yang hanya Cla tanggapi dengan anggukan kecil.
"By the way, kenapa lo tiba-tiba nanyai tentang doi? Lo naksir doi, ya?" ledek Dani lagi.
"Gila lo, ya! Temennya aja nolak gue, apalagi dia? Lagian dia juga udah punya tunangan," jawab Cla dengan mengibaskan tangannya.
"Hah? Seriously? Doi udah tunangan? Yakin lo?" tanya Danisha shock.
Cla menganggukkan kepala sembari mengiyakan pertanyaannya.
"Tadi dia ke sini sama tunangannya. Model berkelas internasional dan dia minta gue buat bikinin gaun tunangan mereka."
"Hah! Gue masih nggak percaya kalo dia tunangan. Masa sih? Perasaan dia itu single alias jomlo loh. Kenapa tiba-tiba dia tunangan?" tanya Danisha.
Cla lagi-lagi hanya mengedikkan bahu tanda tidak peduli. Meskipun masih tersisa rasa penasaran cukup besar atas tindakan yang dilakukan Augfar Andrean itu padanya tadi.
"Yuk, ke atas. Kita fitting baju lo. Gue harap lo suka sama gaun gue ini," ajak Cla pada Danisha, mencoba menepis pemikiran tentang pria itu.
"Oh, oke. Ayo. Gue nggak sabar liat gaunnya."
Mereka berdua berjalan menuju lantai tiga, karena semua koleksi gaun Cla tersimpan rapi di sana termasuk milik sahabat Danisha..
"Sumpah, Cla! Ini keren gilaaa ... Gue suka banget!" pekik Danisha, yang membuat Cla sontak tersenyum bahagia.
Cla bahagia jika pada akhirnya Danisha menyukai hasil karyanya. Tidak sampai di situ saja, Cla memberikan kejutan spesial sebagai kado untuk pernikahan Danisha dan Dima beberapa bulan lagi.
"Dan, gue punya satu kado buat wedding kalian berdua. Terkhusus buat lo, sahabat terbaik gue," ucap Cla.
Cla melangkah kesalah satu lemari yang berisikan koleksi gaun yang telah selesai ia buat.
"This is special for you, Dear!" ucap Cla yang langsung mendapat serangan pelukan erat dari Danisha.
"Gue suka! Makasih banyak, Sayang! Kado lo luar biasa. Lo juga yang terbaik!" Pelukan erat Danisha terasa begitu hangat, sehangat persahabatan mereka sedari dulu.
Bahagia itu tidak cuma harus dengan pasangan, akan tetapi dengan sahabat pun akan terasa luar biasa.
****
[Grenda POV]
"Morning, Bebs ...." Suara serak khas orang bangun tidur menyapaku dipagi ini.
Aku hanya melihatnya sekilas dan tersenyum lalu beralih mendekap erat pria yang berada di sampingku ini. Aku memang penikmat tusukan benda tumpul milik pria, tapi bagiku pria disampingku ini yang paling luar biasa.
Dia Alexander, teman ku saat SMA dan salah satu dari empat orang most wanted ketika aku masih di SMA. Ketika aku di SMA sama sekali tidak punya keinginan dekat dengannya. Kami bahkan jarang berinteraksi. Namun, ketika kami dipasangkan menjadi partner untuk photoshoot berdua sejak dua tahun lalu. Kami mulai dekat, tapi tidak ada status yang jelas yang kami sandang berdua.
Kami akan tidur berdua ketika kami di posisi kota dan negara yang sama serta free dari pekerjaan masing-masing. Seperti saat ini, Alex sedang free selama satu minggu dari kegiatan modeling dan begitu pula aku.
Alex lebih sering tinggal di USA karena memang pekerjaannya menjadi model internasional dengan jam terbang tinggi. Sedangkan aku, lebih banyak menetap di Indonesia meskipun sering kali aku diminta untuk photoshoot di luar negeri.
Terlepas dari masa lalu kelam milik sahabatku yang cintanya tertolak dengan sadis oleh sahabat baiknya Alexander. Aku tetap menyukainya, sebagai partner ranjangku. Toh, itu sudah masa lalu dan aku lihat Clarista sudah baik-baik saja.
Balik lagi ke Alex, kami telah menghabiskan malam yang panas berdua. Apakah ketiga sahabatku tau tentang ini? Jawabannya adalah TIDAK! Aku tidak ingin memberitahu mereka, karena aku tidak ingin Clarista dan kedua sahabatku kecewa atas pilihanku ini.
"Kamu nggak mau bangun?" tanya Alex dengan suara seraknya.
Aku menggeliat semakin mengencangkan pelukan ku ditubuhnya.
"Aku masih ngantuk!" ucapku lirih
Meskipun tidak ada status jelas diantara kami berdua, tapi aku tetap bahagia. Aku cukup berterima kasih atas manajemenku yang mempertemukan kami berdua dalam satu frame.
[Flashback on dua tahun lalu]
"Darl, ada job buat ke LA. Ambil nggak?" tanya Mario asisten pribadi yang sekaligus jadi manager ku.
"Foto apaan?" tanyaku santai dengan membolak balik majalah playboy yang baru saja terbit.
"Biasa, Darl. Foto buat majalah dewasa. Partnernya yahut kali ini. Serius deh!" jelas Mario dengan gaya melambainya, "Lumayan loh bayarannya. Bisa beli mobil baru lagi. Ehmm.. Cucok, kan?" tambahnya.
"Emangnya kapan sih? Minggu ini gue ada jadwal pemotretan sama Bang Rio, kan? Buat bajunya siapa?" tanyaku.
"Rencananya sih awal Bulan depan, Bebs. Kalo minggu ini mah bajunya Bang Ivan. Dan lo punya waktu free tiga hari di akhir bulan."
Aku hanya mengangguk tanda mengerti dengan penjelasan Mario.
"Bayarannya cukup buat beli mobil lagi? Gila aja kalo gue tolak!" batinku, "itu foto bugil?" tanyaku dengan arah pandang tak lepas dari majalah yang sedang aku pegang.
"Yups! Tapi partner lo ntar model super kece, Bebs. Sayang kesempatan emas dilewati," hasut Mario.
"Okay, deal! Gue mau! Tapi kalo partner gue ngecewain, gue potong batang lo!"
"Gilingan deh! No way. Jangan Ehm ... Ntar eke mau tusuk Derby make apa! Galak lo, Bebs. Ish!" gerutu Mario yang membuatku tertawa lepas.
Aku memulai karirku sebagai model ketika aku masih kuliah di Singapore. Kala itu aku hanya menjadi model untuk peragaan baju musim dingin. Semakin hari, makin banyak tawaran untuk bermacam-macam dan akhirnya sampai aku pernah menjadi model bikini tersohor di sana. Mulai dari saat itu aku menikmati pekerjaanku sebagai model seksi. Top-less dan kali ini aku menerima tawaran untuk benar-benar bugil dibidikan kamera.
Sahabatku tidak pernah menghujat bahkan mereka mengatakan kalau aku sangat keren serta seksi dengan pakaian minim itu.
*****
Terbang ke Los Angeles, ketika sampai di sana yang menjadi tujuan utama adalah hotel. Ya, aku ingin merebahkan diri menghilangkan rasa jetlag-ku. Baru setelah itu aku bergegas jam sepuluh malam waktu LA, aku pergi ke studio untuk pemotretan. Cari uang banyak ternyata butuh pengorbanan.
Studio foto di tempat ini, memang luar biasa bagus ornamennya. Klasik tapi keren. Mario berbincang dengan staf yang mengantarkan aku ke ruang tunggu sekaligus ruang ganti. Akan tetapi sampai sekarang aku belum melihat partner kerjaku.
Meskipun ini bukan pemotretan untuk majalah playboy, tapi ini majalah dewasa lainnya yang akan beredar di Amerika dan sekitarnya.
"Sorry, we are late!" Suara pria yang sebelas dua belas dengan Mario menyapa kami.
Mau tak mau aku menoleh dan astaga! Apa mungkin mataku sedang bermasalah? Damn it! Itu ‘kan Alexander. Teman sekolahku di SMA yang sekarang aku dengar jadi model terkenal di dunia.
"Hello, Grenda? How are you?" tanya Alex tanpa canggung mengambil duduk tepat di sebelahku.
Aku menatapnya lama dan kemudian terkekeh pelan, "i'm great! How about you? " tanyaku balik.
"Seperti yang lo liat, gue tambah keren dan HOT tentunya!" ucapnya penuh percaya diri.
"Ya ya ya. Terserah lo aja. Gue nggak nyangka kalo partner kerja gue ternyata model kelas dunia macam lo," kataku jujur.
Alex secara tiba-tiba mencium bibirku cepat. Lantas beranjak dari tempat duduknya.
"Menyenangkan bukan? Kita bisa kerja sama dan kita bangun chemistry yang kuat. Bersiaplah sebentar lagi kita mulai," ucapnya dengan kedipan sebelah mata.
Aku yang sempat kaget, kini tersenyum sendiri seperti orang gila.
*****
Para staf dan fotografer sudah standby, bersiap untuk memberikan lensa kameranya ke arah kami. Untuk pose pertama, aku memakai celana jeans dan bra hitam yang melekat ditubuh, dengan posisi menyenderkan dadaku ke dada Alex. Sedangkan tangan Alex berada di celana jeansku. Ini foto masih sangat normal.
Pose kedua cukup menantang dengan posisi Alex memangkuku, sedangkan wajahnya tepat terarah di kedua bukit kembarku. Kami berusaha untuk tetap profesional.
Pose ketiga, Alex memeluk dengan tangan di pinggulku sedangkan wajahnya terbenam di dadaku yang sudah tidak memakai bra lagi. Sedang tanganku menggenggam kuat rambutnya.
Jeda break sebentar...
Aku dibubuhi make up lagi sedemikian rupa meskipun nantinya foto-foto yang dihasilkan akan berwarna hitam putih. Fotografer mengarahkan kembali gaya kami berdua, ini adalah pose terakhir dari pemotretan kali ini.
Tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh kami. Aku wanita normal yang gila akan seks, sedangkan Alex pun begitu. Dia pria normal dan bereaksi cepat ketika mendapati adik kecilnya yang berdiri tegang saat menemukan lubang sasarannya.
Dengan posisi tubuh kami saling berimpitan, Alex seakan menggigit daguku yang sedang mendongak keatas. Akan aku caci maki fotografer itu, jika ia tidak dengan segera menyudahi bidikannya pada kami.
Kepalaku pening menahan gairah untuk tidak making love dengan Alex di depan para staf dan Alex membisikan kalimat yang membuatku makin panas dingin.
"Aku mau menusukmu dengan keras," bisik Alex sensual membuatku meremang.
Fotografer bertepuk tangan karena kami sukses menjalankan misi foto ini dengan baik. Alex segera menarik tangan ku untuk memasuki kamar khusus dirinya, dengan keadaan kami yang vulgar begini.
Ketika pintu ditutup rapat, Alex langsung saja menyerang bibirku dengan buas. Memilin nippleku dengan kasar dan ciumannya beralih ke puncak dadaku yang memang sejak tadi telah menegang.
Dicecapnya satu persatu kanan kiri terus bergantian. Setelah puas bermain di dadaku, Alex merangkak turun membuka lebar kedua pahaku dan menyerukan kepalanya di bibir bawahku dan mengeksplorasi isi bawahku dengan lidahnya.
Bukan kali ini aku berhubungan seks. Namun, harus aku akui, ini adalah seks terbaik yang pernah aku lakukan dengan siapa pun. Tanpa aba-aba, Alex menghujani lubang surgaku dengan adiknya. Maju mundur tanpa ampun, hingga akhirnya kami berdua mencapai klimaks yang luar biasa.
Alex jatuh d iatasku dengan napas yang tersengal tidak jauh berbeda denganku juga. Alex menatapku lama, menyatukan dahi kami berdua,
"Makasih, lo hebat! Gue mau kita terus kayak gini kalo ketemu. Apa lo setuju?" tanya Alex padaku.
Tatapanku tepat ke bola matanya yang dalam dan teduh itu, seakan menghipnotis aku untuk mengangguk menyetujui ide gilanya.
Semua berawal dari dua tahun yang lalu dan akhirnya sampai saat ini kami tetap jadi partner ranjang yang solid.
[Flashback off]
****
