Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2 Wow Banget

Eva mulai mengulas dada pria muda bernama Nathan di depannya ini. Lidahnya dia julurkan sepanjang mungkin, kemudian lidahnya mulai menyusuri perut pria muda yang mulai menelan salivanya itu.

Eva mulai menurunkan celana yang dipakai Nathan. "Ih, lucu. Ada yang ngintip."

Nathan jadi salah tingkah setelah mendengar kata-kata Eva itu.

Seumur-umur, baru sekarang inilah, kejantanannya ditonton orang. Apalagi yang menatapnya adalah seorang gadis cantik nan seksi.

Eva menurunkan segitiga pengaman milik Nathan dan dia langsung kaget. "Astaga!"

"Kenapa, kak? Apa ada yang salah?"

"Ini salah banget, sih."

"Salahnya dimana?" Nathan semakin salah tingkah. Dia berusaha untuk berjongkok untuk menyembunyikan pusakanya.

"Salahnya itu, kenapa baru sekarang aku bisa melihat kejantanan sebesar ini? Ini wow banget."

"Apa itu bagus?" tanya Nathan polos.

"Tentu saja bagus. Idaman wanita loh yang model terong kek gini."

"Benarkah?"

"Ya iyalah. Makanya berdiri lagi. Aku mau isep anumu yang gede itu."

"Diisep?"

"Iya. Kamu bilang tadi kan kamu mau kenikmatan lebih. Iya kan?"

"Iya."

"Nah. Makanya. Ayo aku isep. Kamu berdiri dan nyandar di sana."

Dengan penuh rasa ingin tahu. Nathan mulai berdiri. Dia berdiri dan menyandarkan tubuhnya pada dinding di samping wastafel seperti keinginan Eva.

Eva jalan berjongkok untuk mendekati Nathan. Dia menatap penuh minat ke arah benda besar teracung yang sangat menggoda itu.

"Wih. Betul-betul besar. Punya mantanku semuanya lewat sama ini. Ckckck." Sehabis itu, Eva mulai mengulum benda besar yang sudah membuatnya bergairah itu.

"Ahhhh ..." Nathan merasakan sesuatu saat mulut kecil Eva mengulum rudal besarnya ini.

Nathan adalah seorang anak muda yang memang masih polos. Karena keadaan ekonomi keluarganya yang pas-pasan maka Nathan tidak pernah bergaul yang macam-macam di luaran

Setiap kali jam pelajaran usai, dia langsung pulang ke rumahnya dan itu berlanjut hingga SMP dan SMA.

Nathan tidak pernah bergaul dengan teman-teman sebayanya karena dia harus membantu orang tuanya untuk berjualan di warung dan juga membuat makanan untuk dijual.

Nathan berhasil lulus SMA dengan nilai yang bagus. Sayangnya karena keterbatasan biaya, juga karena masih ada adik-adiknya yang bersekolah dan karena warung orang tuanya semakin susah mendapatkan keuntungan karena serbuan dari minimarket-minimarket, maka Nathan tidak bisa melanjutkan pendidikannya di jenjang kuliah.

Setelah setahun fokus menjaga warung dan membuat makanan seusai lulus SMA, pada akhirnya Tante Mila, adik dari ibunya, meminta Nathan untuk pindah ke Jakarta tinggal di apartemennya Tante Mila dan mencari pekerjaan yang lebih baik di Jakarta.

Baru sehari Nathan tiba di Jakarta, dia sudah berhadapan dengan seorang gadis liar bernama Eva yang langsung kecantol dengan burung besarnya Nathan.

Eva mulai menjilati kepala rudal Nathan dengan penuh hasrat.

"Aduh, enak sekali, kak. Ini enak sekali."

Lidah Eva menari-nari mengulas sekujur batang hingga kepala yang dirangkai dengan menghisap pusaka milik Nathan itu dengan penuh perasaan.

Nathan mulai memegang rambut Eva sementara pinggul Nathan mulai menggeliat. "Ini enak sekali, kak. Makasih banyak, kak. Ini enak sekali."

"Ini belum apa-apa, Nathan. Nanti kamu akan merasakan lebih enak saat merasakan serabi legitku," janji Eva untuk kemudian dia kembali mengulum benda besar di depannya ini.

Nathan terus menggeliat-geliat merasakan sensasi dari permainan lidah dan mulut yang dilakukan oleh Eva ini.

Eva memegang benda perkasa di depannya ini dengan kedua tangannya. Setelah itu, lidahnya menari-nari untuk mengulas kepala rudal di depannya ini.

Apa yang dilakukan Eva ini, membuat Nathan mendesah makin nyaring. "Ahhhh ... ini enak banget, kak. Nikmat. Aduhhh."

Eva menenggelamkan batang besar milik Nathan hingga hampir mencapai tenggorokannya. Dia betul-betul menyukai batang besar ini, sekalipun mulutnya harus dibuka sebesar mungkin untuk bisa mengulum benda besar ini, tapi, batang besar ini terasa enak untuk dikulum.

Eva mulai membayangkan liang kejantanannya pasti akan penuh sekali saat diterobos oleh benda besar ini.

"Ahhh ... pasti enak sekali kalau anuku diterobos terong segede ini. Tapi, jangan dulu ah. Aku akan menikmatinya dulu. Anak ini masih polos. Aku akan manfaatkan semaksimal mungkin," batin Eva sambil mengulum benda perkasa ini.

Setelah itu, Eva meninggalkan benda besar itu, berdiri dan mendongak ke atas untuk menatap wajah Nathan yang masih menahan kenikmatan.

"Hmmm. Aku baru sadar kalau anak ini tinggi juga. Tingginya mungkin ada 182 cm. Punyanya gede. Idaman banget. Sayang dia bukan CEO seperti mantanku terakhir." batin Eva.

Setelah itu, Eva berbisik, "ikut ke kamarku."

"Mau ngapain, kak?"

"Ikut aja. Jangan bawel." Eva memegang tangan Nathan.

"Iya, kak." Pemuda berumur sembilan belas tahun ini terpaksa manut. Dia berjalan mengikuti Eva.

Ternyata Eva mengajak Nathan menuju ke kamar tidur. Setelah masuk kamar, Eva langsung menutup pintu dan saat sang pemuda masih berdiri kaku, Eva sudah membuka celana pendek yang dia kenakan dan juga segitiga pengamannya.

Setelah itu, gadis berumur 22 tahun ini langsung menjatuhkan diri di atas pembaringan. Dia tidur terlentang menghadap ke arah Nathan yang masih berdiri melotot karena melihat pemandangan indah di depannya ini.

Eva memegang permukaan liang kewanitaannya dan berkata, "sini. Isep ini."

Mendengar perintah Eva itu, Nathan langsung menelan ludah. Dia begitu terpesona dengan liang kewanitaan yang tercukur rapi yang berada di depannya ini.

"Kamu suka lihat ini, kan?" tanya Eva manja. Suaranya terdengar mendesah. Dia betul-betul sudah terbawa gairah setelah melihat dan menghisap rudalnya Nathan.

Nathan mengangguk cepat. Dadanya berdesir. Dia begitu takjub dengan apa yang dia lihat itu.

"Apa kamu pernah melihat ini sebelumnya?"

Nathan langsung menggeleng cepat. Karena memang ini adalah pengalaman pertama baginya melihat liang kewanitaan setelah sebelumnya terpesoana saat untuk pertama kalinya meihat buah dada wanita yang tadi diperlihatkan Eva padanya.

"Kamu ingin menyentuhnya?" pancing Eva.

"Iya, kak."

"Kalau gitu, tunggu apa lagi. Ayo, sini. Buka bajumu."

Ini adalah perintah kedua dari Eva, perintah yang tidak bisa lagi ditolak Nathan. Karena itu, Nathan segera membuka kaosnya menyusul bagian bawah yang tadi sudah dibuka Eva untuknya.

Dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun, Nathan mulai naik di atas tempat tidur untuk mendekati tubuh polos Eva yang sudah berada dalam keadaan sama polosnya.

"Jilatin pahaku. Terus, abis itu, jilatin terus sampai sini," perintah Eva lagi.

Nathan mengangguk. Dia mulai mengeluarkan lidahnya untuk menjilati paha Eva.

Eva mulai mendesir saat merasakan ada benda lunak yang berpetualang di sekitar daerah paha. Saat benda itu masih juga berada di sana dan tidak juga bergerak ke atas, maka, Eva berkata, "naik lagi."

Dengan masih agak takut-takut, Nathan meneruskan petualangan lidahnya ke atas hingga lidahnya sudah berada dekat sekali dengan benda menggairahkan nan mempesona yang tercukur rapih sehingga permukaannya terlihat sangat indah di mata Nathan.

"Kamu mulai dengan jilatin bagian atas sini. Mengerti?" Eva menyentuh kekenyalan kecil di bagian atas kemaluannya.

Nathan mengangguk dan mulai mengikuti apa yang diperintahkan oleh Eva itu.

"Aduh ... terusin, sayang. Ini sangat enak. Ehmmm."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel