Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####bab 1

Hay readers yang budiman, kenalkan saya pendatang baru di platform menulis ini. Di sini saya akan menceritakan kisah indah nan manis semasa gue baru lulus SMA dulu yang terjadi sekitar  tahun 2019 silam, yang nama nama tokohnya sudah saya samarkan. Ok langsung saja ke awal cerita.

Budi Setiawan seorang pemuda yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikannya usai tamat SMA, dan memutuskan untuk membantu kedua orang tuanya yang mengolah sebidang sawah peninggalan kakek Andika seraya ia menunggu info lowongan pekerjaan dari kakak sepupunya yang bernama Linda Seftyana.

Pagi itu seperti biasa Budi hendak berangkat ke sawah membantu bapaknya usai menikmati secangkir kopi dan sebatang.

Budi yang sudah siap dengan cangkul yang menggantung di pundak kirinya serta hendak melajukan motornya untuk membantu bapaknya di sawah, dengan terpaksa ia harus mengurungkan niatnya saat Linda Seftyana datang dan memintanya untuk mengantarnya berangkat kerja karna motor yang biasa di pakai Linda tiba tiba saja mogok.

“Bud, Budi, bentar Bud jangan jalan dulu" teriak Linda yang berlari tergopoh gopoh menghampiri Budi yang hendak berangkat ke sawah.

Melihat kakak sepupunya berlari tergopoh gopoh menghampirinya, Budi pun seketika mematikan motornya.

“ada apa Mbak?” sahut Budi seraya menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.

“kamu sibuk nggak hari ini?” sambung Linda seraya mengusap peluh yang membasahi keningnya saat ia menghampiri Budi.

“yah... Seperti biasa Mbak, sambil nunggu info lowongan kerja dari Mbak Linda, saya bantu bantu bapak di sawah. Ada apa emangnya Mbak?” lanjut Budi yang belum tahu maksud ke datangan Linda.

“Bud, bisa tolong anterin Mbak dulu nggak? Soalnya motor Mbak tiba tiba mogok, dan hari ini Mbak harus berangkat pagi karna ada stok barang yang akan datang pagi ini” ujar Linda mengutarakan maksud tujuannya menemui Budi yang hendak berangkat ke sawah.

“owh.... Bentar kalau gitu Mbak, saya bilang sama ibu dulu, sekalian saya ganti baju dulu” kata Budi seraya turun dari motornya.

“iya Bud, buruan Mbak tunggu” balas Linda yang merasa sedikit lega.

“ok Mbak” timpal Budi yang langsung meletakan cangkulnya dan langsung berlari ke dalam rumah untuk berpamitan pada ibunya dan berganti pakaian.

Budi pun langsung menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tak sampai sepuluh menit Budi pun sudah kembali ke hadapan Linda.

“pantes aja Budi cariin di dapur Ibu nggak ada, tahunya udah di sini ngobrol sama Mbak Linda” seloroh Budi ketika ia sampai di teras dan melihat ibunya sedang berbincang dengan Linda.

“ada apa nyariin ibu Bud?” sahut Siti Ibunya Budi.

“ya mau ijin lah Bu, kalau Budi mau anterin Mbak Linda ke kerja dan nggak jadi nyusulin bapak ke sawah” ucap Budi meminta ijin.

“udah telat, barusan Linda udah bilang sama Ibu kalau Dia mau minta tolong sama kamu buat anterin Dia berangkat kerja karna motornya mogok” balas Siti ibunya Budi.

“ya udah kalau Ibu dah tahu” balas Budi seraya memakai jaketnya.

“dah yuk Mbak berangkat” ujar Budi yang baru saja selesai menaikkan resleting jaketnya.

“iya Bud, yuk” balas Linda.

“bi, Linda sama Budi berangkat dulu ya”  ujar Linda berpamitan pada Rini seraya mencium punggung tangan Bu Siti.

“iya Lin hati hati” balas Bu Siti pada Linda.

“Bu, Budi jalan dulu” ujar Budi seraya mencium punggung tangan Ibunya.

“iya Bud hati hati, jangan ngebut bawa motornya” seraya menasehati Budi agar tak kebut kebutan.

“Iya Bu” sahut Budi singkat dan lalu mengenakan helmnya.

Setelah berpamitan pada Ibunya, Budi pun berangkat mengantarkan Linda, Budi pun melajukan motornya perlahan lahan saat mereka masih di jalanan kampung mereka yang rusak.

