Kubantu Hisap
Argista langsung naik ke atas ranjang, dengan sedikit takut dan gugup ia mulai memijit. Slater yang merasakan pijatan tangan Argista mendadak linglung, gila dan lupa segalanya.
Suasana yang tenang dan hening membuat diantara mereka menjadi canggung.
Alhasil Slater menyalakan TV untuk mengisi keheningan tersebut. Argista yang canggung alhasil ikut menoleh, memilih menatap TV dengan tangan yang terus memijat.
Sampai akhirnya tangan itu naik ke atas, Slater menelan salivanya, meremas remote TV nya, Argista terdistraksi dengan layar TV, karena itu ia tak memperhatikan tangannya yang mulai naik ke atas.
Slater langsung mencekal tangan Argista kala tangan itu naik ke atas paha membuat Argista menoleh, Slater menarik tangan Argista hingga wajah mereka saling berdekatan mengikis jarak yang ada.
"Perhatikan tanganmu sebelum aku menghujammu di atas sini!" peringati Slater membuat Argista ketakutan bukan main dan langsung menunduk dengan malu.
"Maaf tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi," kata Argista dengan nada bergetar.
Slater melepaskan cekalan tangannya pada Argista.
Ia mulai melanjutkan pijatnya namun kali ini ia tidak lagi menatap ke layar TV.
Slater menelan salivanya, bayangan fantasi liarnya mulai bermain di otaknya saat ini setiap kali menatap wajah Argista.
Sampai di mana Slater melihat baju maid Argista basah pada bagian benda kenyalnya.
Slater langsung mengalihkan tatapannya, berusaha fokus dengan layar TV namun melihat Argista yang sedikit mengencangkan pijatannya membuat Slater merasa jika Argista tengah menahan rasa sakit akan sesuatu.
Slater menelan salivanya saat melihat baju itu semakin basah.
"Kenapa bajumu basah?" Argista semakin menundukkan kepalanya menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit pada dadanya.
Slater menarik dirinya dari sandaran kepala ranjang memegang tangan Argista, "Kau sakit?" tanya Slater penasaran.
Argista mengangkat kepalanya dan menelan salivanya sekilas sebelum berkata, "Maaf pak dada saya sakit." Slater langsung menatap dada Argista di mana bajunya semakin basah saat ini.
Argista benar benar merutuki akan kebodohannya dalam kecerobohan kali ini. Ia tak membawa pumping ASI itu, bagaimana ia akan mengeluarkan ASI nya.
"Maaf pak apa nyonya....memiliki....pumping...ASI....?" Slater bingung dan menggeleng.
"Memangnya kenapa?" Argista meremas kuat sprei itu kala benda kenyalnya semakin sesak saat ini.
Argista bergegas turun namun Slater menahan tangannya, "Biar kubantu hisap!" Argista menggeleng dengan cepat dan menarik tangannya kuat.
"Tidak, saya bisa mengatasinya sendiri," Argista beranjak dari ranjang membuat Slater semakin bergairah saat ini.
Ia menarik tangan Argista hingga terduduk di ranjang dan mendorongnya untuk terlentang lalu menindihnya sebagian.
"Tuan jangan!" Kata Argista takut.
"Kau lupa? Aku yang membelimu, menyelamatkanmu dari gigolo di club dan memberimu kesempatan untuk tetap bisa sekolah, aku hanya akan membantu menghisapnya!" kata Slater langsung merobek baju maid itu dengan sekali tarikan.
Dan benar, ASI itu sudah keluar dengan terus mengalir hingga membuat bandeau Argista basah.
Slater langsung menghisap puting pink itu meminum semua ASI itu dengan leluasa. Argista spontan meremas rambut Slater kala merasakan hisapan yang begitu kuat membuat kakinya terus bergerak gelisah dan menggelinjang tak karuan saat putingnya dihisap.
"Enghh tuan hentikan," erang Argista dengan mata terpejam ia meremas rambut Slater merasakan debaran yang hebat dan rasa mabuk yang membuatnya terasa terbang ke atas awan saat ini.
Slater yang sudah tertutupi karena hasrat dan gairahnya, meraba benda kenyal satunya, meremasnya lembut yang mana ukurannya benar benar pas segenggaman tangannya.
Argista melenguh dan mendongakkan kepalanya ke atas saat merasakan remasan dan hisapan di benda kenyalnya saat ini.
Slater menarik dirinya, melihat puting pink itu tak lagi mengeluarkan cairan putih.
Argista membuka kedua matanya, rasa malu dan canggung meliputi keduanya saat ini.
"Mulai detik ini, serahkan ASI mu hanya padaku. Jangan gunakan alat apapun untuk menampungnya. Aku sendiri yang akan meminumnya langsung darimu, kau paham?" Argista menelan salivanya, ini ancaman atau bantuan.
Slater menarik puting pink itu, memelintirnya pelan kala Argista hanya diam membuatnya langsung mendesah lirih.
"Gunakan mulutmu untuk menjawab ucapanku," tegasnya membuat Argista langsung bangun dan membenahi bajunya.
Slater hanya diam, mengulum dan mencecap sekilas bibirnya yang masih tersisa bekas ASI di sana.
"Selain masak dan berberes, mulai sekarang kamu harus melayaniku di ranjang, termasuk memberikan ASI mu! Kau bisa menulis sendiri nominal gajinya!" Argista hanya diam dan membenahi bajunya dengan gugup takut dan malu.
Slater mendekatkan wajahnya di daun telinga Argista dan berbisik, "Patuh akan membuatmu aman dari ayahmu dan kaya dengan hasil jerih payahmu sendiri. Setelah SMA bukankah kau butuh biaya untuk lanjut ke jenjang tinggi? Ini adalah bisnis, kau sedang tidak menjual dirimu, kenapa harus malu? Aku yang menginginkanmu, jadi anggap saja kau simpananku!" Argista langsung beranjak dari ranjang dan berbalik dengan kepala menunduk.
"Maaf tuan, saya akan kembali membersihkan yang lain," tanpa menunggu jawaban Slater Argista langsung pergi dari kamarnya.
Slater hanya tersenyum melihat sikap malu malu Argista. Ia menghempaskan tubuhnya di ranjang, terus tersenyum membayangkan fantasi liarnya.
Tubuh Argista terus terbayang di otaknya saat ini. Terlebih rasa ASI yang hambar itu benar-benar membuatnya merasa candu.
"Aku pasti bisa memilikimu!" gumam Slater memejamkan matanya dengan bibir yang masih terbuka tersenyum tanpa henti.
Sedangkan di kamar, Argista merutuki akan rasa malunya dan kebodohan dirinya.
Dia benar-benar tidak punya harga diri lagi. Namun mengingat ucapan Slater tadi, sepertinya Argista tertarik.
Jika dia bisa memiliki banyak uang, dia bisa merebut rumah milik ibunya yang telah diambil oleh ibu tirinya. Dengan begitu Argista bisa mengusir mereka dan merebut kembali rumah ibunya.
Juga Argista bisa membayar polisi untuk menyelidiki kasus kematian ibunya yang masih misterius dan terasa janggal.
"Maaf Bu, Argista harus mempermalukan diri demi bisa memberikan keadilan pada ibu," gumam Argista lirih.
--
Lokasi syuting
Ada Seveline yang tengah bermain ponselnya. Ia tengah menunggu produser yang berbincang pada investor drama mereka. Begitu perbincangan mereka usai, Seveline langsung menghampiri produser yang sibuk membereskan kertasnya.
"Seveline, kau belum pulang?" kata produser membuat Seveline hanya tersenyum dan langsung duduk di samping produser.
"Belum. Aku sedang menunggumu!" Produser kekar dengan jambang yang seksi itu menoleh menatap Seveline terkejut dan bingung.
Seveline meletakkan tangannya di paha produser itu dan berkata, "Berkat dirimu akhirnya aku bisa menjadi tokoh utamanya di drama musim 2 ini. Apa investor itu menginginkan drama lagi untuk musim selanjutnya?" Produser itu mengangguk.
"Tapi kali ini ia meminta untuk aku mengganti tokoh utama wanitanya, aku masih bingung, siapa yang bisa kuandalkan selain kau?" Seveline tersenyum tangannya mulai merambah ke atas.
"Kau bisa percaya aku, bukankah kau melihat sendiri bagaimana totalitasnya aku dalam berakting?" Produser itu mengetatkan rahangnya saat tangan Seveline sudah meraba batangnya yang mulai mengeras.
"Drama mana yang tidak pernah mendapatkan rating tinggi? Semua drama yang diperankan mendapatkan rating tertinggi dari drama drama sebelumnya, bukankah kau membutuhkan orang sepertiku untuk meraup popularitas dan keuntungan?" Produser itu mengerang saat Seveline meremas batangnya yang mengeras.
Produser itu memegang tangan Seveline dan berkata, "Jangan begini. Aku sudah menikah begitupun denganmu. Bagaimana jika ada wartawan atau kru yang melihat, kita bisa hancur." Bukannya mendengarkan Seveline semakin meremas batang besar itu.
"Aku sudah lama tertarik denganmu. Pernikahanku hanyalah sebuah bisnis," produser itu menatap lekat Seveline.
Ia hendak mencium bibir Seveline namun Seveline memundurkan wajahnya menjauh.
"Berikan tokoh utama di drama musim 3 ini untukku.....aku akan tidur denganmu!" Produser itu menelan salivanya. Tawaran yang menggiurkan ini kapan lagi bisa ia dapatkan dari seorang aktris terkenal papan atas yang paling diidamkan dan diimpikan oleh Semua pria di luaran sana. Ia sangat beruntung.
"Baik. Kau harus menepati janjimu!" kata Produser itu.
