Paman guru
Malam semakin larut, keadaan semakin hening nan sunyi. Hanya ada suara jangkrik dan gemercik air danau, yang menemani malam hari ini. Jin Long membawa Zhang Xiang keluar dari hutan hantu, kemudian membawanya ke suatu tempat lebih tepatnya di tepian danau yang sangat luas, dengan bebatuan di sekitarnya.
Jin Long meminta Zhang Xiang untuk mendudukkan dirinya di sebuah batuan besar yang letaknya tidak jauh dari danau, sekentara dieinya sesang mempersiapkan api unggun sebagai penghangat tubuh mereka nanti. Sebagai seorang pengembara, Jin Long sudah terbiasa dengan kehidupan yang selalu nomaden seperti sekarang ini, hanya saja ini adalah peetama kalinya Jin Long berkelana bersama dengan orang lain, yang latar belakangnya tidak ia ketahui sama sekali. Dan yang lebih parahnya lagi, anak remaja yang ia bawa saat ini, sungguh malang sekali nasibnya. Seketika ia lupa akan tujuannya yang ingin menikmati kehidupan luar tanpa adanya sebuah beban, justru sekarang ini ia mendapatkan sebuah beban baru.
Begitu api menyala, Jin long meminta zhang Xiang untuk duduk mendekati api agar tidak kedinginan. Namun melihat Zhang Xiang yang tengah pucat sambil memegang bagian perutnya itu membuat Jin Long seketika mengeenyitkan dahinya. Ia mengira bahwa saat ini Zhang Xiang tengah menahan rasa sakit di bagian perutnya, akan tetapi ia tidak berani memperlihatkan rasa sakitnya karena takut jika di bilang lemah.
Melihat hal itu Jin Long berdecih pelan. "Ck! Kalau sakit tidak perlu di sembunyikan!" Ujarnya sembari mendudukkan dirinya di samping Zhang Xiang.
"Coba kemarikan kedua tanganmu," ujarnya sambil menatap Zhang Xiang yang saat ini juga sedang menatap kearahnya.
Tanpa basa-basi lagi Zhang Xiang menyodorkan kedua tangannya kearah Jin Long. Dilihatnya tangan kecil nanti tidak berotot sama sekali itu, kemudian Jin Long meminta Zhang Xiang untuk duduk bersila dengan mebegakkan tubuhnya sembari membuka telapak tangannya menghadap ke atas. Zhang Xiang hanya mampu menuruti apa yang di perintahkan oleh Jin Long, perlahan namun pasti Jin Long meminta Zhang Xiang untuk mengelola pernapasan dalam.
Setelah itu Jin Long menyalurkan sebuah tenaga dalam dari tubuhnya ke tubuh Zhang Xiang selama beberapa menit. Tak lupa Jin Long juga membantu Zhang Xiang untuk mengobati luka yang ada pada tubuhnya. Jin Long sendiri sudah terbiasa dengan luka seperti ini, sehingga melihat luka yang ada pada tubuh Zhang Xiang itu bukanlah suatu permasalahan yang serius. Setelah melakukan pengobatan Jin Long merogoh botol minum berbentuk bulatan dengan lubang kepala di atasnya. Botol tersebut berisi arak yang biasa ia bawa kemana pun ia pergi.
Jin Long meneguk arak itu hingga setengah, setelah itu mengalihkan pandangannya kearah Zhang Xiang yang tengah menunduk sambil bermain api. Bayangan gerakan menghindar Zhang Xiang masih terngiang dalam memory Jin Long, ia melihat ada sesuatu yang berbeda dari dalam tubuh Zhang Xiang, sebenarnya Zhang Xiang adalah pemuda yang kuat dan memiliki kelebihan khusus, akan tetapi Jin Long sendiri belum menemukan apa kelebihan itu, hanya melihat kemampuan dalam menerima ilmu bela diri yang bisa berkembang di dalam diri Zhang Xiang.
"Zhang Xiang!"
"Hem, iya paman?"
"Apakah kamu yakin ingin belajar ilmu bela diri?" tanya Jin Long secara tiba-tiba.
Zhang Xiang kembali bersemangat kala mendengar kata yang berhubungan dengan bela diri, mungkin karena ia sangat terobsesi dengan ilmu bela diri yang ingin dapatkan.
"Yakin paman! Apakah aku sudah bisa memanggil paman dengan sebutan paman guru?"
"Bahkan ilmu bela diriku masih berantakan, tidak pantas di panggil master ataupun paman guru," sahut Jin Long sambil meneguk arak.
"Ayolah paman! Bantu aku, kata paman ungu aku tidak lemah, bukankah potensi untuk bisa bela diri sangat mudah?"
Jin Long mengernyitkan dahinya sembari menghentikan gerakannya meminum. "Siapa paman ungu?"
"Yang menyerangku tadi? Yang pakai jubah ungu,"
"Iblis jahat ketua Vampir,"
Zhang Xiang mengangguk faham. Kemudian ia kembali membujuk Jin Long agar mau membantunya. Bukan menggunakan ucapan lagi, melainkan membujuk menggunakan tindakan. Zhang Xiang menarik lengan Jin Long kemudian menggoyangnya sambil memohon.
"Ayolah paman!"
Ambisinya begitu besar untuk mencapai sebuah keinginan, sementara emosinya sendiri juga masih sangat sulit di kendalikan. Tetapi entah kenapa semenjak kejadian pertarungan dengan iblis tadi, membuat Jin Long ingin membimbing Zhang Xiang hingga ia bisa, walaupun potensi belajar mungkin agak lambat karena ia tidak faham sama sekali dengan dasar bela diri.
"Apakah kamu bersungguh-sungguh ingin belajar denganku? Belum tentu aliranmu sama denganku, apakah kamu bersedia?"
Zhang Xiang sempat berpikir sejenak, ia sangat mengetahui semua resiko jika sampai berbeda aliran. Tetapi mengingat bahwa tujuannya untuk mencari seorang guru, dan ia sudah bersumpah bahwa akan menerima ilmu dari siapa pun dan dari aliran mana pun ia siap, maka dari itu Zhang Xiang mengangguk dengan yakin.
"Aku siap! Aku akan tanggung semua resiko yang ada nanti," ujarnya dengan yakin.
"Bagus! Pemuda sejati, nan bertanggung jawab!"
"Jadi kapan aku bisa berlatih paman? Apakah paman akan mengajariku sekarang?"
Jin Long berdecih pelan. "Ck! Pikirkan luka kamu, jangan gegabah. Masih ada banyak waktu untuk berlatih, lagian pula untuk memulai sesuatu tidak semudah yang kamu pikirkan. Perlunya sebuah teknik dasar, hingga latihan-latihan khusus,"
Zhang Xiang mendengus kecewa mendengar penjelasan yang diberikan oleh sang paman. Padahal ia sudah bersemangat untuk melakukan latihan dan menerima materi saat ini juga. Walaupun rasa sakit di bagian tubuhnya memerlukan perawatan khusus, tetapi rasa sakit yang ia derita sudah tidak lagi terasa karena persetujuan dari Jin Long yang mau mengajarinya untuk belajar bela diri.
"Sembuhkan dulu lukamu, sekarang tidurlah, besok akan ku ajari teknik dasar perpanpasan," ujar Jin Long beranjak dari tempat duduknya.
"Paman hendak kemana?"
Jin Long tidak menjawab peetanyaan yang di lontarkan oleh Zhang Xiang sama sekali, kemudian ia Zhang Xiang melihat pamannya mendudukkan dirinya di atas batuan besar agak sedikit jauh darinya dan jauh dari api, sambil menyilanhkan kedua kakinya di depan sembari meletakkan kedua tangannya di atas paha dengan posisi terbuka ke atas. Seketika Zhang Xiang faham dengan apa yang akan sang paman lakukan itu langsung bungkam. Ternyata sang paman hendak bersemedi entah apa tujuannya Zhang Xiang sendiri tidak tau, lebih baik ia memejamkan matanya sesuai dengan permintaan sang paman.
Hawa dingin semakin menguasai tubuhnya, bahkan panasnya api yang ada di depannya tidak berpengaruh sama sekali terhadapnya. Zhang Xiang menggosokkan kedua telapak tangannya berharap mendapatkan sebuah kehangatan, akan tetapi hasilnya sama, angin malam terlalu kuat menembus tubuhnya yang sebelumnya tidak pernah keluar. Tetapi yang membuat tidak kuat terhadap dingin karena dalam diri Zhang Xiang tidak pernah mengelola energi dalamnya dengan baik, sehingga ia memiliki fisik lemah.
"Ck! Pendekar tidak kuat dingin!" Sahut sang paman sembari melempar rompi jubahnya kearah Zhang Xiang.
Bersambung....
