API YANG MEMBAKAR
Bu Lasmi marah, mukanya merah padam. Ia tidak bisa lupa apa yang diucapkan oleh wanita yang mengaku bernama Rayya tadi. Ia ingin secepatnya bertemu suami dan anak-anaknya, secepat kilat Bu Lasmi menghubungi Pak Ridwan juga Ahya dan Midya.
Bu Lasmi meminta mereka pulang saat ini juga karena ada hal penting yang harus dibicarakan.
Mereka pun pulang, tubuh Midya lemas karena hari ini ada rapat senat dan ia harus pulang. Alhasil semua yang sudah dirancang akan hancur berantakan.
Tidak ada yang berani melanggar titah Bu Lasmi. Di rumah itu Bu Lasmi adalah pemilik keputusan tertinggi.
Sore hari semua sudah berada di rumah, mereka duduk di ruang makan dengan meja oval tersebut.
"Sekarang papah bilang dengan siapa papah sudah menikah lagi!!" Tanpa basa-basi Bu Lasmi bicara dengan intonasi yang sangat keras.
"Maksud mamah apa?"
"Papah tidak usah mengelak, mama sudah tahu, semua buktinya. Semua sudah ada di tangan mamah."
"Bukti apa ?, papah tidak mengerti." Pak Ridwan mencoba menghindar.
"Perempuan itu Rayya kan?, punya satu anak dan dia hamil dengan teman ayah di partai, iya kannnnn" Bu Lasmi berteriak kencang dan keras. Suaranya memekakkan telinga. Bu Lasmi terisak, tubuhnya terguncang. Ahya dan Midya bingung, sama sekali tidak menyangka dan nyaris tidak percaya kalau papahnya, lelaki terbaik dalam hidup mereka ternyata berselingkuh bahkan sampai m e n i k a h.
Sakit sekali mendengar itu. Mereka seperti kehilangan pegangan, terlebih Midya, Midya sangat mencintai papah, bahkan Midya berjanji akan mencari suami yang seperti papah.
Tapi hari ini mamah bicara bahwa papah memiliki istri selain mamah, bahwa ternyata papah tidak setia. Hati Midya bergolak.
"Papah, papah bilang dong, Pah. Papah bilang yang sebenarnya. Berita itu bohong kan, Pa"
Pak Ridwan menunduk, di satu sisi dia bingung dari mana Lasmi mengetahui semuanya tapi di sisi lain ia juga sedih telah melukai keluarganya. Pak Ridwan masih diam. Pak Ridwan mulai merasa bahwa ia akan kehilangan kepercayaan dan rasa kagum dari anak-anaknya.
Bila Pak Ridwan melanjutkan kebohongan dan terbukti bohong maka keluarganya akan semakin benci.
Hening tidak ada yang berani bicara hanya Bu Lasmi yang terisak-isak.
"Pah, tolong papah bilang."
Belum usai Midya bicara, sebuah piring melayang kemudian terbentur lantai "prankkk" suaranya mengejutkan.
"Mah."
"Apa, papah mau ngomong apa ?"
"Ayo, papah ngomong."
"Setidaknya aku bukan pezina, aku menikahi dia sah di mata Tuhan."
"Terus papah pikir ini benar, hahhh!!!"
"Ya, aku benar secara agama."
"Kamu pernah mikir bagaimana perasaanku, bajingannnnn"
"Aku yang jadi istri mu dua puluh satu tahun, Pah. Sekarang kamu bawa nama wanita itu dan Tuhan di depan ku .."
Rumah jadi riuh, Pak Ridwan dan Bu Lasmi beradu kata. Tidak ada yang mau mengalah. Midya dan Ahya menutup telinganya.
"Cukup !. Cukup !."
Ahya berteriak sambil mengobrak-abrik makanan di meja. Seketika ruangan itu jadi teramat kotor.
"Tolonglah, kita bicara baik-baik. Kita selesaikan yang baik, tidak dengan cara seperti ini, tidak begini, tidak dengan cara buruk ini. Aku mohonn." Ahya menangis, menghiba, ia sedih melihat orang tuanya. Ahya ingin melindungi papanya tetapi ia juga kasihan melihat mamanya.
"Papah mohon maaf."
Ucap Pak Ridwan pelan.
"Mamah minta, ceraikan pelakor itu !"
"Ma, tidak bisa begitu dong, Ma. Setidaknya papah harus bicara baik-baik dengan Rayya, papah harus bicara."
"Tidak !, Tidak !. Mamah mau papah ceraikan Rayya sekarang!"
Hening lagi. Tidak ada suara lagi.
Bu Lasmi istri Pak Ridwan bangkit, menarik ponsel milik Pak Ridwan lalu mencari kontak Rayya di dalam daftar kontak namun nihil.
"Diberi nama apa gundikmu di sini."
"Ayolah mah, beri papah waktu menyelesaikan semuanya baik-baik. Papah pasti menceraikannya. Papah janji, Ma." Pak Ridwan memohon dengan lemah. Dalam bayangan Pak Ridwan terbersit wajah Rayya, wanita yang sangat dicintainya itu, bagaimana kondisi kejiwaannya bila mendapat talak dari sebaris kalimat via whats app saja, hatinya pasti terluka. Pak Ridwan sangat sayang pada Rayya.
Tanpa Pak Ridwan tahu bahwa Rayya lah penyebab semua kekisruhan yang terjadi di rumahnya saat ini, semuanya karena kelakuan Rayya, Rayyalah orangnya.
Mendengar caci maki dari Bu Lasmi yang tidak berhenti, Pak Ridwan makin tidak tahan, ia tarik ponselnya, Bu Lasmi marah, anak-anak bengong.
"Kamu diam dulu, aku yang akan ketik kalimat talaknya!"
Bu Lasmi dan anak-anak menunggu kalimat talak itu dituliskan untuk Rayya.
"Hari ini aku Muhammad Ridwan mentalak satu dirimu Rayya Prameswari, hal-hal yang menjadi tanggung jawab selama masa iddah akan aku laksanakan sesuai dengan kemampuanku."
Tulis Pak Ridwan lalu melemparkan ponsel tersebut ke dada Bu Lasmi kemudian pergi.
Bu Lasmi meraih ponsel itu lalu membaca kalimat talak yang Pak Ridwan tuliskan.
Bu Lasmi bukannya sedih tetapi malah tertawa menghina,
"kasihannnnn tidak jadi punya istri muda...."
Pak Ridwan duduk sendiri di ruang tamu rumah megah itu, ia mencoba memejamkan mata, tetapi yang didapat justru bayangan wajah Rayya. Wanita cantik itu telah merebut hati Pak Ridwan dengan perlakuan lembutnya, sungguh hati Pak Ridwan merana dipaksa harus berpisah dengan Rayya.
