Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 6 kabur

Xia berjalan memasuki rumahnya yang tampak masih sepi. Xia bernafas lega.

"Sepertinya mama belum kembali. Syukurlah."gumam Xia pelan.

Xia mengendap-endap memasuki rumah dan langsung menuju kamarnya. Xia mengemasi barang-barangnya.

Memasukkan bajunya ke dalam koper. Setelah semua terkemas. Xia bersiap keluar dari kamarnya dilantai 2. Perlahan Xia menggeret kopernya yang memang tidak terlalu berat dan kecil itu.

Xia menuruni tangga, belum sampai setengah tangga terlewati, terdengar suara mesin mobil. Xia menghentikan langkahnya. Jantung Xia berdegup kencang. Habislah jika itu benar ibu tirinya. Tak lama terdengar suara pintu depan dibuka.

"Sialan! Mama Silvia!"gumamnya pelan dengan kekesalan. Xia bergegas naik kembali ke kamarnya. Xia mengunci pintu kamarnya. Xia berfikir keras, Sudah pasti dia tak akan bisa keluar mengingat perangai Silvia dan kejadian malam terakhir diantara mereka.

"Pertama sembunyikan dulu kopernya."gumam Xia menyembunyikan koper dikolong tempat tidurnya. Lalu Xia keluar dari kamarnya karena mendengar Silvia meneriakkan namanya.

"Xia!"

"Xia!"Silvia menaiki tangga kelantai dua.

Suara Silvia begitu kuat hingga sampai ke lantai dua. Xia baru saja menutup pintu kamarnya. Sudah mendapati Silvia diujung tangga atas.

"Kau!"

"Dasar anak tidak tau balas budi!"tukas Silvia melangkah kan kaki mendekat.

"Kau sudah membuat malu keluarga Tan."

Xia bersiap untuk segala kemungkinan yang terjadi. Benar saja, Silvia langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi hendak menampar Xia, namun Xia sigap menahan tangan ibu tirinya itu.

"Dasar anak tak tau terima kasih. Kami sudah merawat mu sampai sekarang. Apa ini balasan mu?" Sentak Silvia menarik tangannya.

"Aku tak pernah meminta dirawat kalian. Kalau sejak awal tidak suka kenapa tak melemparkan ku ke panti?" balas Xia menatap balik Silvia.

Silvia tertawa kesal.

"Jika aku tau kau akan begitu tak tau diri seperti sekarang, sudah pasti ku lempar kau ke jalanan."

"Lemparkan saja."tantang Xia.

"Tentu saja! Aku akan lemparkan kau pada direktur Morgan. Ini karena aku sudah cukup baik pada mu, setidaknya dia bisa memberimu cukup makan dari pada di jalanan. Berterima kasihlah"

"Dia bahkan sudah memiliki istri dan anak. Apa mama sama sekali nggak punya perasaan?"

"Kupikir mereka tidak masalah."

"Huuuuhhh... Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang jadi selingkuhannya?"ucap Xia menatap Silvia dari atas kebawah dengan pandangan merendahkan ."Kau lebih. cocok dengan nya dari segi apapun. Kurasa papa pun juga tidak keberatan. Jika untuk memperluas bisnis."

"Kurang Ajar!" Silvia melayangkan tamparan di pipi Xia. Hingga wajah gadis itu terhempas kesamping.

"Ingat-ingatlah ini akan jadi tamparan mu yang terakhir nyonya Silvia Tan!" tegas Xia menatap Silvia nyalang.

Xia berbalik dan masuk kedalam kamarnya.

BLAAMM!(suara pintu ditutup)

"Anak. haram tidak tau diri!"teriak Silvia dari luar kamar Xia.

"Tiga hari lagi kau harus menemui Direktur Morgan! Jangan kabur! Kau akan tau akibatnya."

Xia terdiam menahan amarahnya di dalam kamar. Xia memejamkan matanya mengatur emosinya, setitik kristal bening meluncur dari bola matanya yang indah.

"Xia! Tidak ada waktu untuk menangis! Pikirkan cara kabur dari sini." gumam Xia pelan menghapus air matanya.

Xia melihat keluar jendela kamarnya. Kamar Xia berada di lantai dua, disisi sebelah samping bangunan megah itu. Xia melongok kebawah. di ukurnya kira-kira ketinggian sampai ketanah.

Xia mencari tali di dalam kamarnya. Begitu mendapatkannya, Xia mengaitkannya pada pegangan koper. Lalu mulai menurunkannya perlahan dari jendela. Sesekali Xia menoleh kearah pintu, berharap Silvia tak menerobos masuk. Xia juga menyisir pandangan keluar area.

"Semoga tak ada yang. curiga dengan apa yang aku lakukan ini."gumam Xia.

Badan Koper mendarat sempurna di tanah halaman samping. Dengan bergegas Xia menarik tali yang terkait itu hingga terlepas.

"Baiklah, selanjutnya pikirkan bagaimana cara keluar dari sini. Tak mungkin juga aku terjun dari jendela kan?"

Xia tercenung. Xia melongok lagi keluar jendela, lalu mulai menaiki jendela hendak melipir dan turun kebawah melalui pralon dan tumbuhan rambat di sisi tembok. Namun terdengar suara handel pintu dibuka. Xia urung lakukan, bergegas Xia duduk di ranjang pura-pura memainkan gawai nya.

Benar saja. Silvia muncul di balik pintu.

"Cepat keluar!" perintahnya dengan nada ketus.."Adikmu dan ipar mu sudah sampai dibawah. kau harus ikut menyambutnya. mereka terpaksa kembali karena kau tiba-tiba menghilang."

"Tidak.Jika mereka ada perlu denganku mereka bisa datang ke kamarku."tolak Xia melengos.

"Jangan membantah. Atau kau mau aku mempercepat pertemuan mu dengan direktur Morgan?" ancam Silvia menaikkan nada satu oktaf.

"Ceeehhhkkkk.." Xia memalingkan wajahnya.

Tak berapa lama Xia turun juga. Di ruang utama Xenia dan Darren sudah duduk bersisian. Tentu saja hati Xia sakit. Bagaimana tidak, pria yang selama tiga tahun itu menjadi kekasihnya kini justru berakhir menjadi iparnya. Namun Xia tak boleh terlihat lemah dan menangis, itu akan membuat mereka senang.

"Apakah tak ada yang ingin kau katakan Xia?"tanya Silvia penuh penekanan begitu Xia menapakkan kakinya di ruang utama.

"Apa piknik nya tidak menyenangkan? Kalian kembali begitu cepat."Xia tersenyum sinis.

"Kami terpaksa kembali karena Darren khawatir kaka tiba-tiba menghilang." tukas Xenia berusaha tampak senang.

"Bukankah ada hal lain yang musti kamu sampaikan Xia." ketus Silvia dengan senyum terpaksa.

"Apa yang harus aku katakan?"Xia bertanya balik, Silvia selalu saja punya cara untuk membuat dia disudutkan dan mencoba mempermalukan.

"Huuuuhh, kau bahkan kabur dari acara pernikahan adikmu,"

"Maaf kak jika kamu masih belum bisa menerimanya, tapi mau bagaimana lagi, Darren lebih memilihku."ucap Xenia yang berlagak merasa bersalah itu, dengan mata sayu.

Xia tersenyum geli.

Dia memang pandai berakting. Harusnya dia membintangi film saja. batin Xia

"Benar Xia, walau bagaimanapun Darren adalah adik ipar mu sekarang. Harusnya kau meminta maaf karena tidak mengikuti rangkaian acara sampai selesai."Silvia berlagak menjadi mama yang baik. Ada Darren di sana.

"Aaa, benar! harusnya kalian juga meminta maaf padaku untuk penyebab kepergian ku itu." tukas Xia dengan senyum terpaksa.

"Apa maksud mu Xia?" sentak Silvia geram.

"Ah, aku minta maaf kak. Pasti karena sudah nggak kuat melihat Darren bersanding denganku."ucap Xenia , "pasti sangat menyakitkan melihat dia lebih memilih aku yang mendapat restu dari orang tua kak Daren dari pada kak Xia. Mungkin karena mereka tau, kak Xia anak haram."

"Hmmmpp.... Ya, aku sangat berterima kasih karena menggantikan ku dan membuka mataku. Hingga aku terbebas dari pria tidak setia dan mertua yang banyak tuntutan itu."

"Xia!" Darren ikut bersuara.

"Aaahh,, maaf aku bahkan tidak melihatmu lagi Darren. Untung saja kau bersuara." ucap Xia melangkahkan kakinya,

"Xia, kita harus bicara."ucap Darren beranjak dari duduknya.

"Maaf, Aku masih ada urusan diluar. Buat diri kalian senyaman mungkin di rumahku." tukas Xia lagi berjalan menuju pintu utama.

"Xia."panggil Darren hendak menyusul tapi ditahan oleh Xenia.

"Xia! Kau mau kemana?" sentak Silvia menyusul Xia yang sudah memegang handel pintu, berhenti sesaat.

"Ingat kau masih harus menemani direktur Morgan tiga hari lagi."

"Baiklah! Akan ku ingat." ucap Xia tanpa menoleh langsung membuka pintu keluar.

BLAM!

Xia, menarik nafasnya dalam. Xia berjalan perlahan, dia menuju halaman samping dimana kopernya menunggu untuk di evakuasi. Xia tertegun,mendapati tempat itu kosong! Koper yang seharusnya ada di sana menghilang.

Hei! kemana koperku? Xia panik, dia bertolah toleh mencari setiap sudut area itu.

Kenapa koperku tak ada disini? Kemana perginya? Aku sangat yakin tadi masih ada disini? Kenapa sekarang tidak ada? Xia makin gusar dan panik.

"Mungkinkah, mereka menemukannya? Lalu menyembunyikannya?"gumam Xia antara kesal, marah dan takut bila apa yang dia pikirkan adalah benar.

Aku tak bisa kembali masuk sekarang, bisa bisa nanti malah makin dikekang. batin Xia menoleh kearah pintu.

Biar saja koperku hilang, Aku tetap akan melanjutkan rencana. batin Xia lagi.

Xia melangkah keluar halaman rumah itu, Xia tertegun.....

___€€€___

Reader kuuh , kasih semangat donk, biar aku up terus setiap hari.

like dan komen ya

Terima kasih.

Salam___

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel