Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bekerja Sama Dengan Cakra.

Setelah pertemuan Adhisti dengan mrs. Veny kemarin, saat ini ia ditawari manajernya untuk mengambil tawaran menjadi model iklan sebuah produk di perusahaan ternama di Osaka.

Adhisti kini sedang berada di sebuah kantor bersama dengan manajer dan asisten pribadinya. Mereka sedang menunggu client yang akan bekerja sama dengannya.

Hampir dua puluh menit mereka menunggu, tak lama kemudian orang yang mereka tunggu pun kini sudah datang. Adhisti menata baju yang ia kenakan karena ia harus tetap terlihat cantik dan elegan di depan client.

"Permisi bu tiara, maaf kali telat!" Ujar lelaki sedikit tua yang kini menjabat tangan bu Tiara, manajer Adhisti.

"Tidak masalah pak! Silahkan duduk." Ujar bu Tiara ramah.

Client bernama pak mark, pun duduk. Setelah itu mulailah mereka membicarakan kerja sama dan sekedar pengenalan produk sebagai bentuk pengetahuan Adhisti karena, ia yang akan menjadi modelnya, mana mungkin ia tidak tahu tentang produk yang akan ia promosikan.

Tak lama kemudian seorang lelaki berpostur tinggi datang, semua yang ada di sana seketika menghentikan pembicaraannya dan mengalihkan pandangannya kepada lelaki tersebut.

"Permisi, maaf saya telat!" Ujar lelaki tersebut berwibawa.

"Perkenalkan beliau CEO dari perusahaan yang menawarkan kerja sama ini, maaf sebelumnya saya tidak mengatakan kepada bu Tiara bahwa beliau ikut." Ujar pak Mark kepada bu Tiara.

Bu Tiara dan Selena pun tersenyum hangat kepada Lelaki yang disebut dengan CEO tersebut. Namun tidak dengan Adhisti. Ia menatap lelaki yang ada di depannya ini dengan ekspresi terkejut.

Namun beberapa detik kemudian suasana menjadi biasa lagi, Adhisti mencoba menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak sangat kencang setelah melihat seseorang yang ada di depannya ini. Ia mencoba untuk profesional di depan orang lain.

"Bagaimana Adhisti, kamu tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan kami?" Tanya pak Mark kepada Adhisti.

Belum sempat Adhisti menjawabnya, suara barinton itu sudah terlebih dahulu menyahut. "Tetapi kalau anda tidak mau juga tidak masalah nona, semua keputusan ada di tangan anda, jadi saya berharap bahwa anda memikirkannya secara matang!" Ujar lelaki itu dengan gaya coolnya.

Adhisti menatap lelaki itu dengan tatapan galaknya. Ucapannya selalu menusuk hatinya, bahkan disaat seperti ini pun ia masih bergaya sombong. Lelaki yang ada di depannya ini selalu menilai sesuatu dengan uang, hal itu membuat Adhisti semakin penasaran dengan uang yang dimiliki lelaki ini.

'Bergaya sekali dia, berapa sih uangnya?' Batin Adhisti dalam hati.

Tak lama kemudian sebuah bayangan kejadian kemarin pada saat di hotel kembali berputar di kepalanya. Kedua tangan Adhisti mengepal secara tiba-tiba, matanya melotot memandang tajam kearah lelaki yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan santai, dan tetap menjaga kewibawaanya.

'Awas aja kamu, aku akan balas semua perbuatan kamu terhadapku malam lalu. Dengan seenaknya kamu mempermainkan wanita begitu saja.' Batin Adhisti dalam hati, sambil menatap lelaki itu dengan tatapan peemusuhan.

Tak lama kemudian sebuah suara membuyarkan monolognya. "Bagaimana nona Adhisti yang terhormat?" Tanya lelaki itu kepada Adhisti.

"Baik saya akan terima tawaran anda!" Ujarnya sambil tersenyum miring.

Pak Mark dan bu Tiara pun ikut tersenyum mendengar jawaban dari Adhisti. Bagaimana pun juga kerja sama ini akan sangat menguntungkan untuk semuanya, terutama untuk bu Tiara. Tidak perlu menunggu waktu lama lagi, pak Mark pun mengeluarkan satu lembar kertas yang berisi tentang undang-undang dan kalimat perjanjian kontrak yang harus Adhisti setujui.

"Mohon dibaca terlebih dahulu nona," ujarnya sambil menyodorkan kertas dan bolpoint tersebut.

Adhisti menerima surat tersebut, kemudian ia membacanya sekilas. Setelah itu ia pun mulai menggerakkan jari jemarinya untuk menandatangani surat perjanjian itu di atas materai.

"Saya sudah menandatanganinya," ujar Adhisti sambil menyerahkan kertas itu lagi kepada pak Mark.

"Baik bu Tiara, nona Adhisti kita deal bekerja sama ya! Untuk langkah selanjutnya nona bisa bertanya kepada pak Cakra selaku CEO." Ujar pak Mark sambil menunjuk lelaki yang ada di sampingnya.

Adhisti menganggukkan kepalanya sambil berbicara dalam hati.

'Ternyata Cakra namanya.' Batinnya.

Setelah itu mereka pun berpamitan untuk segera kembali ke kantornya, karena metting hari ini sudah clear. Namun sebelum itu, lelaki itu membalikkan badannya sambil menatap Adhisti.

"Kamu bisa ikut saya sebentar?" Tanyanya sambil menunjuk Adhisti, tanpa menyebut namanya.

Adhisti menunjuk tubuhnya sambil mengernyitkan dahinya.

Setelah itu lelaki itu mengangguk. Beberap detik kemudian lelaki itu berjalan, dan Adhisti pun mengikutinya dari belakang. Hingga mereka sampai di depan kantor, dan langkah lelaki itupun terhenti.

"Bapak mau bicara apa?" Tanya Adhisti to the point saat lelaki itu membalikkan badannya menghadapnya.

Lelaki itu menyodorkan tangannya. "Ekhemm... perkenalkan nama saya Cakra. Mulai sekarang kamu bisa panggil saya dengan nama, jangan bapak!"

Adhisti menatap sekilas tangan tersebut kemudian ia menjabat tangan lelaki yang bernama Cakra itu. "Adhisti."

"Iya saya sudah tahu."

"Hah?"

"Biasa aja kali,"

Adhisti menormalkan kembali ekspresi terkejutnya. Kemudian ia mulai penasaran dengan tujuan Cakra mengajaknya kemari. "Sebenarnya anda mengajak saya kesini untuk apa?"

"Saya hanya akan memberitahukan jadwal pemotretan kamu dimulai besok. Dan saya minta kamu datang satu jam sebelum pemotretan, tidak ada kata terlambat." Ujarnya tegas.

"Ada lagi?"

"Mulai besok kamu akan tinggal di apartement milik saya, karena saya tidak mau kalau kamu telat."

Mata Adhisti membola, peraturan macam apa ini. Dengan segera Adhisti menggelengkan kepala cepat. "Enggak, saya tidak mau menginap di apartement anda!"

Cakra berdecih pelan. "Bisa nggak sih bicaranya aku kamu aja, risih tau nggak!" Ujarnya kesal.

Sontak Adhisti terkikik pelan mendengar lelaki yang ada di depannya ini kesal. Wajahnya sangat lucu dan menggemaskan. Terlihat sangat baby face, Adhisti menebak usia lelaki ini adalah berkisar 20 tahunan.

"Ada yang lucu?" Tanyanya dingin.

Dengan segera Adhisti menghentikan tawanya. "Oke saya ulang. Eh, maksutnya aku. Aku tidak mau menginap di apartemen kamu, karena saya punya apartemen sendiri."

Cakra menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada penolakan Adhisti, aku ini atasan kamu, jadi kamu harus menuruti semua permintaan aku."

"Lagian ini tidak akan lama," ujarnya lagi.

Adhisti mengernyitkan dahinya sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Berapa lama?"

"Sampai kontrak kita selesai."

Adhisti mengangguk. Tidak akan lama, kontrak yang ia tanda tangani tidak sampai bertahun-tahun. Lagian ada sebuah misi yang harus ia selesaikan, jika ia tinggal di apartemen Cakra, akan sangat mudah baginya untuk balas dendam kepada Cakra.

"Oke deal! Mulai besok ya?"

"Kalau mau sekarang juga ayok!" Ajaknya sambil menunjuk mobilnya.

Namun dengan segera Adhisti menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia belum mempersiapkan strategi untuk balas dendam, jika ia sudah kesana dulu, ia pasti tidak akan bisa berfikir menemukan ide untuk balas dendam dengan Cakra.

"besok aja,"

"Awas aja kalau sampai telat! akan ku pastikan-"

"Pastikan apa?" Tanya Adhisti memotong ucapan Cakra.

Kemudian wajah Cakra berubah menjadi mengerikan. Sudut bibirnya ketarik keatas memberikan senyuman miring kepada Adhisti. "Akan ku pastikan kalau kamu tidak akan bisa jalan di pagi hari!" Ujarnya sambil tersenyim devil.

Adhisti mendadak ngeri mendengar ucapan Cakra. Lelaki di depannya ini memang sangat gila wanita, semua yang ada di pikirannya hanyalah wanita, ranjang, dan wanita lagi. "Dasar pria mesum."

"Inget kamu tuh masih dibawah umur, ngapain sih mikirnya cuma wanita, wanita, wanita, ranjang, wanita. Lagian emangnya wanita satu nggak cukup puas? Sampai-sampai sewa wanita dua segala!" Dumel Adhisti tidak sadar dengan ucapannya.

Sontak hal tersebut membuat Cakra mengernyitkan dahinya, menatap Adhisti curiga. "Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku sewa dua wanita? kamu cari tahu tentang saya?"

Adhisti membelalakan matanya sambil menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Ia tidak sadar dengan ucapannya.

"Oh atau kamu buntut i saya? hayo ngaku nggak?"

Adhisti menggelengkan kepalanya. "Ye, siapa juga yang buntut i kamu, percaya diri sekali, aku tuh cuma ngarang! Berodong kayak kamu ini pasti pikiranya cuma wanita." ujarnya bohong.

Sementara Cakra menatap Adhisti dengan tatapan tidak sukanya. "Hanya ada satu wanita yang bisa memuaskan aku, yaitu kamu!" ujarnya setelah itu ia berjalan kearah mobilnya.

Sementara Adhisti mematung di tempat mendengar ucapan Cakra.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel