Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 : Daftar orang yang di benci

Nirvana masih diam berdiri di kamar Weyna, dia menatap gadis itu tajam yang ini tengah mengacak-acak ponselnya.

"Cepatlah," desaknya namun terdengar meledek, membuat Weyna berdecak kesal.

"Diamlah sialan."

Weyna menghubungi Callum Domini, salah satu orang kepercayaan nya. Walau dia sama sekali tidak bekerja, namun simpanan gadis itu tidaklah main-main.

"Falcon Supernova iPhone 6 Pink Diamond kirim ke rumah Vint." kata nya menatap Nirva dengan senyum miring menggigit kukunya. Sedangkan Nirva hanya memutar bola mata kesal.

"Apa Nani harus tau," tanya Callum

"No, pakai simpananku."

"Baik, akan ku urus."

"Thanks." lalu menutup panggilan nya. "Sudah, jadi silahkan keluar." ketus nya berharap pria itu segera keluar dari kamarnya.

"Kau siapa?"

Pertanyaan macam apa itu, Weyna terkekeh. "Aku, aku hanya anak kedua dari Oscar Zachary Vincent. Calon adik ipar dari tuan muda Nirvana Orion Holden Kim." jelasnya terdengar meledek Nirva.

"Cih, anak tiri saja bangga."

Sial. Sepertinya pria di hadapan nya ini benar-benar menyebalkan. Rasa nya dia ingin meleburnya mentah-mentah.

"Setan. Tak perlu kau perjelas bodoh. KELUAR SANA. SIALAN." teriak nya kesal.

"TIDAK PERLU BERTERIAK GADIS BAR-BAR."

Weyna melempar bantal tepat mengenai kepala Nirva. Pria itu berbalik menatap Weyna yang lagi-lagi mengacungkan jari tengah nya. "Keluarlah bajingan." katanya tidak peduli tatapan tajam dari Nirva.

"Kau,"

"Ah satu lagi, kau bukan anak kecil yang minta dijagakan,"

"Dasar gila."

"Thanks, atas pujian nya." kata Weyna tersenyum manis.

"Kutunggu kau di luar tidak peduli dengan ocehanmu, atau aku benar-benar mengatakan semua nya pada tuan Oscar." kata Nirva keluar dari kamar gadis itu tidak peduli jika sekarang dia sudah mendengar umpatan dari arah kamar Weyna. "AKU MENDENGAR NYA, GADIS BAR-BAR." teriak nya namun tetap berjalan pergi.

"WHATEVER. Aarrgghh… hari menyebalkan, kenapa harus dia sih."

Nirva yang mendengar itu sedikit melirik ke belakang tidak habis pikir dengan gadis itu, apa sebenarnya dalam otak nya yang selalu saja mengatakan hal yang kasar. Bahkan jari tengah sialan nya itu membuat nya benar-benar muak.

?

?

?

Nirva yang berada di samping Weyn tak peduli dengan ocehan gadis yang tengah menerima panggilan dari dari sahabatnya Natalya Alexei, pemuda itu terlalu fokus pada ponsel baru nya.

"Ah sebelum itu, aku ingin bilang kalau bajingan itu datang mencarimu." ucap Alex terkekeh dan semakin terkekeh mendengar jawaban dari Weyna.

"Peduli setan dengan nya. Aku segera sampai."

"Baiklah."

Alex lebih dulu memutuskan panggilan mereka, dan Weyna membawa mobilnya dengan menambah kecepatan membela kota london, inggris.

Ditengah-tengah perjalanan menuju tempat tujuan Weyna bertanya sesuatu pada calon kakak iparnya.

"Kau dari mana?"

"Hah?" tiba-tiba? Pikir Nirva yang melihat kearah Weyna yang fokus pada jalanan.

"Ck, kalau asalmu dari sini tak mungkin mereka ingin aku mengajakmu kan. Jadi dari mana kau berasal calon kakak ipar?" tanya Weyna sedikit menekan diakhir.

"Dari mana pun asalku, cukup lakukan apa yang mereka suruh." jawaban yang paling tidak Weyna sukai. Ia hanya mendengus tak ingin ada pembicaraan lagi. "Yakin kau membeli barang semahal ini dari uangmu sendiri? Kurasa tidak," waw, hahahaha… tahan Weyna tahan jangan sampai kau melemparnya dari mobil.

"Aku menjual diri, kau puas." ketusnya yang malah membuat Nirva bertepuk tangan.

"Waw, amazing… " cemooh nya terkekeh melihat ke arah luar jendela. "Kau melayani pria berjas, setelah kita melakukan nya?" kembali bertanya semakin tak punya perasaan mengatakan sesuatu yang mungkin saja, akan ia sesali.

Weyna diam tak ingin berurusan dengan pria seperti…

"Ck, pantas saja Tuan Oscar dan istri nya tidak peduli denganmu."

Tadi nya tidak tapi sekarang, "Ya, kau benar. Jadi," Weyn melirik Nirva yang tersenyum santai padanya seakan tak memikirkan apa yang telah diucapkan bisa saja menyakiti perasaan Weyn. "Diamlah kalau kau masih ingin bertemu dengan calonmu." ucapan terkesan santai namun sedikit menakutkan bagi yang tahu siapa gadis itu.

Nirva terkekeh sedikit melirik Weyna, "Menarik." gumam Nirva lalu kembali fokus pada ponsel nya, begitupun Weyna tak peduli dengan calon kakak ipar yang kini membandingkan nya dengan sang kakak.

Dalam hati dan fikiran Weyn hanya satu, bertambah satu lagi yang masuk dalam daftar orang ia dibenci. Tapi tak apa selama mereka tak mengusik nya, jadi ia tak perlu mengeluarkan sumpah serapah yang selalu di dengar nya dari Nani.

Vint Cafe

Weyna keluar dari mobil, disusul Nirva. "Kau duluan," ucap Nirva namun, gadis itu Tak peduli dengan, yang kini memasuki salah satu cafe keluarga Vincent.

"Dasar gadis bar-bar." kesal nya segera menghubungi seseorang, dengan masih menatap Weyna yang terlihat bergabung dengan temannya.

Selagi menghubungi sekretarisnya, mata nya tak lepas dari Weyna.

Nirva bisa melihat ada perubahan dimimik wajah gadis itu.

Di Dalam kafe, Weyna berdecak kesal melihat gadis yang bersama kekasih,ah...apa, mantan kekasih nya di apart milik mereka.

Ya, walaupun belum ada kata putus yang bahkan Weyna berpura-pura tak mendengar atau melihat apapun.

Sydney Mackenzie gadis berumur 24 tahun, bekerja sebagai pekerja lepas. Dengan orang tua jauh dari nya, karena keadaan ekonomi.

"Boleh gabung gak?" tanyanya tersenyum polos layaknya ratu drama yang tak bersalah.

"Boleh. Iya kan Alex,"tanya Weyna pada Alex yang tengah menyesap americano dingin nya.

"Tentu. Sendiri saja?" katanya sekaligus bertanya. "Ya, hehe." hanya itu tapi sangat menyebalkan.

"Tak bersama kekasihmu, ups...kau jomblo atau sudah punya kekasih sih. Aku terkadang bingung, Hehe." kata Weyna sedikit memancing gadis dihadapan nya itu. Berharap umpan nya dimakan dengan baik.

Alex pun ikut menyerang, "Hahaha Weyn, tentu saja dia sudah punya kekasih. Iya kan,"

"Ah, iya hehe."

Termakan dengan baik.

"Benarkah? Kapan kalian jadian? Aku sangat penasaran."

Weyna atau pun Alex menyembunyikan tawa mereka melihat Sidney yang terlihat gugup. Apa manusia di hadapan mereka ini tak punya malu menyapa gadis yang telah ia khianati? Namun sepertinya tidak.

Sydney tersenyum menyesap minuman nya menatap Weyna dan Alex, "Lima bulan yang lalu, iya. Hubungan kamu sudah terjalin lima bulan yang lalu." ucapnya dengan bangga.

"Ah, bukankah kau pernah bilang padaku sempat melihat nya di Short Stay apart bukan?" kata Alex pada Weyna. "Benarkah? Sepertinya aku lupa, hehe." kekeh bernama Weyna itu.

"Bu-bukankah itu,"

"Ya, itu apartemenku dengan… nya." kata Weyna menatap seorang pemuda yang berjalan ke arah mereka.

Tatapan mereka mengarah pada pria yang baru saja memasuki kafe dengan santai melambaikan tangan pada Weyna.

Indigo Xavier kekasih dari Weyna, hubungan mereka sudah berjalan selama4 tahun terakhir.

'Aku pernah melihat kejadian yang serupa di drama yang Lany tonton, menunggu kekasih dan sahabat... hahahaha sahabat?

Bulshit!

dia bukan sahabatku tapi seorang jalang yang berwajah tebal.

Intinya, menunggu kekasihmu bermain gila di dalam apart kalian…'

Weyna terkekeh, "Lihat, betapa polosnya kekasihku itu." ucapnya membalas lambaian digo.

Alex terkekeh sedangkan Sidney hanya diam menyesap minumannya.

"Aku yakin, dia mudah tergoda. Bukan begitu sidney,"bukan bertanya pada Weyna sebagai kekasih Digo namun bertanya pada Sydney yang terkekeh karena pertanyaan dari Alex. "Entah lah, kau ini lucu sekali Alex. Harus nya bertanya pada kekasihnya, bukan padaku. Dia kan kekasihnya," jawab nya tertawa membuat Weyna ikut tertawa.

'...Rumah impian sebagai tempat yang akan menjadi pelarian saat kalian lelah…Bahkan aku bisa menemukan bekas lendir percintaan mereka yang mengering dan juga celana dalam merah tipis berenda seperti tali, Hahahaha... Rasa nya waw...amazing, sangat-sangat amazing! Dengan tingkah polos seakan meledek, rasaku ingin membunuh mereka saat ini juga. Kalian lihat, mereka bahkan memainkan peran dengan sangat baik. Cih dasar sampah murahan!'

"Kurasa Alex benar tentang itu, dia mudah tergoda dengan barang murahan." ucap Weyna terkekeh pelan melirik Sidney yang terlihat santai menyesap minuman namun sedikit gugup.

"Hai, sayang." Weyna tersenyum tipis pada Indigo yang menyapa nya dengan suara manja.

Sidney berdiri, "Ah sepertinya aku harus pergi,"

"Kenapa?" -Alex

"Aku ada janji dengan--"

"Ah, kekasihmu ya?" -Alex

"Hahahah, kau ini. Baiklah aku pergi. Bye Weyn," pamitnya, "Ya, hati-hati. Ingat jangan mampir di sembarangan tempat." ucap Weyna memperingati gadis itu. "Hahaha sialan." katanya segera melenggang pergi digantikan Digo yang duduk di tempat nya menatap Weyna manja.

"Kau kemana saja selama ini, aku selalu mencarimu." rengek pemuda itu.

"Manja." cicit Alex yang malah mendapat lirikan sinis, "Diamlah." sungutnya pada Alex membuat Weyna terkekeh.

"Aku tak kemana-mana,"

"Benarkah?"

"Kau terlalu sibuk dengan barang murahan kali, makanya tak melihatku."

"Heh, enak saja."

"Aku kan hanya mengatakannya, kalau tidak ya, tak usah marah."

"Iya aku tidak marah."

Alex muak melihat tingkah polos Indigo, rasa nya ia ingin memukul mulut busuk lelaki itu. Saat Indigo ingin mengecup pipi Weyn, gadis itu mengelak membuat sang kekasih mempoutkan bibir. "Kenapa?" tanyanya merengek.

"Banyak orang."

'Terlepas dari semua itu, akulah masalah yang sebenarnya.itulah aku Weyna.'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel