Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2 : Warisan Berdarah

BAB 2 Warisan Berdarah (Revisi)

Rumah besar Rehan, tiga hari setelah pembantaian para anggota The Beast.

“Rachel!” suara ayahnya menggema, penuh amarah. “Ayah sudah bilang, jangan bergerak tanpa izin!”

Rachel berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya masih memar bekas perkelahian.

“Kenapa tiga tahun ini Ayah begitu lunak? Mana ajaranmu dulu? Darah dibalas darah dan setiap penghinaan harus dibayar dengan kematian musuh kita!”

Serigala Hitam yang dibangun oleh Rehan dan Budi Budiman dengan darah dan pengorbanan. Rehan yang dikenal sebagai Godfather yang kejam dan cerdik perlahan berubah menjadi semakin bijak seiring bertambahnya usia.

Rehan juga belajar sesuatu ketika Kurenai dengan cara yang menyakitkan, ketika istrinya yang bernama Kurenai yang merupakan anak dari petinggi Yakuza Jepang meninggalkan dirinya dan Rachel ketika Rachel berusia 5 tahun. Karena salah satu pengorbanan terbesar Rehan adalah harus melihat istrinya yang tidak suka dengan jalan yang diambilnya, pergi meninggalkan dirinya.

Rehan memandang putrinya. Ada perasaan kecewa, kehilangan dan lelah di mata tuanya, seolah tubuh tuanya sudah tidak mampu lagi berdiri tegap ketika melihat anak satu-satunya yang ada di depannya.

“Kamu tidak tahu apa-apa soal politik mafia. Aku ingin kau jadi pengacara, anggota DPR, apapun. Bukan pewaris neraka ini.”

Rachel tertawa getir. “Lucu. Mama meninggalkan ayah karena ayah memilih jalan ini, kan? Dan sekarang Ayah ingin aku meninggalkan jalan ku? Atau Ayah sedang berusaha untuk meninggalkan ku seperti Mama yang meninggalkan ku?”

Rehan mengepalkan tangannya sambil menatap putrinya, “Demi Tuhan! Tolong hentikan semua omong kosong ini Rachel.”

“Demi Tuhan! Aku hanya membela diriku Ayah…. Apakah Ayah sudah terlalu tua dan menjadi buta untuk melihat fakta ini?” Teriak Rachel penuh amarah dan berapi-api.

“Rachel…!” Rehan berdiri sambil menatap putrinya.

Rachel mendengus kesal, “Apakah di hari tua Ayah, keberanian dan Ketangguhan Ayah sudah menghilang? Atau keberanian Ayah telah hilang karena teringat kenangan tentang Mama?”

Plak!

Tamparan mendarat. Suara telapak di pipi putrinya membuat ruangan hening. Budi Budiman, satu-satunya orang ketiga yang ada diruangan itu hanya bisa diam matanya memperhatikan Rehan dan Rachel. Dia siap menghentikan siapapun ketika suasana semakin memanas.

Budi Budiman adalah sahabat karib Rehan sekaligus orang yang dihormati Rachel sebagai Pamannya sendiri.

Rachel terdiam sejenak, lalu tersenyum pahit sambil menghapus darah di bibir. “Jadi ini jawaban Ayah? Hanya sebesar ini kekuatan Ayah sekarang?”

Rachel menatap wajah Rehan, dan Rehan tidak mau bertatapan mata dengan Rachel. Melihat hal itu Rachel hanya mendengus kesal, kemudian dia segera pergi menuju kamarnya sambil memegangi pipinya yang ditampar oleh Rehan.

Budi Budiman hanya bisa terdiam ketika melihat Rachel meninggalkan dia dan Rehan. Dalam hatinya ia tahu Rachel adalah bayangan Rehan muda, keras, penuh ambisi, berapi-api, hanya saja sayangnya Rachel lahir sebagai seorang perempuan.

Setelah Rachel masuk dan menutup pintu kamarnya dengan sebuah dentuman keras, Rehan menatap tangannya yang bergetar.

“Saudara ku! Seumur hidup ku Aku baru melihat dirimu sangat lepas kendali seperti ini.” Ucap Budi Budiman sambil kembali menyodorkan segelas Wine kepada Rehan.

“Apa yang kulakukan, Bud? Aku hanya ingin dia bahagia, jauh dari darah.” Ucap Rehan sambil menenggak segelas Wine.

Budi menyodorkan segelas wine lagi kepada Rehan. “Saudaraku, kadang darah kita terlalu kental untuk dicuci. Rachel lahir dari dua dunia, Serigala Hitam dan Yakuza. Kau bisa menahannya, tapi kau tak bisa menghapusnya.”

Rehan menutup mata. Di kepalanya, terngiang suara Kurenai saat meninggalkannya. “Aku tidak mau anakku tumbuh di jalan yang sama.”

Budi Budiman menggelengkan kepalanya sambil menatap Rehan., “Tapi kini Rachel sudah memilih jalannya sendiri saudara ku. Jangan sampai kau kehilangan Rachel karena memaksakan jalan mu kepadanya.”

“Entahlah Budi. Aku sangat benci diriku sendiri saat ini, setiap kali Aku menatap wajahnya Aku selalu teringat akan kesalahan masa lalu ku yang tidak mau mempertahankan Kurenai Ibunya Rachel. Aku....Aku hanya ingin Rachel bahagia bud. Hanya itu tidak lebih.” Oceh Rehan dengan suara bergetar.

“Serigala Hitam adalah rumah dan hidup kita Rehan dan cepat atau lambat kita akan mati. Seriga Hitam butuh pemimpin dan Rachel adalah calon kuat untuk memimpin Serigala Hitam setelah kepergian kita.” Ucap Budi Budiman sambil meminum winenya.

“Tidak Bud, Aku tidak akan mewarisi Neraka ini kepada satu-satunya anak ku yang menjadi alasan ku untuk tetap hidup!” Rehan berkata pelan sambil memejamkan matanya.

Budi Budimna tersenyum pahit, “Lantas apa langkah yang akan kau ambil mengenai insiden di bekasi?”

Melihat Rehan tetap diam, Budi membakar rokoknya sambil mengehela nafas berat, “Saudaraku, tubuh tua ku ini masih bisa membunuh satu atau dua orang petinggi The Beast. Mungkin jika beruntung aku bisa membunuh Alex dan menghilangkan ancaman The Beast untuk selamanya.”

Rehan membuka matanya ketika mendengar perkataan saudara seperjuangannya.

{Ternyata Budi memiliki pemikiran yang sama seperti Rachel!} Batin Rehan didalam hatinya.

Setelah hening dalam beberapa saat Rehan akhirnya menatap Budi dan tatapan matanya kembali tegar seperti serigala Alpa.

“Undang Alex Pemimpin The Beast ke Klub malam kita yang ada di jalan Mangga Besar, Jakarta. Aku akan bernegosiasi dengannya dan memberikan mereka konpesnsasi berupa uang. Serta sebagai permintaan maaf Aku akan meminta Rachel menunjukan sebuah tarian pedang dan memamerkan permainan pedangnya. Semoga dengan cara itu The Beast puas dan sekaligus takut.” Rehan memberikan keputusannya dan perintah kepada Budi Budiman.

“Rehan apakah kamu telah memikirkan matang-matang keputusan mu ini?” tanya Budi Budiman tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“Inilah yang terbaik untuk Serigala Hitam saat ini Saudara ku!” ucap Rehan Parau.

“Baik Rehan, Aku akan menyuruh orang kepercayaan ku untuk menyampaikan undangan tersebut.”

Budi Budiman hanya mampu memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Tanpa di sadari oleh Rehan, saudara seperjuangannya meneteskan air matanya ketika Budi berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut.

{Apakah kejayaan Seriga Hitam harus berakhir seperti ini?} batin Budi Budiman di dalam hatinya sambil meninggalkan ruangan tersebut.

{Maafkan Aku saudara ku. Inilah hal terbaik yang mampu Aku berikan untuk Serigala Hitam saat ini.} batin Rehan sambil menatap kepergian Budi Budiman.

Sementara itu di dalam kamarnya, Rachel sedang menangis sambil menatap foto dirinya yang berumur lima tahun yang sedang di peluk oleh Ayah dan Ibunya. Rachel menyentuh wajah cantik Kurenai dengan ujung jari telunjuknya.

“Ma…andai saja mama ada disini, aku yakin Mama akan membela ku ketika Ayah menyalahkan ku….” Ucap Rachel lirih.

“Mama pasti percaya, Aku hanya membela diriku dan aku bukan biang masalah.” Rachel berkata sambil mencium foto tersebut dan tanpa dia sadari air matanya mengalir membasahi pipinya.

Rachel teringat ulang tahun terakhirnya yang di rayakan secara sederhana di sebuah kontrakan kecil dengan sebuah kue tar. Ia teringat ketika Budi Budiman bertingkah konyol sambil menyalakan lilin diatas Kue dan berhasil membuatnya tertawa.

Rachel teringat ketika dia meniup lilin tersebut, Rehan dan Kurenai tersenyum sambil bergandengan tangan, lalu keduanya menciumnya setelah meniup lilin dan memanjatkan doa.

“Apa salah ku Ma…sampai Mama tega meninggalkan ku dan tidak membawa ku pergi bersama Mama ke Jepang?” Rachel semakin larut dalam nostalgianya.

Rachel meletakan foto keluarganya yang utuh ke dadanya sambil berlinang air mata, “Ma…Aku kangen mama…”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel