Delapan
Happy Reading
*****
Amanda nampak gusar sudah dua hari belakang ini. Wajah tampan Darko selalu terbayang-bayang di pikirannya. Tidak hanya wajah namun, suara serta sentuhannya pun ikut serta menjadi fantasi yang menyenangkan serta menegangkan bagi Amanda. Sial.
Amanda mondar-mandir di depan meja kerjanya dan menggigiti ujung pena yang ada ditangannya. Mungkin ini salah satu karma untuknya, karena sering kali mengejek bahkan terang-terangan menghina sahabat karibnya, Nana.
"Astaga! Bisa gila aku kalau terus begini. Dia pakai ilmu guna-guna apa sehingga otakku nampaknya terpaku padanya. Ah~ sial!" gerutu Amanda.
Meja kerjanya berserakan kertas, ia bahkan sudah tidak peduli lagi dengan deadline pekerjaannya.
Setelah kejadian ciuman panas yang terciduk dua hari lalu, pria itu seperti menghilang ditelan bumi entah ke mana. Amanda tidak merindukannya. Oh come on, dia hanya penasaran ke mana hilangnya pria bastard itu.
Amanda mencoba menelepon asistennya agar segera ke ruangannya.
"Ke ruanganku sekarang juga," perintah Amanda tanpa basa-basi.
Ketukan pintu terdengar. "Masuk," teriak Amanda dari dalam.
"Ada apa ibu memanggil saya?" tanya Karin.
"Kau urus semua berkas ini, rapikan serta pisahkan per perusahaan. Aku akan pulang lebih awal, kepalaku pusing. Aku butuh refreshing sejenak, akan kulanjutkan pekerjaanku besok lagi," jelas Amanda pada Karin.
Karin hanya mengangguk saat menerima penjelasan dari Amanda. Ia salah satu asisten paling cekatan dan patuh atas apa saja yang Amanda perintahkan. Tidak pernah membantah dan tidak pernah ikut campur urusan Amanda.
Amanda mengambil tasnya dan memakai blazernya. Ia bersiap untuk pergi meninggalkan kantor dan bergegas pulang ke apartemen dilanjut mencari kesenangan di kelap malam favoritnya.
Amanda membutuhkan alkohol malam ini. Ia butuh menyegarkan isi otaknya yang sudah terkontaminasi oleh pengusaha yang katanya terkenal dan kaya raya itu. Ah~ whatever, Amanda tidak peduli dengan materinya.
******
Suasana sepi dan sunyi menyambut kedatangannya di apartemen. Amanda menghidupkan semua lampu, mendudukkan dirinya pada sofa empuk sambil memainkan ponselnya. Ia mencoba menghubungi sahabatnya yang berada di New York, Nana.
"Kapan kau akan ke Indonesia?" tanya Amanda tanpa basa basi ketika sambungan teleponnya diangkat.
"Slow down, Babe. Aku akan segera ke sana, aku masih memiliki beberapa pekerjaan yang belum selesai, jika aku sudah punya waktu untuk cuti. Aku akan segera melarikan diri dan bersenang-senang bersamamu," ucap Nana dan Amanda hanya mengangguk meskipun Nana tidak melihat pergerakan yang dilakukannya.
Hanya percakapan singkat karena Nana buru-buru mematikan sambungan telepon mereka karena ia sedang menjalani photoshoot.
Amanda mengembuskan napas lelahnya. Perutnya berbunyi meminta sesuatu untuk masuk ke dalam sana. Wanita cantic itu memilih untuk berganti pakaian rumahan dan segera bergegas ke dapur. Amanda mengambil satu apel merah dan menggigitnya sambil mengamati apa yang harus dimasaknya. Sudah cukup lama Amanda tidak bermain dengan wajan dan spatula, mengingat begitu banyak deadline pekerjaannya.
Wanita itu mendesah pasrah ketika isi kulkas tidak bersahabat dengannya. Ia memilih untuk berbelanja ke supermarket yang berada di basement apartemennya. Bosan dengan masakan restoran, ia menginginkan untuk memasak makanannya sendiri.
Teriyaki salmon bok choy pilihan menu yang akan ia masak. Amanda memilih hanya memakai t-shirt berwarna putih tanpa lengan yang hanya menutupi sebagian paha putih mulusnya untuk pergi berbelanja.
Ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sekitaran basement apartmen dan juga supermarket. Namun, bukan Amanda jika mempedulikan tatapan atau pandangan orang lain mengenainya. Ia berjalan cuek mengambil keranjang belanjaan dan mencari bahan masakan yang diperlukannya.
Amanda begitu teliti dalam memilih bahan sayur mayur yang akan digunakannya untuk memasak nanti.
"Kau mencoba menggodaku dengan berpakaian seperti ini?" bisik seorang pria yang sontak membuat Amanda terkejut dan melemparkan tomat ceri yang sedang ia pegang.
"Astaga!" kejutnya.
Mata tajam Amanda menyalang saat menatap pria yang baru saja mengagetkannya dan berbisik di telinganya. Pria yang mengusik pikirannya selama dua hari terakhir, bukan dua hari, tapi beberapa waktu terakhir ini. Siapa lagi kalau bukan Darko, si pria bastard yang tiba-tiba datang dan seenaknya menghilang.
"Kenapa kau ada di sini? Kau menguntitku?" tuduh Amanda.
Pria miskin ekspresi itu hanya menampilkan senyum smirk di wajah tampannya, yang sialnya membuat jantung Amanda bergemuruh hebat.
"Aku tidak menguntitmu. Hanya radarmu yang menunjukkanku atas keberadaanmu," ucap Darko membuat Amanda berdecih.
"Cih! Gombalanmu tidak akan berpengaruh padaku. Pergi sana, sudah bagus kau pergi menghilang beberapaa hari ini dari pandanganku," usir Amanda.
Amanda mencoba mengabaikan keberadaan Darko dan kembali sibuk memilih barang makanan apa saja yang akan dibelinya.
"Kau akan memasak salmon," kata Darko yang ternyata masih setia membuntuti pergerakan Amanda.
Amanda memijat pelipisnya dan menggeram tertahan saat mendengar suara pria yang mampu merusak kinerja otaknya itu.
"Kenapa kau masih mengikutiku? Oh, astaga, apa kau tidak mengerti dengan bahasa yang ku pakai?" Amanda menaruh keranjang yang dipegangnya ke lantai dan berkacak pinggang menatap tajam Darko.
Darko bergerak gesit mengambil keranjang belanjaan Amanda dan meletakan lengannya pada pinggang Amanda. Mereka berdua terlihat sebagai pasangan yang begitu serasi.
"Romantis sekali pasangan muda mudi ini. Berbelanja saja harus dipeluk," ucap salah seorang pengunjung supermarket yang berada tak jauh dari Amanda dan Darko.
"Tampan dan cantik. Kalian pasangan yang sangat serasi, semoga disegerakan memiliki momongan,"
"Jaga suamimu baik-baik, banyak pelakor yang bergentayangan di Indonesia ini. Wanita sekarang suka bule seperti suamimu,"
Amanda kehilangan kata-kata untuk membalas ucapan para ibu-ibu sok tahu itu, sedangkan Darko, pria itu hanya tersenyum kecil mendengar ucapan para ibu itu meskipun ia tidak mengerti dengan baik bahasa Indonesia yang digunakan, tapi ia yakin para ibu itu sedang memuji kebersamaan mereka berdua.
Amanda segera melepaskan diri dari pelukan Darko dan berjalan menuju bagian daging.
"Kau meninggalkanku," kata Darko tanpa rasa bersalah.
Amanda memutar tubuhnya berdiri memghadap Darko sepenuhnya dan menatap tajam.
"Apa maumu sebenarnya?" tanya Amanda dengan emosi yang tertahan.
"Aku lapar. Aku ingin makan," jawaban Darko terasa ambigu di telinga Amanda dan wanita itu mendengkus kesal.
"Di seberang sana ada kafe. Kau bisa pergi ke sana untuk makan. Menjauhlah dariku," Amanda memberikan arahan pada Darko mengenai kafe yang berada didepan apartemennya.
"Aku tidak ingin masakan orang lain. Aku hanya ingin makan wanitaku," ucap Darko datar.
Amanda tersedak ludahnya sendiri saat akan menjawab ucapan Darko. Darko dengan sigap memberikan sebotol yogurt yang berada didekat mereka. Amanda meneguknya meskipun dengan mata memicing karena rasanya yang cukup asam.
"Makan wanitamu?"
"Ya sudah sana cari wanitamu dan makanlah dia sepuasmu," desis Amanda emosi.
"Cari? Wanitaku sudah berada di depanku, ia sedang memasang wajah kesal dan menahan emosi saat ini," Darko mengucapkannya dengan santai tanpa beban.
Amanda lelah, ia mengibaskan telapak tangannya dan memutar bola matanya kesal. "Whatever! Terserah, lakukan apa maumu,"
Amanda melanjutkan belanjanya memilih buah segar, sayuran, daging dan ikan sesuai keperluannya. Ia membiarkan Darko, pria tampan gagah maskulin itu menenteng seluruh hasil belanjaannya dan berjalan mengekorinya. Percuma saja jika diusir, pria itu tetap akan keras kepala membantahnya.
******
Amanda mendesah pasrah ketika Darko dengan seenaknya masuk ke dalam apartmennya dan itu artinya semua rencananya akan berubah haluan. Kenapa pria aneh ini berkeliaran di sekitaran dirinya.
Darko menaruh kantung belanjaan Amanda di atas meja dapur dan membongkarnya satu persatu. Sebelumnya, Darko membuka ujung kancing kemejanya dan menggulung lengan kemejanya menjadi setengah lengan. Amanda menahan napas ketika melihat pemandangan itu. Seksi dan panas. Ya- panas, udara di sekitar Amanda mendadak panas akibat gerakan slow motion yang dilakukan Darko.
‘Pria sialan! Hanya menggulung lengan kemeja kenapa harus semenggairahkan dan seseksi itu? Otakku benar-benar harus direparasi segera agar tidak terjangkit virus-virus mesum karenanya,’ batin Amanda.
Mereka berdua menyusun semuanya dalam diam, namun, terlihat kompak. Jika orang lain melihatnya tentu akan beranggapan jika mereka adalah sepasang pengantin baru yang begitu serasi.
Amanda bersiap memasang apron, tapi tertahan sebuah lengan penuh otot.
"Hari ini aku akan memanjakanmu. Jadi, kau hanya perlu duduk diam di sana," Darko menuntun Amanda agar duduk manis di kursi depan mini bar yang terdapat dalam satu ruangan di dapurnya.
"Aku peringatkan, jangan sampai air liurmu menetes saat memandangiku memasak,"
Baru saja Amanda akan menjawab sinis ucapan Darko namun, bibirnya terbungkam dengan benda kenyal yang selalu membuatnya ingin lagi, lagi dan lagi. Darko menciumnya singkat lalu membuka semua kemejanya dan melemparkannya ke pangkuan Amanda seraya tersenyum miring.
Amanda hanya diam dan menganga masih mengumpulkan nyawanya akibat ciuman singkat yang begitu mempengaruhi kinerja otaknya itu.
Pria tanpa pakaian yang menutupi sebagian tubuhnya sedang berdiri santai memainkan segala peralatan di dapur. Wanita mana yang tidak tergiur melihat pemandangan super menarik di depan matanya ini. Tubuh proposional, lengan berotot, perut sixpack dan punggung yang sadar-able..
Wajah tampan Darko begitu fokus dengan semua bahan yang kini berada di dalam wajan. Super sialan! Air liur Amanda benar-benar nyaris menetes, betul seperti yang diperingatkan Darko tadi padanya. Ia bukan tergiur pada makanannya namun, pada orang yang memasaknya.
Sesungguhnya, kenapa pria itu diciptakan Tuhan begitu sempurna. Wajah yang tampan, tubuh yang proposional, pekerjaan yang sungguh mapan dan keahlian memasak seperti ini. Satu lagi, pria itu mampu memuaskannya hanya dengan lidah pula.
Dua piring Teriyaki Salmon Bok Choy, Tomato Spinach Shrimp Pasta dan Winter Fruit Salad tersaji di atas meja makan.
Amanda menganga melihat semua masakan yang tersaji di atas mejanya. Semua makanan terlihat begitu menggugah selera. Amanda tidak akan percaya jika semua masakan itu dibuat oleh Darko jika pria itu tidak langsung memasaknya di dapur Amanda.
"Kau harus mencoba semua masakanku," tawar Darko sambil mengelap kedua telapak tangannya dan mempersilakan Amanda untuk duduk di sampingnya.
Amanda sangat tidak sabar untuk mencicipi semua masakan itu.
"Makan yang banyak. Tubuh ringkihmu ini tidak akan terlihat seksi lagi jika kau kekurangan asupan makanan sehat," sindir Darko.
Amanda melirik sinis. "Aku tidak menyangka kau bisa memasak semua ini," mulut Amanda gatal untuk mengatakan hal seperti itu.
Darko tersenyum miring. "Bisa kau lihat bagaimana multitalentanya aku. Bukankah aku masuk dalam jajaran pria yang sempurna, begitu diinginkan dan impikan para wanita di luar sana,"
"Cih! Sayangnya aku bukan salah satu wanita itu," elak Amanda meskipun bibir dan hatinya tidak sejalan.
"Oh ya? Aku jadi merasa begitu bersemangat untuk menaklukanmu," ucap Darko sambil mengiris daging salmon di atas piringnya.
"Silakan bermimpi yang tinggi, Mr. Darko," ketus Amanda.
Wanita itu fokus pada makanan yang ada di atas piringnya, mengunyahnya sambil mengkoreksi rasa pada masakan tersebut. Niat hati ingin mencela Darko namun, apa daya, makanan tersebut begitu nikmat dan enak. Tapi jangan harap Amanda akan memujinya, ia tidak ingin pria itu besar kepala nantinya.
Mereka berdua menikmati makanan dalam diam dan sunyi, hanya suara dentingan sendok garpu yang beradu.
Amanda membereskan bekas makan mereka berdua. Ia merasa makan malamnya hari ini begitu berbeda, sederhana namun, mendebarkan. Ia meninggalkan Darko yang masih duduk setia di meja makan dengan memasang wajah serius sambil menatap ponselnya. Entah apa yang sedang diperhatikan atau dikerjakan pria itu, Amanda tidak ingin tahu dan tidak peduli.
Saat sedang asyik dengan pikirannya dan juga aktivitas mencuci piring, Amanda dikejutkan dengan sepasang lengan kokoh yang melingkar secara tiba-tiba di pinggangnya. Tidak perlu ditanya siapa pelakunya, karena di dalam apartmen itu hanya ada mereka berdua.
Tubuh Amanda seketika menegang, jantung berdegup kencang, aroma maskulin menguar dari tubuh Darko membuat pikiran kotor Amanda timbul begitu saja. Suhu tubuhnya memanas takkala mengingat bagian atas tubuh Darko tidak tertutupi.
"Aku lapar," bisik Darko dengan suara parau.
Tangan Amanda bergetar dengan busa sabun yang masih menghiasi seluruh telapak tangannya. Bibirnya kelu, bulu kuduknya meremang mendengar bisikan ambigu Darko.
"Bukankah kau sudah makan," kata Amanda gugup mencoba tetap mengontrol dirinya.
Darko menggeleng lalu menciumi pundak Amanda lembut. Gelenyar aneh timbul saat perlakuan manis Darko padanya. Wadah lolipopnya di bawah sana berkedut meronta, tapi lebih besar ia ingin dibelai lebih.
"Aku ingin makan malam sebenarnya," bisik Darko lagi.
Sialan! Kenapa bisikan setan yang keluar dari mulut pria tampan di belakang Amanda bahkan terasa seperti bisikan angin surga di telinganya. Dunia Amanda sudah terbolak balik karena pesona Darko.
Pria tampan itu membalikkan tubuh Amanda dan menghimpitnya. Tubuh mereka menempel, jari jemari Amanda yang masih dipenuhi busa sabun berpegangan kuat pada pinggiran wastafel dapurnya.
Tenggorokannya tercekat, suhu badannya memanas dan degup jantung yang berdebar tak menentu. Embusan napas hangat Darko begitu terasa diwajah Amanda. Wanita itu spontan memejamkan mata saat kepala Darko menunduk dan menempelkan bibirnya pada leher putih mulus Amanda.
‘Damn! Nikmat sekali,’batin Amanda.
Bibir Darko mengecup dan menggigit leher Amanda agak kencang sehingga meninggalkan bekas merah seperti lebam di sana. Lidahnya bermain di belakang telinga Amanda yang mana itu adalah salah satu titik sensitif seorang wanita. Desahan dengan kurang ajarnya keluar dari mulut tajam Amanda.
‘Pria bastard, bisakah membuatku mendesah lebih dari ini. Aku bahkan ingin segera melemparkan diri sesegera mungkin, aku sudah lemah!" sisi setan Amanda berbisik.
‘Sialan! Cepat dorong tubuhnya menjauh darimu. Kau bukan jalang, Amanda Altakendra, bodoh!" sisi malaikat Amanda berbisik.
******
komen kuy! Shin butuh komen dari kalian semua