Budi pun merasa tak nyaman pada punggungnya karna seringkali berbenturan dengan melon Linda yang bergoyang goyang saat motornya melintasi jalanan rusak dan bergelombang di kampung itu.

Berulang kali Budi menggeser duduknya ke depan agar punggungnya tak berbenturan dengan melon kenyal milik Linda.

“duh...  Ini nih yang bikin gue panas dingin dan nggak fokus dengan jalanan” batin Budi yang berulang kali menggeser duduknya.

Saat Budi bersimpangan dengan mobil lawan arah, tanpa sengaja roda motornya malah masuk ke kubangan jalan yang membuat Linda dengan reflek memeluk Budi untuk berpegangan agar tak jatuh.

“jglok....!!!” roda depan dan belakang motor Budi pun mau tak mau harus melintasi jalan yang berlubang karna harus bersimpangan dengan mobil di jalanan kampung yang sempit dan rusak.

“aw...!!!!” pekik Linda yang dengan reflek memeluk Budi dari belakang dan menekan benda kembar yang kenyal dan padat miliknya pada punggung Budi.

Budi yang mendapatkan benturan benda kembar kenyal dan padat tersebut pada punggungnya pun seketika merasa lebih tidak nyaman lagi. Karna saat benda kembar milik Linda tersebut membentur punggungnya, dengan reflek pula adik kecilnya di sana telah mendirikan tenda yang membuat Budi semakin tidak nyaman dan tidak fokus.

Tanpa sengaja pula, Linda yang sedang reflek memeluk Budi untuk berpegangan agar tak jatuh, tanpa sengaja tangan kanan Linda menggenggam tenda  Budi di bawah sana.

Linda yang belum menyadari benda yang di pegang tangan kanannya, Linda pun semakin mengeratkan genggaman tangan kanannya pada benda tersebut untuk berpegangan.

Budi yang mendapatkan perlakuan tanpa sengaja dari tangan kanan Linda pada adik kecilnya yang membuat tenda di bawah sana, seketika Budi pun menghentikan laju motornya dan protes pada Linda agar melepaskan adik kecilnya yang sedang bersembunyi di balik tenda tersebut.

“duh.... Masih pagi udah di bikin panas dingin gini, godaan apa lagi sih ini”  batin Budi yang sedang menggerutu karna sudah tidak tahan dengan perlakuan tangan Linda pada adik kecilnya saat ia hendak menghentikan laju motornya.

“chitttt....” Budi pun melakukan pengereman mendadak pada motornya dan malah membuat Linda menekan kuat melon kembarnya yang kenyal dan padat itu ke punggung Budi serta semakin erat pula pegangannya pada adik kecil Budi yang bersembunyi di balik tenda yang berada di bawah sana.

“kenapa Bud kok berhenti? Kan tempat kerja Mbak masih jauh” tanya Linda dengan ekspresi penuh protes ketika Budi mengerem motornya mendadak.

Dengan sangat gugup dan gemetaran, Budi pun protes pada Linda yang menggenggam erat adik kecilnya di dalam tenda untuk berpegangan.

“gi gi gimana sa ya ng ng nggak be ber henti Mbak, ta tangan Mbak aja main ke mana mana. Saya jadi nggak konsen nyetirnya Mbak!” jawab Budi yang balik protes pada Linda agar segera melepaskan adik kecilnya yang tercekik di dalam tenda itu karna tangan Linda.

“Maksud kamu apa sih Bud?!” tanya Linda yang tak paham maksud Budi karna belum menyadari ulahnya yang membuat Budi panas dingin.

“coba Mbak Linda lihat apa yang Mbak pegang” sewot Budi seraya jari telunjuknya menunjuk kearah tangan di mana tangan kanan Linda berpegangan.

Menyadari ke arah mana tangan kanannya berpegangan, seketika wajah Linda pun langsung merah padam dan malu pada Budi dan seketika Linda pun melepaskan serta menjauhkan tangannya dari adik kecil Budi.

“ups.... Maaf Bud, Mbak nggak sengaja memegang senjata kamu” ujar Linda yang tampak kikuk dan langsung segera melepaskan adik kecil Budi dari genggamannya yang terasa mencekik itu.

Wajah Budi pun seketika juga langsung merah dan terasa menghangat karna malu pada Linda yang tanpa sengaja memegang batang senjata laras panjangnya, serta teringat kecerobohannya yang lupa tidak mengenakan sarung pelindung senjatanya yang terbangun itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel