Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter1

"Melvin! Di panggil Emak!" teriak Bang Dirga setelah gue baru aja masuk ke dalam kamar.

"Iya bentar! Gue mau ganti baju dulu!" balas gue lalu bergegas membuka seragam yang gue kenakan untuk gue ganti menjadi baju santai seperti biasanya. Setelahnya, gue langsung keluar kamar dan turun untuk menemui Emak gue tercinta.

"Mana Emak, Bang?" tanya gue setelah sampai diruang tamu tapi nggak nemuin sosok Emak disana.

Bang Dirga yang lagi fokus mengetik di layar ponselnya hanya menunjuk ke arah dapur menggunakan dagunya.

"Lo ngapain sih? Sibuk amat kayaknya." ujar gue yang nggak memerlukan jawaban darinya, karena setelah gue ngomong begitu, gue langsung ngacir untuk menghampiri Emak yang lagi menutupi tempat makanan yang sudah tersedia beberapa kotak di atas meja.

"Kenapa manggil aku, Mak?" tanya gue setelah sampai disana dan mengambil tempat duduk di dekat kotak-kotak yang ternyata berisi makanan itu.

Emak tanpa menoleh menyodorkan satu kotak yang berukuran cukup besar ke arah gue.

"Nih, anter ke rumah Tante Mindy. Emak tadi masak banyak, sengaja karena Abangmu baru dapet kabar bahagia." ujar Emak.

Gue yang tau betul siapa itu Tante Mindy segera saja menolak.

"Ogah ah! Suruh Bang Dirga aja. Kan ini untuk kabar bahagia yang Bang Dirga punya. Kenapa harus aku yang repot-repot nganter kerumah Tante Mindy?" balas gue dan menggeser kotak itu kembali ke dekat kotak lainnya.

"Kamu loh disuruh Emak bukannya langsung iya malah lembar ke orang yang lebih tua. Emak tuh nyuruh kamu, bukan Abangmu. Sana cepet anter! Jangan banyak mulut. Mau jadi anak durhaka?" ujar Emak yang udah mengeluarkan segala omelan yang ngebuat gue berubah pikiran dan akhirnya mengambil kembali kotak tersebut untuk gue laksanakan suruhan dari Emak yang pembicaraannya udah ke arah anak durhaka.

Gue dengan memasang wajah nggak ikhlas mulai berjalan keluar dapur menuju pintu rumah yang jaraknya nggak terlalu jauh dari sana

Gue sebenernya nggak ada masalah sama orang yang namanya Tante Mindy. Dia orangnya baik, suka ngasih gue uang jajan. Tapi yang jadi masalah itu anaknya. Iya, siapa lagi kalo bukan Daniel. Anak dari Tante Mindy dan juga Om Louise.

Seperti yang pernah gue bilang, kalo gue tuh udah menanamkan bahwa sosok Daniel adalah sosok yang paling gue benci di dunia. Karena bukan nikung semua gue gebetan gue aja. Dia juga orangnya rese dan suka cari masalah. Nggak dirumah gue, disekolah, dikelas. Pokoknya dimanapun kalo gue tatap muka sama dia.

Jadi gue paling anti kalo disuruh-suruh kayak gini. Tapi karena omelan dan anceman yang selaku gue terima, nggak ada pilihan lain bagi gue untuk menolaknya. Lagipula seinget gue tadi Daniel pulang bareng sama Fina. Jadi ada kemungkinan kalo Daniel belum pulang sekarang, dia pasti mojok dulu untuk menikmati masa-masa pacaran yang sebentar lagi bakal dia putusin tuh cewek murahan.

"Tante! Tante Mindy!" panggil gue, begitu gue udah masuk ke dalam ruang tengah yang sepi.

Nggak ada sahutan. Hanya ada suara tipi yang nyala yang bisa gue denger jelas dari sini. Gue pun masuk lebih dalam dan melihat acara tipi yang saat ini diputar yang ternyata drama korea yang sekarang sedang menampilkan adegan pembulian yang membuat gue menggeleng kecil melihat adegan yang menurut gue nggak masuk akal.

"Melvin?" panggil seseorang dari arah belakang gue.

Gue yang mengenal suara tersebut segera memasang wajah ruang dengan senyum lebar sebelum akhirnya gue berbalik dan menyapa Tante Mindy dengan nada ramah yang selalu gue lakukan kepadanya.

"Tumben kesini, ada apa nih?" tanya Tante Mindy dengan mata yang menatap gue dari atas sampe kebawah dan berakhir ke tangan gue yang lagi memegang kotak makanan buatan Emak.

"Iya, Tante. Tadi Emak lagi masak banyak untuk perayaan kabar bahagia yang Bang Dirga dapetin. Jadi aku mau nganterin ini ke Tante." ujar gue sambil menyodorkan kotak makan itu kearahnya.

Tante Mindy menerima kotak itu dan melihat isinya sebentar sebelum akhirnya bertanya.

"Kabar bahagia apa nih? Sampe masak makanan kesukaan Tante?" tanyanya sambil menaruh kotak itu di atas meja dekat sofa.

Gue menggaruk tengkuk gue lalu kemudian menjawab.

"Kurang tau Tante, aku abis pulang sekolah langsung disuruh anter. Belum sempet tanya tadi." ujar gue sedikit kikuk, karena bagaimanapun gue nggak terlalu dekat dengan keluarga Kendrick. Cuma Emak sama Bang Dirga aja yang deket, gue sama bokap enggak terlalu.

Tante Mindy mengangguk. Gue yang melihat itu pun segera berinisiatif untuk berpamitan karena gue nggak mau ada pertanyaan lain yang akan keluar dari mulutnya dan ngebuat gue canggung nantinya. Oleh karena itu gue segera pamit untuk pulang dan langsung berjalan menuju keluar rumah.

Awalnya gue bernafas lega karena akhirnya gue udah keluar dari rumah yang menurut gue mencekam itu. Namun begitu gue udah sampe di dekat gerbang rumahnya, suara motor yang berisik membuat gue kembali merasakan aura mencekam yang sebentat lagi akan menggangu ketentraman hidup gue.

Dan benar aja, saat suara motor kian mendekat. Sosok yang gue usaha hindari makin terlihat jelas. Gue nggak tau dia ngeliat gue atau enggak, karena dari sini gue liat mukanya ditutupi oleh helm yang kacanya warna item. Jadi gue nggak yakin dia udah ngeliat gue atau belum, tapi yang jelas gue harus segera keluar dari sini sebelum gue berpapasan dengannya.

Namun saat motor itu bertambah dekat, satu sosok yang ada dibelakangnya membuat gue urung untuk melanjutkan niat gue. Gue malah dengan begonya berdiri di depan gerbang sampai akhirnya motor itu berhenti di depan gue dengan sang pengendara yang membuka kaca helmnya lalu berkata.

"Thanks, udah bukain gerbangnya." ucapnya lalu kemudian kembali menjalankan motornya untuk masuk ke halaman rumahnya.

Gue yang mendengar itu tersadar, dan mengutuk diri gue sendiri yang bisa-bisanya terdiam melihat cewek gampangan yang saat ini sudah turun dari motor gede milik Daniel. Nggak mau suasana hati gue bertambah kacau, gue pun memutuskan untuk pergi dari sana dan masuk ke halaman rumah gue untuk pulang.

Sesampainya dirumah, gue langsung naik ke atas dan nggak memperdulikan panggilan Bang Dirga yang minta gue mendengarkan kabar baik yang belum gue ketahui. Gue lagi nggak mau mendengarkannya dan terus berjalan sampai akhirnya gue masuk ke dalam kamar gue dan berniat menutup pintunya yang sayangnya di tahan oleh Bang Dirga yang memaksa masuk ke dalam kamar.

"Apaan sih Bang!" teriak gue akhirnya karena Bang Dirga berhasil masuk ke dakam kamar gue.

"Elah galak amat. Kenapa sih lo? Dari tadi pas gue jemput muka lo nggak ada bagus-bagusnya." ujarnya.

"Muka gue emang jelek. Jadi nggak pernah ada bagus-bagusnya. Udah cepetan, lo mau ngomong apa?" balas gue sambil berjalan mendekat ke arah kasur yang tentu saja di ikuti olehnya.

"Gue tau nih kenapa.." ucapnya dengan nada yang cukup ngebuat menaikkan satu alis gue bertanya.

"Lo pasti lagi patah hati kan karena gebetan lo ditikung lagi sama anak tetangga? Ngaku lo." ucapnya yang sangat tepat mengenai hati gue.

Gue yang nggak mau ketahuan lagi patah hati pun pura-pura bertanya dengan nada yang biasa aja.

"Tau dari mana lo, Bang?" tanya gue.

"Instagram. Daniel ngepost poto gandengan tangan bareng cewek yang pernah lo ajak main kesini. Jadi gue tau deh. Nih liat." ujarnya yang kemudian hendak menyodorkan ponselnya ke arah gue.

"Nggak perlu!" balas gue segera dan menolak ponsel yang ia sodorkan.

Bang Dirga tertawa, lalu mengejek gue karena gue terlalu jelek makanya selalu gagal untuk menggaet cewek. Gue nggak marah, tapi gue dengan kuat menendang kakinya dan menyuruhnya keluar dari kamar gue secepatnya.

Eh bukannya dia minggat, dia malah jalan ke arah balkon dan berdiam cukup lama disana. Gue yang penasaran pun akhirnya bertanya.

"Ngapain lo disitu, Bang? Gue kan nyuruh lo keluar." ujar gue yang mendudukkan diri gue setelah sebelumnya gue tiduran tadi.

"Bentar, ada bokep gratis nih sekarang." ujarnya yang membuat gue bertambah bingung dan akhirnya memilih untuk menyusul kesana.

"Bokep apaan sih?" tanya gue saat sudah berada di belakangnya.

"Itu noh. Liat." balas Bang Dirga sambil mengulurkan satu tangannya untuk menunjuk ke arah depan tepat ke arah balkon milik Daniel yang berhadapan dengan balkon kamar gue.

Gue yang melihat itu segera membesarkan kedua mata gue, saat pandangan gue tertuju ke arah Daniel yang setengah telanjang sedang berciuman dengan Fina yang masih mengenakan seragamnya.

Gue panik, dan berniat untuk mengalihkan pandangan gue dari sana. Namun saat mata gue bertatapan dengan mata Daniel yang terbuka, gue segera mengamuk begitu satu tangan Daniel mengarah ke arah gue dengan jari tengah yang ia tunjukkan untuk menghina gue.

Gue nggak terima, jadi gue langsung teriak untuk menghentikan aksi mereka.

"WOI! KALO MAU NGEWEK TUH DI DALEM KAMAR, TERUS TUTUP PINTU! JANGAN DI BALKON KAYAK GITU, GOBLOK!!" teriak gue yang membuat ciuman antara keduanya terlepas dan menoleh ke arah gue dengan tatapan yang berbeda. Kalo Fina menatap gue dengan tatapan kayak maling ketangkep, beda sama Daniel yang tersenyum miring seolah puas dengan apa yang dia lakuin.

Gue yang menerima tatapan itu pun memilih untuk berbalik lalu kemudian keluar kamar gue untuk kembali berteriak.

"Emak! Aku mau renovasi balkon aku jadi full tembok, Mak!" teriak gue lalu kemudian menuruni tangga untuk menemui Emak yang entah saat ini berada dimana.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel