Pustaka
Bahasa Indonesia

Perfect Husband

36.0K · Tamat
desyp_l
35
Bab
153.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Mohon yang dibawah umur menjauhlah.Cerita ini murni dari imajinasi dan halusinasi ku hehe.***Gadis itu benar-benar menggoda gairahku. Membayangkan wajahnya saja bisa membuat diriku berfantasi liar dengannya, sial!!! Kenapa dia sangat menggoda sekali, ingin rasanya aku mendengar suara merdu keluar dari mulutnya di bawah kungkungan ku.

RomansaIstriKeluargaPernikahanSweet

Bab 1

Tristan Adelardo Achasia, seorang pria berusia 27th. Pria berwajah tampan dan bertubuh kekar, dia sedang mendampingi ibunya untuk berobat. Usia ibunya sudah menginjak kepala lima, dan kondisinya sering menurun secara tiba-tiba. Hal itu sangat membuat Tristan merasa khawatir.

"Tristan," panggil wanita berusia 52th, pada putra tunggalnya.

Lalu Tristan pun menoleh dan mendekati mamanya yang sedang terbaring, di ranjang rumah sakit.

"Ada apa, Ma?"

Lalu Sarah menggenggam, tangan putranya.

Ia tersenyum menatap wajah putra tunggalnya.

"Mama, ada apa?"

"Tristan, kau lihatkan? Ibu sudah semakin tua dan mama sering sakit-sakitan."

Tristan menautkan kedua alisnya, menatap mamanya secara intens.

"Jadi??"

Lalu Sarah tersenyum kecil, menatap putranya.

"Jadi, mama minta kamu untuk segera menikah."

Tristan memejamkan matanya sejenak, lalu membuang napasnya kasar.

"Mama, Tristan mohon. Jangan memaksaku, hal ini tidak perlu dibahas. Hanya kesehatan mama yang jauh lebih penting daripada urusan tentang hidupku. Jika sudah saatnya tiba, pasti aku akan menikah. Tapi tidak untuk sekarang. Aku tak mau membahas hal ini, jadi tolong mengertilah." Tristan melontarkan kata dengan suara selembut mungkin agar mamanya tak merasa sangat kecewa.

"Maaf, mungkin mama terlalu memaksamu. Kemari lah, mama ingin memeluk dirimu."

Lalu Tristan mendekati ibunya, dia memeluk tubuh wanita yang kini menjadi seorang yang sangat penting bagi hidupnya.

"Tak apa. Aku sangat mencintaimu, ma."

Tristan mendaratkan kecupan hangat di kening mamanya.

Tristan menghela napas sejenak,

"Ma, mungkin minggu depan kita harus pergi ke Barcelona. Ada hal yang harus aku lakukan disana. Ini mengenai perusahaan milik kita,"

"Apakah ada masalah?"

"Hanya masalah kecil, tapi aku pun ingin berkunjung kesana."

Sarah hanya menganggukkan kepalanya, menghela napas sejenak.

"Sebaiknya kau saja yang kesana, mama dirumah saja. Mama ingin istirahat, sayang."

Tristan menautkan kedua alisnya,

"Ma, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian. Kau harus ikut denganku."

"Tidak, tidak. Mama tidak mungkin ikut dengan kondisi yang seperti ini. Jadi, kau saja yang kesana."

Tristan berpikir sejenak, karena ada benarnya juga yang dikatakan sang mama. Dia tak mungkin turut membawa mamanya yang masih butuh perawatan intensif.

Lalu ia mengangguk dan menyetujui permintaan sang mama.

***

Seminggu kemudian..

Tristan, laki-laki yang berwajah tampan, rahang yang kokoh dan ditumbuhi bulu tipis di bagiannya. Hidung mancung menjulang tinggi bak perosotan, tubuh yang kekar dan lengan yang kokoh menambah akan kegagahannya, membuat gadis manapun dengan sesuka hati menawarkan diri untuk tidur dengannya.

Dia adalah laki-laki perkasa, namun tidak satupun diantara mereka yang berhasil mengambil hatinya.

Tristan adalah orang paling berkuasa di negara Spanyol, ia menetap di Granada.

Ia memiliki bermacam jenis perusahaan, meliputi pembuatan perhiasan, pesawat, minyak bumi, peluru, bom dan masih banyak lagi.

Siapa yang tak mengenal dirinya di sana?

Dia adalah laki-laki paling berkuasa, pewaris tunggal dari Fernando Achasia dan Sarah Eleanor.

Fernando meninggal dunia, karena terkena serangan jantung. Sebelum meninggal, ia memberikan tugas pada putra semata wayangnya untuk menggantikan posisi dirinya disana. Menjadi orang berkuasa di negara Spanyol.

Tristan berjalan menuju pesawat jet pribadinya, dia akan pergi berkunjung ke kota Barcelona.

Dia mengenakan setelan jas berwarna biru tua, yang semakin menambah ketampanannya.

"Tony, apa semua baik-baik saja?"

"Tidak, tuan. Seseorang telah mengambil sebagian data perusahaan. Dan saya sudah mengutus seseorang untuk melacaknya."

Tristan mengangguk kecil,

"Baiklah. Aku akan tidur, bangunkan aku jika telah sampai."

Tristan berjalan ke king bed di dalam jet pribadinya. Ia membuka jas dan melepas satu kancing kemeja yang ia kenakan, yang menambah keseksiannya.

Lalu ia merebahkan tubuhnya di sana, ia ingin beristirahat sejenak. Karena semalaman ia terus bekerja tanpa memperdulikan waktunya untuk istirahat.

Ia menutup matanya dan gelap. Ia benar-benar tertidur.

***

1 jam 30 menit berlalu, Tristan telah terbangun dari tidurnya. Dia pun kembali merapikan jasnya, lalu berjalan menuruni jet pribadinya.

Ia pun disambut oleh beberapa pengawal yang tengah membungkuk dan ikuti oleh Tony, tangan kanannya.

"Apa ingin ke mansion dulu, tuan?"

"Tidak, kita ke kantor saja dulu. Aku ingin bertemu dengan Daniel."

"Baik, tuan."

Tristan menaiki mobilnya dengan di kendarai oleh Tony.

***

Daniel menyambut kedatangan Tristan, jelas terlihat di wajahnya ada sedikit kemarahan.

"Selamat siang, pak Tristan."

Tristan menatap tajam pada Daniel,

"Ehem, maksudku. Selamat siang, Tristan." Daniel mengulang sapaannya, seolah dia tahu, jika Tristan tidak suka dipanggil pak oleh sahabatnya.

"Hm. Daniel, bisa kau jelaskan kenapa kantor kita kebobolan?"

"Entahlah, kemungkinan.besar pelakunya adalah orang yang lihai dalam bidang komputer. Sehingga dia bisa mencuri data di kantor ini, beruntung semua itu diketahui oleh rekan kita, saat aku meminta bantuan padanya. Dan dia segera menutup semua data, agar sulit di akses."

"Siapa rekanmu?"

"Ansel Frederick,"

"Aku ingin bertemu dengannya. Keturunan Alcander Frederick."

Daniel menautkan kedua alisnya,

"Kau mengenalnya?"

"Jelas saja, dia pernah bekerja sama dengan papaku."

Daniel mengangguk kecil.

"Kapan kau akan bertemu dengannya?"

"Nanti malam."

"Baiklah, sekarang ayo kita pergi ke hotel. Disana ada ada kunjungan dari barcino school. Kau harus menemui menunjukkan dirimu."

Tristan mengangguk kecil dan lalu berjalan mendahului, Daniel dan Tony.

"Lihatlah Tony, dia masih sangat kaku." Ujar Daniel dengan terkekeh.

"Tony, cepatlah. Sebelum aku memecatmu." Tristan memberi peringatan pada Tony.

Tony pun menggidik kan kedua bahu nya dan segera berjalan menyusul majikannya.

Daniel, dia masih sibuk dengan kekehannya.

Dia sangat paham dengan sikap sahabatnya itu, sangat kaku jika berada di sekitaran kantor.

Dia pun segera menyusul Tristan dan juga Tony.

Lalu mereka bergegas menuju hotel milik mereka.

Sesampainya disana, Tristan disambut hangat oleh bawahannya. Dia tak memperdulikan hal itu, karena dia sangatlah angkuh jika berhadapan dengan orang-orang yang tak dikenalnya. Sifat dari ayahnya sangat mendarah daging di tubuhnya.

"Selamat datang, tuan Tristan." Sapa Reno pada Tristan dengan membungkukkan tubuhnya.

Tristan hanya mendesis,

"Baiklah, baiklah. Jangan marah sobat," Reno terkekeh, karena dia sadar jika Tristan tak suka orang-orang terdekatnya memanggil dirinya dengan embel-embel pak.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan disini?"

Tanya Tristan pada Reno.

"Kau harus memperkenalkan dirimu pada guru dan murid barcino school yang sedang berkunjung."

"Apakah itu harus?"

"Ya, tentu saja. Siapa tahu, kau akan menyukai salah satu gadis disana."

"Aku bukanlah seorang pedofil."

Reno dan Daniel hanya terkekeh mendengar jawaban sahabatnya, mereka tahu jika Tristan sangat tidak suka dijadikan bahan candaan.

"Baiklah, tunjukkan dimana tempatnya."

"Mari, saya tunjukkan tempatnya, tuan." Ucap sang pemandu utama di hotel milik Tristan.

Lalu mereka menuju tempat di mana semua murid berkumpul. Murid itu ditugaskan oleh guru untuk mengenal berbagai macam jenis hotel dan bermacam tempat yang ada di Barcelona.

Bersambung...