Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Tuan Muda, Ahh!

“Hah?”

Kedua mata Nada membelalak lebar bahkan mungkin nyaris melompat keluar dari tempatnya. Ia sangat terkejut mendengar perkataan Daffa.

“Apa maksud Tuan Muda? Aku harus ganti baju di depanmu, begitu?” tanya Nada, jantungnya terasa berdegup sangat kencang.

“Iya. Memangnya kenapa? Apa kamu nggak mau? Toh aku juga udah lihat payudara mu kan?” Daffa berkata dengan santainya sambil bersedekap dada

“Ta … tapi ….”

“Cepatlah! Aku nggak menerima penolakan,” desak Daffa yang terus menatap tajam pada Nada.

“Aku hitung sampai tiga. Kalau kamu nggak mau ganti baju juga, maka aku yang akan melepas bajumu dengan paksa. Aku yang akan mengganti bajumu. Satu …!” Daffa mengangkat jari telunjuknya ke udara.

Nada semakin gemetar mendengar perkataan Daffa. Ia ragu, apakah harus melepaskan pakaiannya di hadapan Daffa atau tidak?

“Dua!”

“Sebentar, Tuan!” Nada memekik karena masih ragu.

Walaupun Daffa sudah melihat payudara nya dan bahkan sudah menyusu darinya, tapi tetap saja Nada malu jika bagian sensitifnya harus dilihat oleh Daffa. Apalagi ini untuk yang pertama kalinya.

Ragu-ragu, Nada mulai menurunkan tali lingerie dari bahunya. Seiring dengan detak jantungnya yang semakin kencang, maka semakin pelan pula gerakan tangannya menurunkan tali tipis tersebut.

“Tiga!”

“Tuan!”

“Kamu lama banget. Aku nggak punya banyak waktu untuk menunggu kamu terlalu lama,” ketus Daffa.

Tanpa diduga, Daffa segera menghampiri Nada dengan cepat. Ditariknya tali lingerie milik Nada begitu saja dengan paksa, hingga membuat tali itu putus. Tak hanya tali yang satu, tetapi Daffa juga melakukannya pada tali lingerie yang satunya.

“Ah, Tuan Muda! Apa yang kamu lakukan?” Nada menjerit kencang saat Daffa langsung menarik gaunnya begitu saja.

Gaun tipis kekurangan bahan itu jatuh dan terlepas dari tubuh indah Nada. Daffa dengan cepat melemparkannya ke sembarang arah, lalu bergegas memalingkan wajah menatap pada Nada.

“Sekarang cepat kamu ….” Ucapan Daffa mendadak terhenti.

Mata pria itu terbelalak dan mulai sayu, ketika melihat tubuh Nada yang putih mulus dan tak mengenakan pakaian. Hanya selembar kain segitiga tipis yang menutupi daerah sensitifnya. Sedangkan kedua payudara besarnya tampak berusaha ia tutupi dengan kedua lengan, meskipun semua itu sia-sia karena Nada tak akan bisa menutupi kedua payudara nya yang super jumbo itu.

Jakun Daffa naik turun, berusaha menelan salivanya dengan susah payah. Desir aneh di darahnya kembali mengalir deras, melihat puting payudara Nada yang berwarna merah muda dan sangat halus, tanpa tertutup sempurna oleh tangan gadis itu.

Tiba-tiba saja Daffa teringat ketika tadi dia meminum air susu milik Nada. Rasanya sangat luar biasa, hingga bisa membuatnya jadi sehat lagi seperti ini. Apalagi saat membayangkan ia sedang minum air susu itu langsung dari sumbernya sambil meremas-remas bukit kenyal dan kencang itu.

Ahh!

Rasanya Daffa sangat ingin mengulanginya lagi. Pandangannya refleks menatap ke bawah sana, dimana benda keras itu tampak cembung dan menonjol dari balik celananya bagian depan.

“Shit!” geramnya karena sesungguhnya ia sangat terangsang hanya karena melihat dada jumbo Nada.

“Tuan, apa yang sudah kamu lakukan?” isak Nada dengan suara parau, sepertinya gadis itu baru saja menangis.

“Huft!” Daffa kembali membuang wajah dan berpaling dari Nada.

“Nggak usah banyak tanya! Sekarang cepat kamu pakai baju kamu. Aku antar kamu ke rumah nenek kamu sekarang!” tegas Daffa, yang kini berusaha mati-matian mengendalikan hasrat nya yang sudah di ubun-ubun.

Mendengar perkataan Daffa tersebut, membuat Nada tersentak dan cepat-cepat menghapus air matanya. Ia menatap tubuhnya yang nyaris polos, lalu beralih menatap pada Daffa yang kini sedang berdiri membelakanginya.

“Aku harus cepat, sebelum dia melihatku dalam keadaan seperti ini.”

Nada cepat-cepat meraih pakaian yang ada di atas ranjang. Buru-buru ia mengenakannya agar tak dilihat oleh Daffa. Sebuah kaos berlengan panjang dipadukan dengan celana jeans panjang yang sangat pas di tubuh indah Nada.

Meskipun begitu, tetapi kaos berlengan panjang dengan belahan dada rendah itu tak bisa menyembunyikan keindahan dada Nada yang masih tampak bulat menonjol.

“Udah, Tuan,” kata Nada sambil mendekati Daffa.

Suara gadis itu membuat Daffa segera berbalik badan. Ia berpikir jika Nada tidak akan memancing hasrat nya lagi karena sudah berganti pakaian. Namun, Daffa justru semakin dibuat frustasi saat melihat pakaian yang dikenakan oleh Nada.

“Astaga! Kamu tuh semakin membuat aku kegerahan,” ketus Daffa.

Tubuh Nada justru terlihat semakin seksi dalam balutan kaos ketat yang menonjolkan dada besarnya. Pinggang dan lengannya ramping, sedangkan pinggulnya sangat besar untuk ukuran gadis seusianya. Benar-benar indah bagaikan gitar spanyol termahal.

Daffa menggigit bibirnya kuat-kuat. Kedua tangannya mengepal erat, berusaha sekuat tenaga menahan batang tegaknya yang sudah semakin mengeras di bawah sana.

“Bisa kita berangkat sekarang, Tuan? Aku takut kemalaman. Nenek pasti sangat mencemaskan aku,” pinta Nada memohon.

Daffa pun menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia menatap tajam pada Nada, lalu segera menganggukkan kepalanya cepat.

“Ya udah, ayo cepat!” ajak Daffa yang segera berjalan mendahului gadis itu.

Nada tertawa bahagia dan turut mengangguk cepat, lalu mengikuti langkah Daffa yang sudah menuju ke garasi mobil. Pemuda itu masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu, sedangkan Nada juga lekas masuk ke bangku penumpang di belakang.

Tanpa membuang waktu lagi, Daffa gegas menginjak pedal gasnya dan melajukan mobil menuju ke rumah neneknya Nada.

Sepanjang mereka berada di perjalanan, mata Daffa tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah payudara Nada yang seolah nyaris tumpah keluar dari tempatnya. Meskipun gadis itu tak mengenakan bra, tapi dada nya tetap terlihat kencang dan padat. Maklum saja karena ia memang belum pernah dijamah oleh siapapun, kecuali Daffa tadi.

“Ah, Jonny! Kenapa kamu semakin membesar saja sih? Sesak tau di dalam sana,” geram Daffa seraya mengelus batang nya pelan-pelan dari luar celana agar mau tidur, tapi itu tak membuahkan hasil.

Si Jonny justru semakin mengeras dengan sempurna. Apalagi ketika Daffa terus menyaksikan belahan payudara Nada yang membuatnya membayangkan betapa asyiknya jika rudal besarnya terjepit di tengah-tengahnya.

Tubuh Daffa terasa semakin panas. Kejantanannya kian cembung dan membesar, mengeras dengan sangat sempurna hingga rasanya nyaris membuat pemuda itu frustasi.

“Ahh! Aku benar-benar nggak tahan!” seru Daffa tiba-tiba.

Pemuda itu bahkan menginjak pedal rem nya secara tiba-tiba hingga mobil berhenti mendadak.

Cittt!

“Ahh, Tuan Muda, ada apa ini?” tanya Nada panik saat mobil tiba-tiba berhenti.

Namun, Daffa tak menjawab pertanyaan Nada sama sekali. Setelah memarkirkan mobil di tepi jalanan yang cukup sepi, Daffa bergegas keluar dari mobil dan masuk ke bangku penumpang yang ditempati oleh Nada.

Nada sangat terkejut, karena Daffa yang tiba-tiba membuka pintu mobil. Padahal mereka belum sampai di rumah neneknya Nada.

“Loh, tuan muda kenapa kesini? Rumah nenek masih jauh?” Nada bertanya keheranan.

Lagi-lagi Daffa tak menjawab pertanyaan Nada. Begitu ia masuk, ia langsung mengunci pintu mobil hingga membuat Nada merasa panik.

“Tuan muda, apa yang kamu lakukan?”

Daffa kembali menatap tajam pada wajah cantik Nada, lalu pandangannya turun menuju dada Nada yang naik turun begitu menggoda.

“Maaf, Nada. Tapi aku benar-benar nggak tahan. Aku sangat tergoda karena dada mu dan aku ingin merasakannya lagi.”

Setelah mengatakan demikian, Daffa langsung meraih bahu Nada dan merebahkan gadis itu dengan paksa ke bangku mobil. Ia pun segera menciumi leher dan dada Nada hingga membuat gadis itu menjerit-jerit sambil menggigit bibir bawahnya sendiri.

“Tuan muda, jangan! Ahhh!”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel