6. Masa Lalu Datang Berkunjung
Di kediaman keluarga Smith, Tante Karin sedang dilanda kebingungan karena keponakan tersayangnya tidak tahu di mana keberadaannya. Tanpa menunggu lama, Karin langsung menelepon bocah bandel yang satunya lagi, Dav.
Karin :
"Hallo. Di mana kamu?! Kenapa tidak pulang?!"
Dav :
"Berisik sekali!"
Tante Karin :
"Apa kamu bilang?"
Dav melihat layar ponsel, menghela napas panjang setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel :
"Ada apa tante?!"
Tante Karin :
"Di mana kamu?! Kenapa tidak pulang?!"
Dav :
"Ditempat yang tidak berisik."
Tante Karin :
"Apa kamu di hotel?"
Dav :
"Kalau di hotel, memangnya kenapa tante? Hotel adalah tempat ternyaman buatku."
Tante Karin :
"Dengan wanita?"
Dav :
"Tante lebih senang, aku bersama wanita atau bersama pria di hotel?!"
Tante Karin :
"Bocah kurang ajar! Awas, kalau kamu berbuat aneh-aneh di luar sana! Tante akan sunat kamu dua kali!"
Dav :
"Aduh! Habis dong nanti Dav junior. Ha-ha-ha."
Tante Karin :
"Kamu pulang, sekarang juga!"
Dav :
"Tidak bisa tante. Aku lebih nyaman di sini. Kalau ada waktu, aku mampir ke mansion. Kalau untuk pulang, aku tidak mau."
Tante Karin :
"Dasar bocah bandel."
Dengan kesal, Tante Karin memutuskan sambungan teleponnya. "Tinggal di mana sebenarnya bocah ini?" gumamnya.
"Tante tidak usah khawatir. Dav tinggal di apartemen yang tak jauh dari tempat ini," jawab Jo baru saja masuk ke dalam kamar.
Tante menepuk jidatnya sendiri. "Tante pikir Dav di hotel bersama wanita. Tante sudah sangat khawatir."
"Tidak mungkin tante, Dav di hotel bersama wanita. Dav memang playboy, tapi tidak pernah meniduri pacar-pacarnya. Dia hanya pandai merayu saja. Tante tidak usah khawatir." Jo menenangkan tantenya.
"Dan kamu?"
"Aku?" tanya Jo menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa denganku?!"
Tante tersenyum misterius. "Siapa pacarmu? Tante tidak pernah melihatmu dengan seorang wanita."
Jo tersenyum kecut. "Aku tidak punya pacar, waktuku habis mengurus perusahaan yang ditinggalkan ayah. Mana ada waktu, aku untuk mencari pacar!"
"Kalau begitu, mulai sekarang, carilah pacar! Cari wanita baik-baik yang bisa menerima kamu apa adanya! Ingat, jangan mencari wanita yang ada apanya!"
Jo terdiam. Perkataan Tante Karin malah membuatnya teringat Adesty.
"Kok malah diam?!"
Jo menaikkan kedua bahu. "Aku tak mau membahas itu!" Jo langsung pergi meninggalkan Tante Karin yang masih penasaran ingin bicara panjang lebar.
.....
Di rumah Adesty, terlihat ayah sedang sibuk mengepak beberapa potong baju pesanan langganannya.
Ayah Adesty mempunyai usaha kecil-kecilan yaitu toko baju. Semua kebutuhan hidup mereka berdua, ditopang dari hasil toko yang menjual baju.
Tak lama, terdengar pintu depan diketuk beberapa kali dari luar.
"Permisi. Apa ada orang?!"
Coba kamu lihat, siapa yang datang." pinta ayah pada Adesty untuk melihat siapa tamu yang datang.
"Permisi! Apa ada orang?!"
Adesty bergegas pergi ke depan. "Tunggu sebentar!"
Sebelum membuka pintu, Adesty melihat ke luar melalui gorden jendela. Seorang pria dewasa sedang berdiri sambil memegang sebuah kotak dengan ukuran cukup besar.
"Ada apa, pak?" tanya Adesty masih dari dalam jendela.
Pria tersebut memperlihatkan kotak warna coklat yang ada di tangannya. "Ini ada paket atas nama Bapak Nugroho."
Adesty membuka pintu. Mengambil paket. "Ini paket untuk ayah."
"Iya! Paket ini sudah dibayar," jawabnya. "Saya bisa minta tanda tangannya sebagai tanda bukti barang sudah diterima."
Selesai semua urusan, pengantar paket langsung pergi, begitu juga dengan Adesty, langsung masuk ke dalam rumah dengan membawa kotak yang cukup besar.
"Apa itu?!" tanya ayah heran begitu melihat putrinya datang membawa kotak besar.
"Paket buat ayah," jawab Adesty. "Berat banget, isinya apa sih? Jangan-jangan bom!" Kotak paket diletakkan di atas meja.
"Hush!" tegur ayah. "Hanya beberapa setel pakaian yang ayah pesan lewat online."
"Baju kok berat banget!"
....
Dilain tempat, Dav baru saja turun dari tempat tidurnya. "Hilang sudah ngantukku begitu mendapat telepon dari Tante Karin," gerutunya kesal, melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengambil segelas air minum.
Ting tong!
Belum sampai dapur, bel pintu apartemennya mengeluarkan suara. Dengan malas Dav berjalan ke arah pintu ke luar. "Pagi-pagi begini, siapa yang datang? Mengganggu saja!"
Gadis cantik dengan balutan baju hitam serta kacamata hitam bertengger manis di hidungnya, berdiri tersenyum manis begitu Dav membuka pintu.
Dav sejenak berdiri memperhatikan wanita yang ada di depannya lalu kemudian senyum lebar menghiasi bibirnya. "Shela!"
"Kamu masih ingat denganku?!"
"Tentu saja, hanya laki-laki bodoh yang bisa melupakan gadis secantik dirimu," jawab Dav, pujian buaya daratnya mulai ke luar. "Silahkan masuk," Dav menggeser tubuhnya agar Shela bisa masuk ke dalam apartemennya yang sepi.
Dengan langkah melenggak lenggok bak seorang peragawati yang sedang berjalan di atas catwalk, Shela masuk ke dalam apartemen.
"Aku sangat senang kamu datang ke sini."
Shela duduk dengan gerakkan sensual. Kaki kanan jenjang memakai sepatu high heels warna silver ditumpangkan ke kaki kirinya. "Benarkah?"
"Tentu saja! Sudah berapa lama kita tidak pernah bertemu? Aku pikir kamu sudah lupa padaku, apalagi kabar terakhir yang ku dengar tentang dirimu, katanya kamu sudah bertunangan dan akan menikah dalam beberapa bulan lagi. Beruntung banget si Tompi bisa mendapatkan cewek seksi sepertimu."
"He-he," Shela terkekeh, tapi matanya tersirat kesedihan. "Rencana hanya tinggal rencana."
"Maksudnya?!" tanya Dav setelah memberikan gelas yang telah diisi wine ke tangan Shela
"Thank you!" shela meneguk wine nya sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku sudah meninggalkan Tompi"
"Ups, why?!"
"Si Tompi tergoda wanita malam," jawab Shela datar. "Wanita itu tak mau melepaskan si Tompi sampai akhirnya wanita itu hamil dan ,,, kamu tahu kelanjutan ceritanya."
"Sorry. Aku tak bermaksud untuk membuka luka di hatimu itu," Dav jadi merasa tak enak hati.
"Tak apa-apa. Aku sudah tidak percaya lagi dengan namanya cinta. Bagiku cinta itu hanya bulshit!" jawab Shela geram, sangat terlihat sorot matanya penuh dengan kebencian. "By the way, bagaimana kabarnya Jonathan?!"
"Kenapa? Kamu merindukannya?!"
"Sudah lama, aku tidak pernah bertemu dengannya. Bagaimana kabarnya Jo sekarang? Apa dia sudah menikah?!" tanya Shela
Dav malah tertawa terbahak. "Ha-ha-ha, menikah? Mana mungkin kakakku itu menikah?! Setiap hari yang dilakukannya hanya kerja, kerja dan kerja. Mana mungkin dia ada waktu untuk memikirkan wanita."
"Dan kamu, salah satu orang yang selalu menghabiskan uangnya!" ledek Shela.
"Enak saja! Aku juga bekerja, walau tak serajin si Jo yang datang ke perusahaan setiap hari. Aku tidak bisa duduk berlama-lama di belakang meja dengan setumpuk dokumen di depan mataku. Rasanya semua itu akan membuat kepalaku pecah," keluh Dav.
"Kamu dan Jo sangat bertolak belakang. Dia pekerja keras dan kamu pemalas!"
"Selagi masih muda, tak ada salahnya aku main. Cepat tua kalau hanya memikirkan pekerjaan. Kamu sendiri bagaimana? Perusahaan yang orangtuamu wariskan, apa belum bangkrut?!" Dav balas meledek.
