Dia Ingin Mencelakaiku
"Dek, kamu nggak ke kantor hari ini?" tanya Mas Chandra saat kami tengah sarapan pagi.
Aku hanya menggeleng sambil terus melanjutkan makan. Jujur sebenarnya aku sudah muak bertemu dan berbincang dengan Ma Chandra, tapi ini tetap harus kulakukan hingga tujuan utama ku tercapai. Kuatkan selalu hatiku ya Allah, agar aku tak terlihat lemah. Untuk terus bersikap manis, itu sangat sulit kulakukan, hingga terkadang emosiku pun sedikit meluap.
"Kirain kamu bakal ke kantor, Dek, mau kuajak barengan sekalian. Biar nggak capek-capek nyetir."
Aku tahu sebenarnya kamu bertanya bukan untuk mengajakku berangkat bersama, tapi untuk memastikan bahwa aku tak membikin masalah di kantor lagi. Menurutku, tak perlu aku bolak-balik ke kantor, capek. Toh aku punya banyak mata-mata disana, dan semua divisi-pun tiap hari akan mengirim laporannya padaku. Kerja cerdas sajalah. Hari ini banyak sekali rencana diluar rumah yang harus kulakukan.
"Nggak ah, besok saja Mas. Hari ini aku pingin istirahat saja deh," ucapku.
"Jadi hari ini kamu nggak ingin ke kantor atau kemana gitu?" Mas Chandra memastikan sambil menatapku.
"Iya, Mas. Lagian aku hari ini nggak mau diganggu, aku mau nonton drama korea marathon! Emangnya ada apa sih kok kamu dari tadi nanya gitu mulu sih, Mas?" tanyaku mulai sedikit jengkel.
"Sebenarnya sih, aku hari ini mau pinjam mobil kamu, Dek," ucapnya sambil nyengir.
"Lha emangnya mobil kamu kemana, Mas?"
"Mobilku agak rewel dari semalam. Tadi pagi saat aku coba nyalain, eh nggak nyala juga. Mau ke bengkel dulu, tapi pagi ini aku harus cepat berada di kantor. Ada klien penting yang harus kutemui pagi ini."
Aku mencium aroma kecurangan di sini.
"Kamu pakai mobilnya papa saja deh, Mas. Tau kan kalau aku paling nggak suka, mobil pribadiku dipinjam sama orang lain."
"Tapi tadi kulihat mobilnya papa dua ban belakangnya kempes, saat kucoba memompa untuk tambah angin, eh habis lagi. Pasti kedua ban itu bocor, soalnya kan udah lama sekali nggak dipakai."
Perasaan tadi malam waktu aku memasukkan mobil, mobil papa ban belakangnya nggak kempes kok. Karena aku memarkirkan mobilku dibelakang mobilnya papa tersebut.
"Kok bisa tiba-tiba ban mobilnya papa kempes sih, Mas. Tadi malam baik-baik saja kok. Coba deh minta Mas Sigit panggilin tukang tambal ban."
"Aduh aku nggak tahu lah, Dek. Coba deh lihat sendiri ke garasi kalai kamu nggak percaya. Kalau nunggu nambal ban ya aku kesiangan lah, Dek. Pinjam mobilmu ya, satu hari ini saja ya. Nanti pulang ku isi full deh bensinya."
Aku tak menjawab apapun ucapan Mas Chandra tadi. Tapi aku langsung berlalu keluar menuju garasi, memastikan mobil papa. Mas Chandra pun mengikutiku di belakang.
Ternyata memang benar, dua ban belakang mobil milik papa, kempes pes. Pasti ada yang sengaja melakukan ini. Jangan-jangan malah Mas Chandra sendiri lah yang melakukannya.
"Pak Sigit tolong panggil tukang tambal ban kemari ya. Tuh lihat mobil papa ban belakangnya kempes semua." kataku pada satpam yang mengikuti kami ke garasi.
"Loh kok bisa sih Non. Pasti ada yang ngempesin ini," ucap Mas Sigit sambil memencet ban tersebut.
"Kamu ini Git, banyak omong. Kalau diperintah itu ya langsung berangkat, nggak usah banyak ngomong. Cepat sana panggil tukang tambal bannya!" Mas Chandra tiba-tiba nyolot.
Mas Sigit pun langsung berangkat setelah mendengarkan omelan dari suamiku itu.
"Aku jadi boleh pinjam mobil kamu 'kan, Dek?" tanya Mas Chandra padaku dengan wajah sok manisnya.
"Iya deh, pakai saja. Tapi cukup hari ini. Jangan lupa isi bensinnya full ya. Nggak pakai lecet! Dan jangan sampai setelah kamu pakai, ada celana dalam bekas pakai dalam mobilku!" kataku sambil bersedekap.
"Siap, Bos!" ujarnya sambil memberi hormat, "jangan ungkit-ungkit lagi masalah celana dalam itu dong Dek, malu aku tuh, he-he."
"Kalau nggak mau dipermalukan, ya jangan macam-macamlah! Gitu saja kok repot!" gerutuku.
"Iya-iya Dek. Eh iya kamu kok sekarang penampilannya beda ya, agak fresh gitu."
"Bisa saja kamu, ya mungkin karena potongan rambutku saja yang baru Mas. Aku ambil kunci mobil ke kamar dulu, ya. Mau sekalian aku ambilin tas kerja kamu nggak?" tanyaku yang dijawab dengan anggukan oleh Mas Chandra.
Aku pun segera masuk ke dalam kamar. Kamu kira aku nggak tahu ya Mas, akal bulusmu ini. Kamu pasti sengaja membuat mobilmu dan mobil papa tak bisa dipakai pagi ini, agar kamu bisa memakai mobilku. Untung saja aku masih punya persediaan kamera imut itu, tadinya ingin ku letakkan di rumahnya si Raisa. Lebih baik kamera ini kuletakkan saja di mobilku dulu. Karena aku rasa Mas Chandra punya niat buruk padaku.
"Bentar ya, aku mau ambil bajuku ada yang ketinggalan di dalam mobil," kataku sambil masuk mobil untuk meletakkan secara tersembunyi kamera imut ini.
Pintar juga rencanamu, Mas. Kalau tidak dengan cara ini, tentu kamu tak akan pernah bisa masuk ke dalam mobilku. Namun sayangnya semua itu bisa dengan mudah kutebak.
"Nih kuncinya, Mas. Mana kunci mobilmu? Biar nanti kupanggil juga tukang servis kesini, jadi waktu kamu pulang mobilnya sudah siap."
"Kunci mobilku biar tak bawa saja, Dek. Nanti aku akan mampir ke bengkel langgananku dan menyuruhnya kemari. Aku kalau servis mobil nggak dilanggananku itu kurang sreg rasanya."
Pintarrr sekali suamiku ini membuat alasan. Tak apalah sesuka hatimu, toh semua juga sudah kupasangi dengan kamera pengintai. Semua kecurangn yang akan kamu lakukan nantinya juga akan ku ketahui.
Setelah kepergiannya tukang tambal yang dipanggil Sigit pun sudah datang dan mulai mengerjakan mobil papaku.
"Ada lubangnya ya, Pak?" tanyaku pada tukang tambal itu.
"Yang sisi kiri ini ada tiga lubang, Bu. Sepertinya ini bekas paku yang agak besar," jawabnya.
Hemmm pasti ini kerjaan suamiku yang menyebalkan itu, dia menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Jadi jangan salahkan jika nanti aku akan memakai berbagai cara juga untuk membalas semua perbuatanmu. Dan mungkin saja pembalasanku nanti akan lebih kejam.
Mungkin dia pikir juga bila tak ada mobil, aku tak akan bisa kemana-mana? Karena memang Mas Chandra tak tahu kalau aku bisa naik motor. Hari ini aku akan tetap menemui Raisa, meski harus memakai motor. Bisa saja sih aku pakai mobilnya papa, tapi kurasa itu tidak efektif. Bisa ketahuan juga kalau tiba-tiba Mas Chandra datang kerumah si Raisa.
Langsung kunyalakan laptop di dalam kamar, tujuan utamaku kali ini tentunya kamera yang baru saja terpasang di mobilku itu. Tampak Mas Chandra mengemudi seperti biasa, kemudian terdengar banyak ucapan darinya.
"Ternyata berhasil juga rencanaku pagi ini. Si Dita bisa juga ku kibuli dengan rencana yang simple seperti itu. Kukira tadinya dia akan marah dan langsung tahu jika akulah yang ngempesin ban mobil papa. Eh malah dia berikan kunci mobil ini padaku. Akan ku pastikan dia besok mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil ini, karena nanti remnya akan kurusak. Tamat sudah riwayatmu istriku yang lugu dan sok pintar!! Hahaha."
Astaghfirullahaladzim. Begitu teganya kamu ingin mencelakakanku, Mas? Sungguh aku tak pernah menyangka kamu akan tega berbuat sepert itu.
"Setelah dia mati akulah yang akan menguasai semua hartanya. Atau paling tidak, jika keberuntungan masih berpihak kepadanya, dia pasti akan lumpuh dan tak bisa apa-apa lagi, dan tak bisa lagi menghalangi jalanku." Terdengar tawa keras dari laki-laki jahat itu.
"Kalau saja dia mau bersikap baik dan nggak sok pintar dihadapnku, tentu aku pun tak akan setega ini kepadanya. Sikap angkuhnya jugalah yang membuatku tak sabar menunggu kematiannya datang secara alami. Tenanglah istriku sayang, sebentar lagi kamu akan segera menyusul papamu ke surga!"
Semakin kesini kamu semakin nekat saja, Mas. Aku juga jadi takut, sepertinya aku memang harus menyewa beberapa bodyguard pribadi yang setiap saat mengawasiku dari jauh. Dan aku akan belajar ilmu beladiri untuk menjaga diriku sendiri. Begini lah sifat manusia yang matanya sudah dibutakan oleh iblis, tak bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
[Mbak Dita, jadi kesini 'kan?]
Chat dari Raisa itu masuk ke ponselku. Aku harus tetap kesana, urusan mobil dan remnya urusan nanti. Sudah terpikirkan cara untuk mengantisipasi semua. Lakukan apa yang kamu mau sekarang Mas, kalau bisa lakukan se ekstrem mungkin. Agar nanti aku bisa dengan mudah menjebloskan mu ke dalam penjara.
[Pasti dong, Mbak. Nanti aku pakai motor ya. Soalnya mobilku lagi kehabisan bensin, hehehe.]
Jika pagi ini kamu merencanakan hal jahat untukku, Mas. Jangan salah aku pun telah mempersiapkan amunisi untuk menyerangmu nanti.
****** ******
*baca juga cerbungku SUAMI ADIKKU, MANTANKU di dalamnya juga ada pembalasan istri yang tersakiti.
*terima kasih sudah membaca. Semoga kita semua sehat selalu.
