Bab 9: Kiss
Semua para pekerja di rumah Nyonya Hana berkumpul di ruang tengah, sengaja Hito menyuruh mereka berkumpul di tempat tersebut. Mereka semua berbaris dengan ekspresi wajah bingung. Beberapa pekerja tadinya masih sibuk melakukan tugas yang belum terselesaikan, namun karena permintaan dari Hito. Mau tidak mau mereka harus berkumpul agar tidak terkena masalah baru nantinya.
Hachiro dan Anisa juga berada di sana. Mereka berdua diam melihat Hito yang mondar-mandir di depan para pekerja.
"Menjijikkan sekali pria gila di depan ini!" Kata Hachiro dengan suara yang terdengar pelan sekali.
Sedangkan Anisa yang berada di sebelah Hachiro hanya bisa diam menyaksikannya. Ia sudah bersiap untuk menerima hukuman yang akan Hito berikan nanti.
[Aku yakin, aku akan kelelahan dengan hukuman ini. Semoga saja tidak terlalu berat, soalnya aku masih belum makan dari kemarin,] ucap Anisa di dalam hati.
Hito melipat kedua tangannya di depan dada. Ia melihat seluruh pekerja dari ujung ke ujung sambil menghitungnya.
"Baiklah. Aku rasa semuanya sudah berkumpul di sini, aku akan memberitahu kabar baik untuk kalian. Apa kalian sudah tidak sabar untuk mendengarkannya?" tanya Hito.
"Iya Tuan muda." Jawab mereka semua dengan begitu serempak.
Hito sesekali melirik ke arah Anisa dan Hachiro. Senyuman sinis tidak pernah pergi dari bibirnya. Seakan-akan senyuman itu sudah menjadi suatu hal wajib bagi diri Hito.
"Begini, aku akan berbaik hati pada kalian semuanya. Aku akan memberikan waktu istirahat untuk kalian mulai detik ini juga, untuk para pembantu dan juga pekerja lainnya. Kalian akan berlibur selama beberapa hari di hotel bintang lima dengan fasilitas VIP! Aku yang akan menanggung semua biayanya, kecuali pembantu baru itu! Dia tidak bisa ikut dengan kalian, dan untuk tugas kalian semua akan di gantikan oleh mereka berdua!" Paparnya. Hito langsung menunjuk ke arah Anisa dan Hachiro.
Semua para pekerja pun langsung menoleh ke arah Anisa dan Hachiro. Mereka sedikit shock dengan keputusan mendadak Hito tersebut, bahkan yang menjadi pertanyaan bagi semua pekerja itu adalah Hachiro. Kenapa bisa Hachiro harus ikut sementara ia adalah putra bungsu dari Nyonya Hana.
Susi yang berada di barisan paling belakang hanya bisa diam melihat Anisa yang terus menundukkan kepalanya dengan rambut yang sudah terurai tanpa pita.
[Ada apa dengan Anisa? Apa dia melakukan kesalahan? Kasihan sekali jika benar Anisa melakukan hal gila itu! Semua pekerja di rumah ini langsung di kumpulkan dan semua tugas akan Anisa lakukan bersama dengan Tuan muda Hachiro, ada apa sebenarnya? Aku bingung, kenapa Tuan muda Hachiro juga ikut di pekerjaan juga, aneh!!] Susi sangat terheran-heran.
"Tuan muda Hito, kami sungguh bahagia sekali dengan ini. Terima kasih sudah berbaik hati pada kami semuanya, terima kasih Tuan muda Hito." Ujar Pembantu Ayumi.
"Terima kasih Tuan muda Hito!!" Sahut mereka semua.
"Sama sama. Silahkan beres-beres barang kalian dan sebentar lagi mobil khusus akan datang menjemput kalian semua, kalian bisa bebas di hotel selama satu minggu." Kata Hito.
"Satu minggu? Kamu waras, ah? Kamu mau menyiksa kami berdua seminggu ini, konslet saraf di otak kamu itu! Makannya kamu tidak berpikir jernih! Jahat sekali kamu ! Orang paling jahat senegara ini adalah, Kamu!!"
Hachiro menekan kata kamu, agar Hito sadar dengan perbuatannya yang keji itu. Jujur, Hachiro sebagai adik malu untuk mengakui Hito sebagai kakaknya. Perbuatan dan sifat Hito dengan Hachiro sangatlah berbeda sekali. Diri Hito terdapat amarah yang sulit di kontrol dan sifatnya yang sangat egois, hal itulah yang membuat diri Hito sulit untuk di kendalikan pada saat emosi.
"Aku memang jahat lalu kau ingin apa? Kau ingin marah? Ingat, siapa yang sudah memecahkan piring antik milik Mama dan siapa juga yang meminta untuk di hukum bersama dengan Wanita kampungan ini, ayo siapa? Kamu kan dan sekarang kamu tidak terima dengan itu. Dasar Aneh!"
"Aku dan pembantu ini tidak akan mengerjakan semua tugas para pekerja serta tidak akan mau mengikuti perintah kamu. Kamu bukan Mama dan juga bukan siapa-siapa bagi aku, kamu itu gak penting." Hachiro langsung pergi dari tempat tersebut.
"Jika kamu pergi, berarti semua tugasmu akan di gantikan oleh Wanita kampungan ini, semuanya. Semua pekerjaan para pekerja ini akan dia yang mengerjakannya, jadi kau boleh pergi sesuka hati mu," tantang Hito.
Tantangan yang keluar dari bibir Hito sama sekali tidak membuat Hachiro berhenti melangkah. Ia terus berjalan dengan begitu santai menuju kamarnya. Tidak perduli mungkin akan membuat diri Hachiro tenang. Sekarang ia tidak ingin di beratkan oleh pikiran yang tidak penting. Tenang, tenang dan tenang itulah keinginannya sekarang.
Sebenarnya Hachiro masih kasihan dengan pembantu baru itu. Namun dia juga tidak ingin berlama-lama untuk beradu mulut dengan Hito. Hachiro sudah merasa malas sekali jika harus bertengkar apalagi berkelahi dengan Hito, itu sama saja membuang waktu dan tenaganya saja.
"Apa kau ingin lari dari hukuman mu, Hachiro?!" Tanya Hito dengan suara yang mulai meninggi.
"Tidur jauh lebih nikmat," jawab Hachiro dengan begitu enteng.
"Baiklah jika itu mau mu. Awas saja jika nanti kamu masih ingin ini itu dengan hukuman ini, awas saja."
Hachiro semakin mempercepat langkahnya menuju kamarnya, "Gak perduli, terserah!" ucapnya.
*
Chelsea diam di dalam kamar Hito. Sekarang dia menatap pemandangan indah di luar sana lewat jendela. Mungkin dengan seperti itu hatinya bisa tenang dan moodnya bisa kembali lagi, iya mungkin saja begitu. Jika di kata kesal, mungkin Chelsea masih kesal bahkan ingin sekali dia memukul Hito tanpa ampun. Orang tuanya tidak pernah membentak Chelsea sedikitpun dan Hito yang berstatus masih sebagai kekasih dengan seenaknya membentak dirinya hanya karena masalah sepele dan itu sungguh membuat Chelsea kecewa.
"Awas saja aku tidak akan menyapanya nanti, lihat saja." Chelsea merajuk.
Bagaimana Chelsea tidak seperti itu jika Hito saja masih belum menghampirinya ke kamar dan bahkan belum meminta maaf kepadanya. Kesal, sebel, marah kini telah tercampur aduk di jiwa Chelsea.
"Pria seperti apa dia! Aku ngambek saja tidak ia bujuk, itu yang di kata sayang. Aku marah dan kabur ke kamar tidak di kejar!" Gerutunya sambil memukul-mukul bantal yang dia pegang.
"Kata siapa tidak di kejar?"
Suara itu berhasil membuat Chelsea sedikit kaget. Sekarang ia bertambah marah terhadap Hito. Ingin sekali memutar badannya menghadap Hito yang berdiri di belakangnya namun rasa gengsi masih menahan tubuh Chelsea untuk tidak menghadap Hito. Chelsea pun diam, tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun lagi di hadapan Hito. Ia sungguh kesal sekali hari ini.
"Maafkan aku sayang, aku kan reflek tadi jadinya langsung membentak kamu. Maaf ya," Hito mulai merengek sambil memohon-mohon untuk di maafkan eh Chelsea.
"...." Chelsea semakin membuang muka," aku tidak mau!" Lalu ia membuang bantal yang di pegang nya tadi ke arah Hito hingga tepat mengenai wajah tampan Hito.
Hito hanya tersenyum kemudian melangkah mendekat ke arah Chelsea dan meluknya dari belakang dengan begitu mesra lalu berkata, "maafkan aku ya sayang," pintanya penuh harap.
Chelsea berusaha untuk melepaskan pelukan Hito dari tubuhnya. Dia masih kesal terhadap Hito namun sekuat apapun usaha Chelsea tidak akan bisa membuat pelukan itu terlepas begitu saja dari tubuhnya.
"Lepaskan aku! Aku tidak mau kamu sentuh, lepas!!"
"Aku tidak mau melepaskannya," Hito memejamkan matanya dan menghirup aroma enak di tubuh Chelsea dan itu berhasil memabukkan jiwa Hito.
"Lepaskan! LEPASKAN HITO!!" Teriak Chelsea.
Hito langsung membuka matanya lagi lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Chelsea. Teriak tadi seakan membuat hati Hito terasa perih, se marah apapun Chelsea tidak akan pernah memanggil nama terhadap Hito dan selalu memanggilnya dengan panggilan sayang. Namun untuk hari ini Chelsea memanggil Hito dengan namanya dan itu membuat Hito merasa kecewa.
Chelsea langsung memutar tubuhnya menghadap Hito. Raut wajah kecewa terlihat jelas di sana dan itu semakin mengundang rasa kasihan Chelsea. Hito diam sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kau marah?" Tanya Chelsea berusaha untuk menurunkan rasa kesalnya tadi. Ia tidak kuat melihat ekspresi wajah Hito saat ini.
Hito menggelengkan kepalanya, "enggak!" jawab nya dengan sangat singkat sekali.
"Kau marah kan? Iya kan?"
Kepala Hito menggeleng.
"Kau berbohong, kau marah kan? Kau marah aku mengatakan nama, iya kan?"
Tidak ada reaksi apapun dari Hito selain diam dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kau marah sayang?" Chelsea menatap lekat wajah Hito yang terus mengalihkan pandangannya dari Chelsea.
"Tidak!"
"Tapi kenapa kamu berubah seperti ini? Apa aku salah? Aku minta maaf, aku kesal terhadap kamu tadi!" Rengek Chelsea.
"Tidak apa-apa." Kata Hito.
"Sayang, maafkan aku." Chelsea langsung memeluk tubuh Hito dari belakang. Memeluk dengan begitu erat, "Maaf."
Tangan kanan Chelsea terangkat untuk mengelus lembut pipi Hito. Berharap Hito akan kembali seperti awal, pria baik hati yang selalu memanjakan dirinya setiap waktu.
Hito langsung berbalik menghadap Chelsea. Senyuman bahagia mengembang di bibir Chelsea.
"Aku mencintaimu! lain kali kamu jangan memanggil aku dengan nama, kau paham itu?"
Chelsea mengangguk dan Hito langsung mengelus lembut pucuk kepala Chelsea. Umur mereka mungkin terpaut sedikit lebih muda Chelsea, namun Hito akan berusaha sekuat tenaga untuk menangani sifat dan tingkah Chelsea yang masih terlihat seperti anak kecil.
"Kiss," pinta Hito.
"No I don't want to kiss now"
"Why, dear?" Tanya Hito dengan ekspresi bingung. Sedangkan sebelum sebelumnya Chelsea akan menciumi diri Hito, jika Hito sudah meminta 'Kiss'.
Chelsea menaik turunkan bahunya sebagai pertanda tidak tau. Lalu dia menutup mulut dengan kedua kedua tangannya. Hito tertawa dengan itu.
Tiba-tiba Hito melangkah maju hingga membuat Chelsea terpaksa melangkah mundur untuk menghindari Hito namun tubuhnya mentok di tembok. Senyuman devil Hito berhasil membuat Chelsea menggelengkan kepalanya dengan terus menutup mulutnya.
"My love," ucap Hito dengan suara yang di penuhi dengan rasa gairah.
Mata mereka saling menatap, tidak lama kemudian tangan kanan Hito menelusup masuk ke tengkuk leher Chelsea lalu menariknya untuk lebih dekat dengan wajahnya.
"Tidak!" ujar Chelsea dengan mulut yang masih tetap ia tutupi dengan kedua tangannya.
"Sekali saja, aku ingin kiss. Boleh ya? Kan gak ada orang." Wajah Hito mendekat kemudian dia berbisik di telinga kanan Chelsea, "beri aku kepuasan sayang, kita aman untuk bersenang senang di sini."
Tangan Hito sudah bermain di tubuh Chelsea, mencari titik lemah Chelsea. Tangan Chelsea terlepas dari mulutnya dan langsung menghentikan aktifitas tangan Hito yang sudah nakal bermain main di dadanya. Sesekali Chelsea berseru merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.
Hito langsung menyantap Si bibir merah jambu milik Chelsea. Entah berapa kali bibir berwarna merah jambu itu di cicipi oleh Hito, namun yang jelas Hito sudah merasakannya dari pertama kali mereka pacaran hingga sampai detik ini. Mungkin berpuluh puluh kali Hito merasakan nikmatnya bibir Chelsea.
Mereka berdua merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Saling melumat dengan sangat ganas dan lebih ganas lagi adalah Si Hito. Mata mereka sama sama terpejam menikmatinya. Sesekali Chelsea berhenti melumat bibir Hito karena tidak kuat mengimbangi Hito yang melumat bibirnya dengan sangat brutal. Sekarang diri Hito sudah di penuhi dengan hawa nafsu yang begitu besar. Jika ciuman itu terjadi dalam kurun waktu yang begitu lama, mungkin adu badan antar mereka akan terjadi sekejap lagi.
Pintu kamar Hito terbuka dengan sangat lebar dan siapapun yang lewat di depan kamar tersebut mungkin akan menyaksikan ciuman panas itu. Tepat pada saat itu Anisa menuju ke arah kamar Hito untuk mengambil baju baju kotor yang Hito suruh tadi.
Anisa berjalan mendekati kamar tersebut dengan sapu yang masih ia pegang. Hito menyuruh Anisa untuk datang ke kamarnya agar semua baju kotor yang berada di dalam kamar tersebut bisa di cuci oleh Anisa. Sementara para pekerja lainnya sudah berangkat ke hotel.
Semua tugas yang masih belum di selesaikan oleh para pekerja akan Anisa lanjutkan untuk menyelesaikannya, termasuk mencuci baju kotor milik Hito dan Chelsea.
Saat kaki Anisa sudah berhenti tepat di depan pintu, mata Anisa langsung melotot. Ia tidak paham kenapa bisa dirinya harus menyaksikan hal yang tidak semestinya ia lihat. Anisa sangat terkejut melihat pasangan yang sedang menikmati suasana itu.
[Kau meminta aku kesini hanya untuk membuat aku cemburu? Apa kau sudah gila dengan hal yang kamu lakukan ini di depan aku dengan wanita lain? Apa kamu sudah gila hito?] Ujar Anisa di dalam hati.
Hatinya seakan di gores oleh benda tajam yang begitu panas hingga mampu menghancurkan hati Anisa. Kuat? Jika di tanya kuat, Anisa akan menjawab kuat. Namun jika di tanya apa kau tidak akan menangis? Anisa tidak mampu untuk menjawab itu dengan kata 'tidak'. Sebab air matanya sudah berjatuhan tanpa ia sadari.
Anisa memang sudah menikah dengan Hito namun cinta tidak berpihak di dalam hubungan mereka yang sudah terikat sah pernikahan. Tetapi istri mana yang tidak cemburu melihat hal yang tidak seharusnya di lakukan oleh sang suami kepada wanita lain di depan istrinya dan sekarang Anisa berada di posisi itu, menyaksikan hak yang seharusnya ia dapat ternyata wanita lain yang lebih dulu mendapatkan nya. Anisa sangat hancur akan itu, seakan-akan di tampar keras oleh kenyataan.
