KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
Di dunia yang lain Ryan sedang membayangkan Rayya istrinya, perempuan yang selalu bisa membangkitkan cinta dan gairahnya, mampu membuat dirinya terpuaskan dengan pelayanannya di ranjang, menjadi artis dikamar pengantin mereka.
Rayya senantiasa memoleskan bedak dan lipstik tipis, tak perlu lama menunggunya berdandan. Rayya tidak pernah memakai foundation, maskara, pemerah pipi atau apalah tambalan–tambalan yang biasanya ada di wajah perempuan.
Disamping wajahnya yang memang terlahir ayu Rayya senantiasa menyambut kedatangan Ryan dengan senyum, sepahit apapun rasa hatinya, menjelaskan semua kekecewaan dengan kalimat yang baik dan bukan rengekan. Dan enam bulan menikah tidak sedikitpun membuat Ryan bosan menatap wajah Rayya nya. Rayya memang diciptakan Tuhan sebagai pribadi yang mempesona. Membuat banyak.mata terpana bahkan tergila-gila.
Pori-porinya meremang membayangkan Rayyanya, nafsukah hubungan mereka bila Ryan juga ikhlas menyandang semua hutang orang tua Rayya sebelum beliau meninggal dunia tanpa pernah mengeluh dan merasa terluka, membayar tunggakan rumah hanya berharap Rayya setia padanya. Sebegitu besarkah ego lelaki pada apa-apa yang di ingininya.
Dan perempuan dalam kondisi apapun harus tetap menjaga hati suaminya. Pikiran Ryan berputar-putar antara Safitri dan Rayya nya.
Dulu … dengan wanita-wanitanya terdahulu, sebelum Rayya, tidak seperti ini rasanya, bantah Ryan pada hatinya. Saat hubungan gelapnya ketahuan dia cukup berpegangan pada Safitri agar dia tidak banyak mengeluarkan penjelasan., lalu memberikan sejumlah uang pada wanita-wanitanya dan kemudian kembali pada rutinitasnya pada rumah tangga yang tanpa rasa.
Ryan jengah, ingin rasanya dia jujur pada Safitri tentang dirinya dan maunya. Harusnya Safitri mengerti kebutuhanku. Sama dengan kebutuhan lelaki pada umumnya. Bertumpu pada pelayanan dan kelembutan menjadi penyertanya.
Gerbang putih dan halaman luas itu menyadarkannya bahwa dirinya telah sampai di istana mereka, istana yang baru tiga tahun terakhir jadi miliknya. Istana yang dia bangun dari kepingan keringat dan air mata juga semangat dari Safitrinya.
Safitri menghambur menuju kamar tidur. Dia tidak ingin lagi menangis, dia mulai berfikir untk berubah, menjadi wanita beda demi mempertahankan suaminya dan semua yang dimilikinya.
" Siapa perempuan itu, Pah ? " tanya Safitri.
Ryan mendesah, dirinya belum sempat beristirahat namun harus dihadapkan dengan pertanyaan ini lagi. Pertanyaan yang terus menerus berulang tanpa henti.
"Belum cukupkah tujuh wanita papah zinahi dan akhirnya ketahuan?Sekarang siapa lagi dia?."bentak Safitri.
Ryan kembali menerawang membayangkan wajah Rayya dengan perut membuncit.
" Dia Istriku.. " jawab Ryan singkat. Diantara keberanian yang timbul tenggelam akhirnya Ryan mengeluarkan jawaban.
Robbana… dunia terasa panas, matahari serasa sejengkal jaraknya dengan kepala. Seperti inikah rasanya mendengar pengakuan bahwa suami telah memiliki istri lagi
?.
Tubuh Safitri menggeletar–geletar disana. Istri! Istri ! Istri !.
Ada istri lain selain dirinya, Safitri tidak pernah menyangka. Selama ini Safitri berfikir Ryan hanya bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana. Hanya menyalurkan hasratnya tanpa pernah berfikir menikahi salah satu dari mereka.
Baru hari ini Safitri merasa teramat hancur.
" Bukankah kamu yang dulu sering bilang, kenapa kamu berzina, Pah ?. " Polos sekali jawaban itu meluncur.
Sekali lagi ditamparnya pipi Ryan suaminya, kali ini berkali-kali Safitri hilang kendali. Diacak-acak nya semua isi dompet, lemari dan meja kerja Ryan, dan Safitri menemukan banyak sekali kenyataan. Kenyataan yang membuat ia begitu geram.
Tatapan Safitri meremang membayangkan "heena" di lengan wanita yang rambutnya diacak-acak olehnya tadi.
'Wanita itu istri suamiku, mereka pernah menikah dibelakang ku, membangun impian yang sama seperti impianku, sebentar lagi bila Tuhan mengijinkan mereka akan punya anak, sedangkan aku hanya sendirian dan tidak akan pernah menang. Ini tidak boleh terjadi. TIDAK BOLEH!
"Aku harus mengakhiri semua ini . Harus. "
Janjinya pada dirinya sendiri
Dan untuk kesekian kalinya Ryan kian merasa bodoh di hadapan Safitrinya.
Ryan anak pertama dari tiga bersaudara, dalam keluarga dia dikenal sebagai laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Lalu apa jadinya bila Safitri membuka mulutnya dan menceritakan semuanya. Sungguh dia kini berada dalam ZONA BERBAHAYA.
Ryan lebih memilih menjelaskan secara perlahan. Berjanji tidak akan meninggalkan Safitri dan tidak akan lagi menemui Rayya. Janji yang sama akan diucapkan semua lelaki pada perempuannya bila dirinya terbukti bersalah. Janji yang dengan terpaksa harus ia buat demi nama baik dan harga dirinya.
Tapi salahkah aku?
Aku menikahi Rayya, SAH! dimata Allah, Menggenapi sisi yang ganjil dalam gairah lelakinya yang kerap kali hadir. Dia membutuhkan keberadaan Rayya dan dia tahu Tuhan tidak akan marah pada lelakunya.
Toh selama ini dia tetap menafkahi Safitri lahir batin.
"Papah….!!" Teriak Safitri dari ruang keluarga membuyarkan perbincangan batin Ryan dengan Tuhan. Malam ini juga Safitri mengajak Ryan untuk mengemasi barang-barangnya di rumah Rayya, juga mengambil mobil atas namanya, padahal sungguh Ryan tidak pernah tega.
Malam ini juga Safitri minta semua harus diselesaikan atau Safitri akan menceritakan semua nya pada mamah, pada teman–teman di kantor dan menyuruh Ryan pergi hanya dengan sehelai baju di badan.
Didepan rumah Rayya, tubuh Ryan bergetar.
Membuka pintu rumah itu dengan air mata berlinang. Ia telah gagal menjadi lelaki.
"Maaf Tuhan aku tidak mampu menjalankan kebenaran dengan berpijak padaMu, karena ketakutanku kehilangan duniaku. ‟
Ryan tahu dirinya bersalah tidak mampu memenangkan kedua istrinya, dan dia kini lebih memilih aman meski membiarkan setengah hatinya tak nyaman.
Rayya masih di Rumah Sakit ketika Ryan mengemasi barang-barangnya di rumah Rayya.
Debu-debu jalanan menempel di seluruh pembatas hati, manakala tanggung jawab yang mestinya di emban ditiadakan.
Kabur,
Menatap kebenaran juga kesalahan, berlindung dibalik jubah harga diri dan nama baik adalah hal yang sangat memuakkan.
Andai hidup boleh berandai-andai…semua wanita akan berandai-andai memiliki suami yang baik, anak-anak yang baik dan rumah tangga yang juga baik.
Pun, lelaki akan berandai-andai memiliki istri yang baik, cantik, menarik, hampir sama dengan syarat menjadi sales promotion girl mengenai ukuran wajah, sekelas itulah… Kemudian bila sudah demikian para lelaki akan berkata siap melindungi, siap menafkahi, siap mengayomi, siap membahagiakan juga akan siap mencukupi.
Bila batasan kesiapan hanya pada standard yang dimiliki manusia, maka dimana letak cinta?
Bukankah dalam banyak karya dikatakan, cinta adalah kesiapan melengkapi, melihat kekurangan sebagai bagian dari kekuatan itu sendiri dan menerima semua kelebihan dengan rasa syukur yang tak berbatas.
Inilah… indah di wajah yang lain belum tentu menjadi indah di wajah kita, demikian pula sebaliknya, mimpi kita bisa jadi berbenturan dengan mimpi di jiwa yang lain. Karena hidup senantiasa punya banyak warna. Dan mari kita berperang doa di langit agar Tuhan berkenan menjadikan keindahan itu adalah keindahan kita.
Ryan telah jujur pada Safitri tentang Rayya juga kehamilannya. Ryan tahu itu membuat Safitri sakit namun apa boleh buat. Safitri yang meminta Ryan melakukannya. Mungkin akan lebih baik jujur begini, setidaknya Ryan terbebas dari kemungkinan berbohong terus menerus. Safitri harus tahu kenyataan yang sebenarnya. Termasuk juga tentang kehamilan Rayya.
