Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 : Gadis bar-bar

Disaat gadis yang bernama Weyna terlihat mondar-mandir memikirkan sesuatu yang membuat kapasitas otaknya mengkerut, Seorang pria malah duduk santai bak pangeran mengangguk-anggukan kepala, memainkan bibir melihat gadis itu bak setrika yang diatur oleh pengguna nya.

"Apa se susah itu untuk berpikir?" tanya Nirva yang masih tampak santai memainkan bibirnya. "Ya, sangat susah." jawab Weyna tanpa melihat pemuda itu sedikit pun, yang tengah mengangguk. "Atau mungkin kapasitas otaknya belum sampai dan memadai keadaan sekarang." ucap Nirva santai tidak peduli pada gadis yang tengah menatapnya tajam.

"Diamlah sialan. Aku tak butuh komentarmu, mengerti."

Nirva mengangkat bahunya masa bodoh.

"Ini semua karenamu. Bagaimana kau bisa muncul di rumah ini bahkan, apa tadi? Calon kakak ipar? Wah, kau… jangan bilang memang mencariku selama ini," tuduh Weyna menunduk ke arah Nirva yang tengah memutar bola mata nya kesal.

"Eih, perasa sekali kau ini. Untuk apa juga aku mencarimu." menyangkal tuduhan tak masuk akal itu padanya. Dasar gadis gila, pikirnya.

"Lalu,"

"Aku benar calon suami kakakmu."

"Kau pikir aku bisa percaya begitu saja?" sengus Weyna yang masih tidak percaya dengan pria di hadapan nya itu.

Nirva berdiri memasukkan tangannya ke kantong celana, "Itu terserah padamu. Lagipula, mengapa kau sangat heboh sekali, aku kan tidak akan membongkar kelakuanku sendiri." kata bersandar di dinding menatap Weyna yang kini bertepuk tangan. "Benarkan, kau tidak akan membongkarnya. Hahaha benar--"

"Ya, sebelum kau berlaku baik padaku." kata Nirva dengan senyum miring nya seakan mengatakan, bahwa dia menang kali ini.

"Sialan."

"Ya itu terserah padamu."

"Kau!!" Weyna menunjuk wajah Nirva yang lagi-lagi tampak santai tersenyum lebar, mengedip-ngedipkan mata membuat gadis itu muak.

"DASAR BRENGSEK. DASAR BAJINGAN TENGIK, MATI SAJA KAU SETAN RABIES!" Nirva melotot mengeluarkan tangan nya bahkan dia kini berdiri dengan tegap.

Plak!

"Aduh!" Weyna mengaduh menoleh melihat siapa yang memukul mulutnya itu. "Apa yang kau lakukan, hah? Kalau tuan dan nyonya dengar bagaimana?" dia Nalany Karim pengasuh Weyna sejak kecil.

"Lany~~~lempar dia keluar please," mohon Weyna berharap Lany melakukan apa yang ia inginkan. Namun… "Kau pikir dia upil main lempar saja." Nirva memasang wajah datar nya mendengar itu, "Dia, dia bukan upil, tapi ular cacing dan itu menggelikkan. Aku membencinya." rajuk Weyna yang memang selalu manja pada Lany.

"Halo tuan Oscar--"

Weyna yang mendengar itu Dengan cepat Weyn meraih ponsel Nirva mematikan panggilan itu, merasa terancam.

"Kembalikan ponselku," perintah Nirva dingin. "tidak sebelum berjanji tidak akan mengatakan apapun pada ayah." kata Weyna tak kalah dingin.

"Oke, fine." ucap Nirva meminta ponsel nya, untuk sekarang belum saat nya dia melakukan hal bodoh. Jadi lebih baik mengalah saja bukan, sedangkan Weyna hanya diam masih memegang erat ponsel Nirva.

"Tuan muda, maafkan--"

"Dan kau, jangan sembarangan mengataiku atau berakhir dengan keluar dari sini." semburnya geram mendengar ejekan dari Lany.

Weyna yang tidak terima mendengar ucapan Nirva yang terdengar mengancam itu pun mendorong pria itu.

"Apa-apaan kau, hah!" dengus Nirva tidak terima dengan apa yang dia lakukan.

"Aku yang seharusnya mengatakan itu, apa yang kau lakukan?" hardik Weyna tidak terima orang lain mengatakan sesuatu pada orang yang dia sayang.

"Kenapa, Tidak terima? Dia hanya pembantu disini, jadi cukup lakukan apa tugasnya. Jangan sok jadi--"

Plak!

"Apa yang kau lakukan sialan." bentak Nirva tak terima atas tamparan dari adik ipar nya itu. Apalagi hanya karena membela seorang pembantu, itu sama saja dia direndahkan.

"Apa hah, kalau perlu aku akan menjahit mulut busukmu itu." tak peduli siapa yang berada di hadapannya kini, selama orang itu melakukan apa yang tidak disukainya, dia membenci itu.

"Apa kau tak pernah--"

"Perbaiki sikapmu dulu jika ingin diperlakukan dengan sopan tuan muda Kim."

"Kau!" menunjuk Weyna namun gadis itu menepis jarinya,"Jangan pernah perlakukan Lanyku seperti itu lagi, mengerti." katanya dingin dengan tatapan tajamnya.

"Nona sudah, maafkan nona Weyn tuan muda." ucap Lany menengah melihat atmosfer disana sedikit berbeda.

"Tak perlu minta maaf Lany, ayo pergi dari sini."

"Hei ingat, kau harus--"

"Peduli setan denganmu sialan." Weyn menarik bibi Lany pergi dari hadapan Nirva yang melotot marah.

"hei, setidaknya kembalikan ponselku gadis bar-bar!!" pekik nya yang malah membuat Weyna melempar ponsel itu tanpa berbalik. Melotot hanya itu yang bisa dilakukan nya. "Iphone 6ku!! YA, AWAS KAU!!" Nirva berkaca-kaca begitu melihat Falcon Supernova iPhone 6 Pink Diamond dengan harga (Rp 200 juta) miliknya tak bernyawa lagi.

☘️

☘️

☘️

Sementara di dalam kamar Weyna, Lany memberikan gadis itu peringatan agar tidak melakukan hal itu lagi.

"Nona, kau bisa kena masalah jika seperti ini terus."

"Aku tidak peduli Lany, kau disini karena ku. Jadi jangan lakukan apapun untuk orang lain."

"Baiklah. Ya sudah aku keluar dulu, kau tetap disini."

Weyna mengangguk berbaring saat Lany keluar dari kamarnya.

"Hhh… dia akan memakai otaknya kan, benar. Dia tidak akan mungkin mengatakan itu pada orang lain." gumam nya meraih ponselnya yang bergetar.

"Halo, ada apa?" ia bangun berjalan ke arah sofa mendudukkan tubuhnya.

"Dia sudah datangkan?"

"Ya, sudah."

"Jaga dia untukku."

"Kau kira dia anak kecil. Kenapa tak menjaga nya sendiri,"

Siapa yang tidak kesal, semua orang meminta nya untuk menjaga sesuatu yang bukan miliknya.

"Dia dari seoul walaupun ini bukan kali pertama nya datang ke london tapi--"

"Dia sangat menyebalkan. Dan sekarang kau pun menyebalkan. Kalian sangat cocok." dengus nya memainkanrambut.

"Jangan terlalu membencinya, kau akan menyukai nya nanti."

Weyna berdecak mendengar kekehan dari sang kakak. "Cih, itu tidak akan pernah terjadi. Never." tegas nya tidak tahu jika nanti dia seakan menjilat ludah nya sendiri. "Kumohon kak pulanglah, aku tidak ingin menjaga nya." rengek nya berharap sang kakak mengerti posisi nya.

"Kau hanya perlu membantu nya disana Weyn,"

"Aku tidak mau."

"Queen."

"Istt, selalu saja memanggilku seperti itu kalau ada perlu." dengus nya kesal menghentakkan kaki.

"Tidak peduli."

"Baiklah, kalau perlu aku akan memperkosa nya biar kau pulang. Walaupun kamu sudah melakukan nya sih," batin nya

"Dasar gila. Awas saya kalau dia sampai lecet. Aku tau kau sangat buas jika berurusan dengan ranjang."

"Setan."

Kedua nya terkekeh.

"Kak,"

"Pakai si putih, awas saja kalau sampai lecet. Mereka milikku."

"What ever." Weyna segera memutuskan panggilan mereka. Si putih itu artinya mobil sport milik Zeeyla. Sebenarnya dia juga punya, tapi terlalu malas mengeluarkan mobil kesayangan nya.

"Jadi kau akan memperkosaku?"

"Astaga! Apa yang kau lakukan dikamarku, hah! Keluar." perintah Wenya melihat Nirva berada dikamarnya.

"Tidak sebelum kau mengganti Falcon Supernova iPhone 6 Pink Diamond milikku."

"Katanya orang kaya," ledek Weyna

"Aku tidak pernah bilang tuh." balas Nirva cuek.

"Kalau kau tak kaya, mereka tidak akan menjodohkanmu dengan kakak." ledek Weyna sekali lagi membuat Nirva mendelik sinis, "Tidak usah di perjelas." katanya sedikit mengingat fakta mereka dijodohkan karena apa.

"Agar kau tidak lupa."

"Terserah apa katamu, yang terpenting kau harus menggantinya, Mengerti. atau aku akan mengatakan pada kakakmu kalau kau sudah pernah memperkosaku." kata nya mengedipkan sebelah mata nya.

"Dasar bajingan."

Nirva melotot, "Hei, kau tak pernah diajarkan tata cara berbicara ya, kotor sekali mulutmu itu." sindirnya "Memang. Kenapa, tak suka?" tantang Weyna tersenyum sinis. "Kau sangat berbeda dengan kakakmu." tanpa tahu jika gadis di hadapan nya itu tidak suka dibandingkan.

Weyna mengepalkan tangan nya,"Tentu saja kami berbeda karena aku bukan dia yang bodoh." sinis nya berusaha untuk tetap baik-baik saja.

"Jadi menurutmu, dia bodoh karena menerima perjodohan ini,"

"Kau tau itu, jadi keluarlah."

"Cih, sudah kubilang tidak sebelum kau menggantinya." tetap kekeh ingin Weyna mengganti ponsel nya yang sudah tidak bernyawa lagi, karena kelakuan gadis itu. "Dengan uangmu sendiri," ucapnya lagi tersenyum sinis melihat Weyna yang tampak menatapnya dengan tatapan yang entahlah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel