Pustaka
Bahasa Indonesia

Pendekar Pedang Putih

120.0K · Tamat
feni setia
96
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Zhang Xing Zhe seorang putra tunggal dari Xiang dan Liu, mereka berdua adalah pasangan pendekar hebat yang menjadi ketua sekte di gunung Hua San. Berbeda dengan kedua orang tuanya, walaupun Zhang Xing Zhe anak dari pendekar hebat, tetapi ia tidak bisa bela diri sama sekali. Hal itu di karenakan Zhang Xing Zhe sejak berusia lima tahun sudah di tinggal kedua orang tuanya, sehingga ia hidup bersama ketiga pamannya atas amanah dari kedua orang tua. Ketiga pamanya sengaja tidak mengenalkan Zhang Xing Zhe dengan bela diri karena mereka tau bahwa suatu saat nanti yang di utus untuk meneruskan sekte di gunung Hua San adalah putra tunggal. Jika Zhang Xing Zhe bisa bela diri, kesempatan mereka untuk menguasai sekte tersebut akan musnah begitu saja. Dan perjuangannya selama ini akan sia-sia karena ajaran mereka. Hingga pada suatu kejadian di usia Zhang Xing Zhe menginjak empat belas tahun, ia memilih untuk pergi berkelana untuk mencari guru, karena ia merasa sudah tidak tahan lagi dengan segala hinaan dan cacian dari ketiga pamannya. Zhang Xing Zhe juga diperlakukan buruk karena setiap ada penyerangan dari sekte lain ia tidak bisa membantu apa-apa. Bahkan pernah pada suatu kejadian Zhang Xing Zhe mengalami luka parah karena serangan yang begitu hebat mengenainya. Hal itu membuat pamannya marah. Akibat dari kejadian itu Zhang Xing Zhe berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia akan kembali menghadap ketiga pamannya dengan perubahan besar, demi meneruskan sekte yang telah kedua orang tuanya dirikan, Zhang Xing Zhe nekat untuk pergi mencari guru untuk melatihnya. Namun dalam perjalannya tidak diberi kemudahan, setiap langkahnya selalu di ikuti oleh pengawal suruhan pamannya yang memaksanya untuk kembali pulang. Tetapi untungnya ada seorang pemuda yang menolongnya kemudian membawanya lari dari kejaran pengawal itu. "Terima kasih paman, apa yang bisa saya lakukan untuk membalas hutang budi ini?" "Kalau tidak bisa bela diri lebih baik jangan keluar sendirian!" Ujar pemuda itu dengan nada tegas nan dingin. "Hendak kemana kamu anak muda?" Zhang Xing Zhe tersedak mendengar ucapan menohok dari seorang pemuda yang ia panggil dengan sebutan paman. "Maaf paman, sebenarnya saya ingin mencari seorang guru bela diri, saya ingin berlatih ilmu bela diri," jawab Zhang Xing Zhe dengan yakin. Pemuda itu mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Zhang Xing Zhe. "Kenapa kamu ingin belajar bela diri?" "Ingin membuktikan kepada mereka bahwa aku tidak selemah yang mereka pikirkan. Kelak ketika aku sudah bisa belajar bela diri akan ku manfaatkan untuk melindungi orang lain, dan aku tidak akan segan membantu mereka untuk menerima kebenaran!" Pemuda itu tercengang mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Zhang Xing Zhe, ia tidak menyangka bahwa remaja sepertinya bisa berpikir hendak melindungi orang lain. Hal itu semakin membuat sang pemuda merasa penasaran dengan latar belakang, sekaligus niat tulus Zhang Xing Zhe.

Pengembara WaktuFantasikultivasiwuxiapendekarZaman Kuno

Serangan

Gunung Hua San Kediaman Zhang Xing Zhe

Sring... Sring...

"Akkkhh..!!!"

"Ahahahahhaha..!!! Lihatlah Han Ying, apakah ini yang di namakan pendekar penerus sekte?"

"Ck! Zhang Xing sialan! Dasar anak bodoh! Ngapain kamu diam saja hah?"

Seorang remaja tengah tersungkur di tanah tengah meringis kesakitan sambil memegang perutnya bagian kanan bawah, yang saat ini tengah bercucuran darah. Dia adalah Zhang Xiang Zhe atau biasa di panggil Zhang Xiang, seorang putra tunggal penerus sekte Hua San dengan julukan pendekar tidak bisa berguna. Malam ini gunung Hua San mendapat serangan dadakan dari sekte lain yang memang sebelumnya sudah menjadi musuh bebuyutan sekte Hua San karena ingin merebut kekuasan agar berpindah tangan terhadapnya. Akan tetapi hal itu tidak akan pernah terjadi, selama masih ada penerus dalam sekte tersebut. Mereka adalah segerombolan kalajengking dengan racun berbisanya yang tidak pernah menyerah untuk terus menyerang sekte Hua San, terlebih mereka sudah kengetahui kelemahan Zhang Xiang  yang tidak bisa melakukan apa pun.

Hal ini bukan baru sekali terjadi, kejadian penyerangan dadakan sudah terjadi secara beruntun sebelumnya. Akan tetapi mereka tidak sampai melukai Zhang Xiang, hingga malam ini mereka berani melakukan semua ini dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. Di saat ketiga pamannya sedang sibuk berkelahi, justru ketua kalajengking malah menereobos masuk ke dalam paviliun untuk mencari tempat persembunyian Zhang Xiang. Nasib sedang tidah berpihak kepadanya, disaat ia ingin melihat keadaan luar, ternyata sang ketua kalajengking menyerangnya dari belakang. Karena Zhang Xiang, tidak bisa bela diri akhirnya pedang lancip dan berkilau itu berhasil menusuk lapisan kulit Zhang Xiang yang sangat tipis.

Sang paman yang semula sibuk berperang itu, seketika menghentikan kegiatannya kala melihat sang keponakan sudah tersungkur di lantai sambil memegang bagian tubuhnya yang berlumuran darah. Han Ying, selaku paman kedua bertereiak dengan kencang mengumpati Zhang Xiang, yang tidak berguna itu.

Tanpa menunggu basa-basi, sang paman pertama Zhang Yong Gang, dan paman ketiga Jing Beiyuan menyerang sang ketua kalajengking dengan brutal. Pedang putih yang menjadi ciri khas keturunan keluarga Zhang Xiang pun keluar. Sedangkan paman kedua membawa Zhang Xiang maauk ke dalam sebuah ruangan bawah tanah yang menjadi tempat persembunyian, setelah itu Han Ying kembali keluar dan membantu kedua saudaranya berperang melawan ketua kalajengking tersebut.

Pertarungan hingga menumpahkan darah itu masih berlanjut, begitu juga dengan prajurit-prajurit di depan yang masih ramai saling serang menyerang satu sama lain. Bahkan sudah banyak yang meninggalkan maupun terluka karena perkelahian panas malam ini. Hingga beberapa detik setelah mereka bertiga mengeroyok ketua kalajengking yang sendirian merasa kuwalahan, dan pada akhirnya melarikan diri mengajak pengikutnya untuk segera kembali. Mereka meninggalkan beberapa prajuritnya yang tergeletak dengan darah berlumuran di bagian tubuhnya.

Zhang Yong Gang berlari ke ruangan bawah tanah untuk melihat keadaan keponakannya, di susul dengan Han Ying di belakangnya. Sementara Jing Beiyuan melihat keadaan di luar area pavilium yang sangat kacau.

"Prajurit! Kalian urus mayat-mayat ini, bereskan semua kekacauan ini!"

"Baik tuan!"

***

Di ruangan bawah tanah, Zhang Yong bergegas menghampiri keponakannya yang tengah bersandar di tembok batu sambil memegang bsagian perutnya. Rupanya luka yang ada pada perut Zhang Xiang sudah di perban dengan robekan kain, sehingga darah tidak terus mengalir. Zhang Yong menatap miris ke arah keponakannya, di tepuknya pundak Zhang Xiang dengan pelan.

Puk..

"Zhang Xiang!"

"Pa-paman?"

Sang paman pertama tersenyum. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya.

Zhang Xiang mengangguk. "Aku baik-baik saja paman. Kenapa paman disini? Apakah iblis jahat itu sudah pergi?" tanya Zhang Xiang sambil celingukan mencari keberadaan sang iblis kalajengking beracun.

"Mereka sudah pergi,"

"Ck! Zhang Xiang!"

Sontak Zhang Xiang mendongakkan kepalanya menghadap kearah sumber suara yang berasal dari seorang pemuda gagah yang saat ini tengah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Zhang Xiang menatap pemuda itu dengan tatapan takutnya.

"Sudah berapa kali paman mengtakan kalau ada serangan segera bersembunyi, bukankah berkali-kali paman mengingatkan? Kenapa kamu tidak pernah mendengarkan paman? Kamu pikir bisa melawan mereka?" tanya Han Ying dengan nadas galaknya. Kemudian ia berdecih pelan sembari melanjutkan ucapannya. "Apakah kamu lupa kalau kamu tidak bisa apa-apa?"

"CUKUP HAN YING!"

"Kamu tidak boleh menghina Zhng Xiang, dia ini keponakanmu anak dari kakak kamu, kenapa kamu tidak bisa bersikap sedikit sopan kepadanya?" Ujar Zhang Yong selaku kakak tertua di antara mereka.

Setiap kali Han Ying menyalahkan Zhang Xiang, pasti sang paman pertamalah yang selalau membelanya, di antara ketiga pamanya memang yang sangat peduli hanya Zhan Yoang. Han Ying sendiri sudah hafal dengan karakter sang kakak yang sudah jelas terus membela sang keponakan tidak berguna.

"Ck! Kakak selalu saja membela keponakan tidak berguna itu. Dimana letak kesalahan ucapanku? Aku berbicara sesuai dengan fakta. Pada kenyataannya Zhang Xiang tidak bisa bela diri, tidak bisa melakukan apa pun, dan tidak BERGUNA!"

"Zhang Xiang masih kecil, bukan berarti dia tidak bisa berkembang suatu saat nanti!"

Han Ying mengelurkan smirknya. "Anak tidak berguna! Sampai kapan pun tidak akan berguna!"

Sementara Zhang Xiang hanya tertunduk sambil mengepalkan kedua tangannya, wajahnya merah padam, hatinya terasa sakit mendengar hinaan yang keluar dari bibir paman keduanya. Zhang Xiang ingin melawan, tetapi ia tidak cukup berani untuk melawan karena ia sadar selama ini mereka yang merawat dan membesarkannya, jika ia berani melawan dimana tata kramanya sebagai seorang keponakan kepada orang tua yang telah membesarkannya hingag sebesar ini. Zhang Xiang hanya bisa memendam amarahnya dalam diam, hingga sang paman yang menyadari akan diamnya seketika menarik lengan Zhang Xiang secara paksa dan memintanya untuk berdiri.

Srekk....

"Berdiri! Lelaki harus kuat! Lelaki tidak boleh takut darah!"

"Kamu ini penerus sekte gunung Hua San, banyak pendekar yang terlahir dari sekte ini dengan kehebatan mereka. Saagat memalukan jika sekte lain melihat calon pimpinannya seperti ini!" Ujar Hasn Ying mencengkerasm kuat bahu Zhang Xiang.

Saking kuatnya, Zhang Xiang sampai meringis kesakitan, bukan hanya itu saja, tetapi sang paman kedua juga menegakkan tubuh Zhang Xiang dengan kencang, kemudian memberikan pukulam msaut di perut Zhang secara frontal dan tiba-tiba sehingga membuat Zhang Xiang jatuh tersungkur ke tanah.

Bugh..

"Akkhhh..!!"

"Bangun! Lelaki tidak boleh lemah!" Teriak Han Ying dengan kencang.

"Bangun..!!!"

"Sudah cukup Han Ying! Cukup! Kalau kamu ingin mengajari keponakanmu bukan begini caranya," ujar paman ketiga menghalangi Han Ying yang hendak menghajar Zhang Xiang.

"Percuma ayahmu memiliki keturunan seperi ini! Punya anak tidak berguna! Lemah! Penakut! Takut darah! Lelaki macam apa kamu hah?"

Zhang Xiang mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat. Amarahnya kini sudah tidak bisa lagi di tahan, pamannya sudah keterlaluan terhadapnya, dan ucapan pamannya yang  menusuk hati Zhang Xiang.

"Sudah Han Ying, dia masih kecil,"

"Ck! Kecil? Bahkan pendekar di luar sana lima tahun sudah bisa bela diri, dan dia apa? Dia bisa apa? Belajar jalan saja butuh waktu lama, aku yakin dia selamanya akan seperti ini!" Ujar Han Ying mengejek.

Zhang Xiang semakin tidak bisa lagi mendengarkan ucapan pamannya. Dengan sigap ia bangkit dari duduknya, kemudian mendongkkan kepalanya menatap sang paman kedua dengan tatapn galaknya.

"Aku tidak bisa bela diri karena tidak ada yang mengajariku! Jika anak kecil di luaran sana sudah bisa sejak kecil karena mereka di ajari orang tuanya, sedangkan aku tidak! Nyatanya sampai detik ini paman tidak ada yang mau mengajariku!"

"Karena kita yakin kamu tidak bisa!"

"Bukan seperti itu Zhang, paman hanya ingin kamu lebih dewasa," sahut paman pertama.

Zhang Xiang tersenyum mengejek. "Baik jika paman tidak mau mengajariku bela diri, aku akan pergi untuk mencari guru, berbeda aliran sekalipun tidak akan menjadi masalah!" Uajr Zhang Xiang kemudian berlari keluar meninggalkan ketiga pamannya.

"Zhang Xiang! Kembali!" Teriak paman pertama dengan sangat kencang.

"Ck! Biarkan saja, nanti dia juga balik! Mana berani anak tidak berguna itu pergi jauh!"

Sang paman pertam memelototkan matanya, kemudian pergi mengejar Zhang Xiang keluar dari paviliun dengan segera mungkin karena lari Zhang Xiang semakin cepat.

Bersambung..