Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

“Tentu saja, pacar Alice anggota gangster,” pikirnya saat menyadari senjata dan fashion mereka. Oka bersiap dengan kuda-kuda karatenya. Dia bisa menundukkan mereka asalkan tetap tenang dan fokus.

“Hei, aku sudah memperingatkan kalian. Kita bisa bicara baik-baik,” kata Oka dengan suara mengalun seperti bernyanyi. Dengan tatapan tajam dan gerakan yang mantap, dia menggenggam erat tinjunya, siap untuk melawan.

“Lakukan itu sebelum kau tidur dengan wanitaku, bangsat!” seru pria paling besar dan paling gagah. Ia berteriak sambil melayangkan tinjunya menyasar Oka yang mengelak dengan mudah.

Melihat kawannya dihindari sedemikian mudah, kelima orang pria merangsek bersamaan dan mengirimkan pukulan dan tendangan bertubi-tubi. Tanpa ragu sedikit pun, Oka melancarkan serangan balasan dengan gerakan yang cepat dan presisi. Tinju dan tendangan yang terarah menghantam para penyerangnya dengan kekuatan yang luar biasa. Setiap hantaman dan tendangan ia hadapi dengan tangkisan mudah.

Tanpa berpikir, Oka menggunakan serangkaian jurus karate yang dikuasainya. Otoshi uke, tangan Oka menangkis dari bawah dengan kuat, ia gunakan untuk menghalau salah satu serangan pria berkulit hitam. Tubuh Oka bergerak luwes seiring dengan aliran energi, lembut tapi mematikan.

Tak berhenti di situ, Oka dengan cepat meluncurkan serangan balasan. Shuto uke Oka menepis dan melintasi leher lawannya dengan kekuatan yang cukup untuk menjatuhkannya. Satu pria Kaukasia terdorong mundur oleh kekuatan itu dan terjerembab ke tanah.

Dalam satu helaan napas, Oka mengubah jurusnya menjadi kumade. Oka menghunjamkan cakarnya ke dada pria gelap bertubuh besar dan laki-laki itu terbelalak saat merasakan dadanya runtuh dan ia terbanting ke belakang.

Pria lainnya yang menemukan kesempatan untuk menyerang, mengayunkan tongkat baseball di tangan ke tubuh Oka. Tetapi lelaki yang telah melalui banyak pertarungan seperti ini dalam hidupnya, secara refleks, telapak tangannya menangkis tongkat kayu itu dan mendorongnya ke samping, saat wajah lawannya tertegun karena serangannya gagal, sebuah pukulan langsung mendarat telak di wajahnya.

Satu lagi kembali maju menerjang Oka. Namun, secara tidak terduga lelaki itu memutar tubuhnya ke samping hingga pukulan itu lewat begitu saja, saat lawannya terkejut, tendangan memutar telah menghantam perutnya sehingga orang itu melenguh teredam.

Dengan lincah, Oka menyerang anggota kelompok lawan dengan kecepatan yang mengagumkan. Pukulan dan tebasan tangannya meluncur dengan kekuatan yang mematikan, membuat para pria Kaukasia itu terjatuh satu per satu.

Suasana berubah menjadi kacau balau saat pertarungan pecah di tengah kegelapan malam. Teriakan dan benturan fisik mengisi udara malam membuat suasana semakin tegang.

Oka dengan cerdik menggunakan keahliannya dalam karate untuk menghindari serangan-serangan lawan. Dia mengendalikan pernapasannya dengan baik, menjaga ketenangan di tengah kekacauan yang ada.

Saat pertarungan semakin memanas, Oka mulai mengambil keuntungan dari kelemahan dan kecerobohan lawan-lawannya. Dengan gerakan yang cepat dan akurat, dia berhasil melumpuhkan satu per satu dari keenam pria yang mencoba mengeroyoknya.

Akhirnya, hanya tersisa satu pria lawannya yang masih berdiri, terengah-engah dan penuh kepanikan. Oka mendekatinya dengan langkah mantap, menunjukkan dominasinya yang tak terbantahkan.

"Sekarang, apakah kau masih ingin melanjutkan ini?" tanyanya dengan suara serak, mengingatkan pria yang tersisa bahwa pertarungan ini tidak akan berakhir baik-baik jika dilanjutkan.

Pria terakhir itu menggelengkan kepalanya dengan cepat, menyerah pada kenyataan bahwa dia telah kalah. Dia tidak bisa mengimbangi keahlian dan keberanian Oka yang berdiri di hadapannya.

“Jadi, jangan salahkan Alice kalau berpaling darimu, Dude. Kamu hanya seorang anak manja yang terjebak di tubuh besar tanpa isi,” ejek Oka dengan kejam. Pria itu terengah menahan hinaan Oka.

Pria itu hanya menatap penuh dendam saat Oka melangkah pergi dengan jumawa.

Mengabaikan lawan-lawannya yang bergelimpangan tak berdaya, Oka berjalan menjauhi tempat kejadian perkara. Satu tangannya masuk ke dalam saku dan mengeluarkan ponsel. Dengan satu tangan, Oka berjalan sambil mengetikkan pesan.

[Choco Girl, kunci pintu apartemenmu dan jangan biarkan siapapun masuk]

Pesan itu ia kirimkan untuk Alice, sebagai antisipasi Alice juga akan diserang oleh pacar busuknya

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel