Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. SANG PENGGODA

Melodi melongo melihat pemandangan indah depan matanya. Wajah yang tadi terlihat seperti Om-om dengan penampilan orang pergi ke kantor, sekarang terlihat seperti anak muda yang umurnya tidak jauh berbeda dengannya.

Bi Darmi tersenyum melihat Melodi melongo. Baginya, melihat majikannya seperti itu sudah tidak aneh karena dari kecil dirinya yang mengurus Cleon. Diam-diam Bi Darmi ke luar kamar tanpa menimbulkan suara langsung menutup pintu kamar.

Cleon dengan santai berjalan masuk ke dalam walk in closet tanpa menghiraukan Melodi.

"Gila, ternyata si Cleon ini ganteng banget! Ya Tuhan, kenapa jantung ini jadi berdebar?!" Melodi bicara sendiri melihat pintu walk in closet yang tertutup.

Pandangan Melodi lalu menyapu seluruh ruangan kamar. "Ini kamar atau rumah? Gede banget! Rumahku saja tidak sebesar kamar ini. Siapa si Cleon ini?!"

Pintu walk in closet terbuka, Cleon ke luar sudah memakai celana pendek dan kaos polo hitam ketat sehingga dadanya yang bidang seakan mengundang banyak kaum hawa untuk bersandar.

Melodi segera mengalihkan pandangannya ketika Cleon melihat ke arahnya, pura-pura melihat lututnya yang sudah tertutup perban.

Cleon datang mendekat. "Bagaimana lukamu itu?"

"Masih perih," jawab Melodi menggeser duduknya hendak turun.

"Kenapa bajumu tidak diganti?"

Melodi meringis ketika kakinya satu per satu turun dari atas tempat tidur. "Aku mau pulang."

Cleon memperhatikan kaki Melodi. "Tunggu sebentar, aku akan mengantarmu pulang. Kita makan dulu."

"Tidak usah." Melodi berusaha bangun dari duduknya ingin berjalan. "Aku ingin pulang! Kasihan Ibu, pasti cemas menunggu aku pulang."

"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Cleon, tapi tiba-tiba tubuh Melodi limbung, hilang keseimbangan.

"Aaa!" Melodi berteriak kencang, dengan cepat tangannya meraih tangan Cleon agar tubuhnya tidak jatuh ke lantai. Alhasil, tubuh keduanya pun jatuh di atas kasur karena Cleon tidak siap menahan beban berat tubuh Melodi.

Cuuup!!!

Mata Melodi melotot ketika merasakan daging kenyal nan lembut serta hangat bercampur aroma mint menyentuh bibirnya.

Begitu juga Cleon, hanya diam terpaku menatap iris mata berjarak beberapa senti dari matanya yang berada di bawah tubuhnya. Rasa seluruh aliran darah yang ada di tubuhnya seakan berhenti ketika bibirnya mendarat sempurna di bibir merah muda kecil mungil milik Melodi.

Detik berikutnya Melodi langsung tersadar, dengan cepat segera mendorong tubuh tinggi besar yang ada di atas tubuhnya dengan wajah yang telah merah merona.

Cleon pura-pura tenang padahal jantungnya berdetak dengan cepat. Setelah sekian lama hatinya terasa beku karena dipatahkan perselingkuhan Clara, sekarang bisa merasakan kembali hatinya begitu hangat serta jantung yang berdetak begitu cepat.

"Kenapa aku bisa terpeleset?!" gumam Melodi melihat lantai. "Oh, ada genangan air."

Cleon melihat lantai. "Itu mungkin air bekas membersihkan lukamu. Untung saja kamu tidak jatuh ke lantai."

Wajah Melodi semakin merona, teringat bibirnya yang tanpa sengaja dicium Cleon. "Aku ingin pulang. Tapi, bagaimana dengan motorku?!"

Cleon membantu Melodi berjalan. "Motormu itu pasti tidak bisa langsung diperbaiki dalam satu hari."

"Lalu bagaimana?"

Cleon membuka pintu kamar. "Bagaimana apanya?"

Dari jauh Mang Ujang datang dengan tergesa-gesa. "Tuan."

"Bagaimana urusan yang tadi?" tanya Cleon menghentikan langkahnya.

"Sudah beres Tuan. Untung saja, tadi tidak ada polisi yang datang jadi tidak perlu diproses ke kantor Polisi."

"Ngapain ke kantor polisi?! Urusan cuma masuk got, masa sampai ke kantor polisi?!" ujar Cleon.

Mang Ujang melihat kaki Melodi yang sudah diperban serta celana panjang digunting pendek sebelah. "Bagaimana kakinya Non?"

"Seperti yang Mang Ujang lihat!" Melodi kesal, karena gara-gara Mang Ujang kakinya jadi terluka.

Mang Ujang merasa bersalah. "Non, maafin Mang Ujang. Tadi Mang Ujang tidak waspada menyetir mobil."

Melihat mata Mang Ujang berkaca-kaca karena rasa bersalah membuat Melodi jadi tidak tega. Hatinya memang sangat kesal, tapi apa dengan marah, semuanya akan kembali normal lagi?!

Bi Darmi datang langsung berdiri disamping Mang Ujang. "Bibi baru tahu tentang kecelakaan itu. Maafkan atas kesalahan suami Bibi, Non."

Melodi melihat Mang Ujang dan Bibi silih berganti, sementara Cleon hanya diam mematung. "Iya, aku sudah memaafkan Mang Ujang, tapi lain kali harus lebih berhati-hati."

"Terima kasih Non," ucap Mang Ujang dan Bibi serempak.

Melodi melihat Cleon yang lebih tinggi darinya. "Lalu bagaimana dengan motornya?"

"Motornya masih di bengkel. Kata pemilik bengkel, baru bisa diambil tiga hari ke depan karena banyak luka goresan dan mesinnya ada yang rusak," jawab Mang Ujang.

"Tiga hari ke depan?!" Wajah Melodi jadi cemas. Langsung terbayang jika tidak ada motor, bagaimana bisa membantu Ibunya menitipkan kue ke toko-toko?!

"Iya Non," jawab Mang Ujang.

"Motor itu sangat berarti untukku," gumam Melodi matanya berkaca-kaca, teringat Ibunya pasti kerepotan jika tidak ada motor sementara dirinya harus Sekolah.

Cleon yang melihat keresahan di mata Melodi segera menutup pembicaraan. "Apa kita mau berdiri saja di sini?!"

.....

Dalam apartemen yang tidak begitu luas. David baru saja selesai melakukan ritual mandinya. Bathrobe yang dipakainya dibiarkan tidak diikat sehingga memperlihatkan tubuhnya yang kekar.

Bel pintunya berbunyi sehingga kening David mengernyit. "Siapa yang datang? Tidak mungkin kalau si Cleon, tapi yang tahu apartemen ini cuma dia."

Dengan malas David melangkah untuk membuka pintu. "Siapa?"

"Hai!"

David tertegun, di depannya berdiri wanita seksi dengan belahan dada rendah serta rok mini yang super ketat sedang tersenyum menggoda dengan bibir merah menyala.

"Hai David, gantengku! Surprise! Apa kamu terkejut melihatku. He-he," ucapnya manja menggoda.

"Intan? Sedang apa kamu di sini?" tanya David bingung.

"Aku sengaja datang ke sini untuk bertemu denganmu," jawab Intan langsung masuk melewati David. "Aku telepon kamu beberapa kali, tidak kamu angkat! So, aku datang ke sini."

"Darimana kamu tahu aku ada di sini?" tanya David menutup pintu.

Intan duduk di sofa dengan posisi menggoda, melihat David masih memakai bathrobe membuatnya menelan air liur. Apalagi Intan sudah tahu, bagaimana perkasanya seorang David di atas ranjang.

"Jawab pertanyaanku! Darimana kamu tahu aku di sini?!" tanya David berdiri menjulang melihat Intan sedang duduk.

"Galak banget," ucap Intan tersenyum, lalu melihat ke seluruh ruangan. "Tempatmu nyaman juga. Aku bisa betah tinggal di sini."

"Jangan mimpi kamu tinggal di sini!" David menatap tajam Intan. "Kita tidak ada hubungan apa-apa. Urusan kita sudah selesai, aku sudah membayarmu!"

Intan sedikit pun tidak terlihat takut, tersenyum melihat David. "Tapi aku merasa kita masih ada hubungan."

"Apa maksudmu?!"

Intan bangun dari duduknya, melangkah pelan mendekati David yang sedang berdiri. Tangannya yang dihiasi kutek warna merah menyala langsung mengelus lembut dada David. "Hubungan yang hanya kita berdua yang tahu. Aku rela menjadi penghangat malam-malam mu yang dingin."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel