Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Ilyas menatap pada Naya yang saat ini ada di belakangnya.

"Aku akan coba bujuk." sahut Ilyas.

"Terima kasih." ucap Naya.

Sedangkan di dalam ruangan saat ini Alya bicara tentang niatnya itu pada Lia yang tak lain adalah ibunya.

"Bagaimana Mah?" tanya Alya.

"Tidak mungkin Alya, dia itu sahabat kamu mungkin dia sudah menganggap kamu saudaranya!" sahut Lia.

"Tapi mah, coba mamah pikiran bagaimana perasaan mas Yash saat ini, dia butuh pendamping mah, wanita yang sehat yang bisa buat dia menjadi seorang ayah, bukan wanita seperti aku yang sakit sakitan dan mungkin sebentar lagi aku akan mati." keluh Alya.

"Kamu tau Naya itu siapa, kalau dia sayang pada suami mu, dan dia ingin memiliki suami kamu bagaimana?" tanya Lia menatap sinis.

"Aku gak perduli pada hal itu mah, hanya saja saat ini yang paling penting adalah mas Yash menikah lagi." putus Alya.

"Ck kamu ini, kamu pikir dengan seperti ini Ilyas tidak akan mencampakkan kamu, hah? berpikir logis Alya, kamu sakit sekarang sudah syukur kalau Ilyas mau menerima kamu, kalau Ilyas seperti laki laki di luaran sana mungkin dia akan menikah lagi tanpa sepengetahuan kamu, syukuri hal ini Al." sahut Lia.

"Mah, aku mau menikah kan lagi mas Ilyas Karena aku gak bisa punya anak, aku akan meninggal setidaknya sebelum aku meninggal maka aku sudah carikan calon untuk mas Ilyas, ini sana aja kan seperti turun ranjang." ucap Alya.

"Tapi Naya gak mau, Al buang keinginan kamu itu!" kesal Lia.

"Naya mau mah, walaupun dia sempat menolak." ucap Alya.

"Terserah mamah gak akan ikut campur urusan kamu ini, dan mamah harap kamu tidak akan menyesal nantinya." sahut Lia.

Ilyas datang ke sana.

"Assalamualaikum, Mah kapan datang?" tanya Ilyas yang langsung menyalami tangan Lia mertuanya itu.

"Sejak tadi." sahut Lia.

"Mas kamu lihat Naya gak?" tanya Alya.

"Dia ke counter barusan." jawab Ilyas.

"Ke counter ada apa dia?" tanya Alya yang di balas gelengan kepala oleh Ilyas.

"Oh ya mas aku sudah bicara pada mamah dan mungkin pernikahan kalian akan sebentar lagi." sahut Alya.

"Aku dan Naya sepakat kalau kami tidak akan menikah!" sahut Ilyas.

"Kalian berbincang?" tanya Lia.

"Tidak hanya saja dari yang aku lihat Naya tidak suka pada permintaan Alya." jawab Ilyas.

"Tuh kan Al?" sahut Lia.

"Tapi mas kamu mau kan?" sahut Alya.

"Jangan memaksa Al aku tidak bisa menikah dengan orang lain saat kamu juga masih sehat?" sahut Ilyas.

Alya langsung menangis mendengar hal itu dia merasa sangat kecewa apa lagi dahulu suaminya setuju akan hal itu, dan sekarang suaminya malah menolak mentah mentah permintaan Alya.

"Mas, aku juga mau punya anak, dan aku harap saat Naya mengandung nanti aku masih ada aku bisa merasakan kehadiran anak itu." ucap Alya.

"Baiklah atur saja, apa pun yang kamu mau!" kesal Ilyas.

"Terimakasih mas." sahut Alya.

Tokk

Tokk

Naya masuk ke dalam sana, setelah bicara pada anaknya dia langsung masuk lagi ke sana.

"Al, aku belikan ini untuk kamu." sahut Naya membawa buah lengkeng yang ada di super market.

"Wah kamu dapat dari mana?" tanya Alya tersenyum saat melihat kalau Naya membawa buah lengkeng yang sangat mereka suka.

"Ada di super market, katanya ini buah langka." sahut Naya memberikan buah itu pada Alya.

Alya mencicipi buah yang sangat dia suka itu.

"Oh ya Nay, pernikahan kalian mungkin sekitar beberapa hari lagi." sahut Alya.

Naya terkejut dia menatap pada Ilyas yang tadi bicara padanya kalau dia akan membujuk Alya untuk tidak menikah.

"Secepat itu?" tanya Naya.

"Ya." ucap Alya.

"Kamu siap Naya?" tanya Lia yang saat ini menatap pada Naya, tapi bagaimana mungkin Naya menolak apa lagi ini adalah sebagai balas budi Naya atas jasa yang di lakukan oleh orang tua Alya.

**

Acara pernikahan sudah siap di dalam ruangan UGD tempat Alya di rawat, saat ini semua orang tengah sibuk dengan acara itu apa lagi acara itu di adakan di rumah sakit.

Naya sudah siap dengan gaun pengantin yang membuat dia terlihat sangat cantik, dengan kerudung putih yang senada dengan gauh pengantin itu.

Riasan natural serta bibir yang merah muda membuat Naya semakin cantik, Alya tersenyum menatap pada Naya yang sudah sangat cantik, Ilyas juga sudah siap dengan kemeja putih dan jas berwarna hitam yang sangat cocok dengan perawakan nya.

Penghulu juga sudah datang ke sana, acara pun akan segera di mulai, kedua keluarga juga datang ke sana.

Ayah dari Ilyas juga datang ke sana, orang tua Alya juga turut hadir di sana.

Tak ada yang berani menolak keinginan keinginan Alya itu apa lagi Alya adalah orang yang paling mereka sayangi.

Adik Ilyas juga bahkan mendukung hal itu apa lagi Ilyas membutuhkan keturunan.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Anayah Mardan binti Almarhum bapak Ardan, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sepuluh gram emas di bayar tunai." ucap lantang Ilyas mengucapkan ijab qobul yang kedua kalinya.

"Bagaimana saksi?" tanya penghulu.

"Sahhh." teriak orang orang yang ada di sana.

Mereka semua berdoa bersama dengan penghulu yang memimpin doa itu.

"Sekarang aku menjadi istri dari suami sahabat aku, pantaskah pernikahan ini di sebut turun ranjang sedangkan sahabat aku masih hidup sekarang!" Naya membatin.

Ilyas menyodorkan tangannya pada Naya.

Naya paham akan hal itu dia langsung menyalami tangan Ilyas di hadapan semua orang yang ada di sana.

"Cium mas." sahut Alya.

Ilyas menatap pada istrinya dia tak percaya kalau istrinya itu akan melakukan hal itu.

Ilyas mendekat kan wajahnya pada wajah Naya hingga sekarang jarak mereka hanya beberapa centi saja.

Cup

Ilyas mencium kening Naya tak pernah Naya bayangkan kalau saat ini dia akan bersanding dengan seorang lelaki yang tak lain adalah suami sahabatnya.

Acara itu berjalan dengan cepat, penghulu dan saksi sudah pulang dari sana, tinggal keluarga Alya dan Ilyas saja yang belum pulang.

"Naya ini sahabat kamu?" tanya Mijan Ayahnya Ilyas.

"Ya Ayah, tapi dia lebih dari sahabat dia adalah adik aku." ucap Alya.

"Ayah tau ini berat bagi kamu, tapi Ayah yakin kamu melakukan ini karena ada alasannya." ucap Mijan.

"Ya Ayah, aku ingin suami dan sahabat aku bahagia." ucap Alya.

Naya tak bicara dia hanya diam saja mematung layaknya seorang pencuri yang tengah di adili oleh polisi.

Ucapan orang orang itu membuat Naya tersinggung.

"Kak Naya, perkenalkan aku Kirani panggil saja aku Rani." ucap adik Ilyas yang baru saja mengenalkan dirinya pada Naya.

"Ya, aku Naya." ucap Naya tersenyum.

"Mau ganti pakaian aku tau kakak pasti merasa sangat gerah." ucap Rani.

"Ya aku permisi." ucap Naya yang langsung masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu.

"Mas bantu Naya!" titah Alya.

"Kenapa harus aku?" geram Ilyas yang sejak tadi hanya diam saja.

"Biar aku yang bantu dia." sahut Rani.

"Tidak Rani, saat ini mas Ilyas juga suami Naya sudah seharusnya mas Ilyas menemani Naya." ucap Alya.

Ilyas menghela nafasnya kasar dia langsung masuk ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu, Ilyas merasa sangat kecewa pada permintaan Alya yang sangat ngada ngada itu.

Naya menatap pada orang yang baru saja datang itu, Ilyas bahkan mengunci pintu agar tidak ada yang masuk ke dalam sana.

"Kamu tidak mengunci pintu?" tanya Ilyas.

"Tidak lagi pula kan aku akan ganti pakaian di toilet nya." sahut Naya menunjuk pada kamat toilet yang ada di sana.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Ilyas dengan raut wajah yang datar.

"Ehhm tidak ada." sahut Naya.

"Lalu gunanya aku di sini untuk apa?" tanya Ilyas merasa geram pada kenyataan yang terjadi pada kehidupannya itu.

"Lagi pula siapa yang meminta dia masuk ke sini." gumam Naya.

Ilyas mendekat pada Naya, dia langsung mendudukkan Naya pada toilet duduk yang tertutup itu.

"Mas kamu tidak sopan sekali!" geram Naya.

"Aku akan bantu membuka peniti yang ada di kerudung kamu." sahut Ilyas.

Naya tidak bicara lagi dia hanya duduk menunggu Ilyas mencabuti beberapa peniti yang ada di kerudungnya.

"Dia sangat kasar." Naya membatin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel