Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####Chapter 5

Acara dilanjutkan dengan perjamuan makan. Xi Xi terus menerus menenggak wine-nya. Si Chen sudah berusaha memperingatkannya untuk mengontrol minumnya, tapi Xi Xi tak peduli, karena hanya ini satu-satunya cara baginya untuk menahan keinginannya kabur dari pernikahan ini.

Saat Xi Xi bersosialisasi sambil terus minum, ibunya Xi Xi diam-diam menyerahkan selembar surat ke tangan Si Chen. Di dalam surat itu ada sebuah kartu ATM dan sebuah pesan manis dari Ibu yang memberitahunya beberapa hal tentang Xi Xi.

Dalam pesannya, Ibu memutuskan untuk mempercayai pilihan putrinya, mengira bahwa Xi Xi memilih Si Chen karena Si Chen benar-benar bisa dipercaya dan bisa membuat Xi Xi nyaman.

Ibu memberitahu Si Chen bahwa ada kalanya saat Xi Xi sedang sedih, dia akan makan makanan yang sangat pedas, biar dia ada alasan untuk menangis, karena Xi Xi tidak mau orang-orang tahu kalau dia menangis karena dia sedang dalam kesulitan.

Ibu memberitahu bahwa impian Xi Xi adalah menjadi seorang fashion designer. Sayangnya selama ini dia mengalami banyak kendala demi baktinya pada keluarganya. Ibu sungguh bersyukur sekarang putrinya bisa keluar dari rumah. Karena itulah, Ibu berharap semoga Si Chen bisa memberinya kebebasan dan dukungan. Ibu benar-benar berharap putrinya bisa bebas mengejar impiannya dan melakukan apa pun yang dia sukai.

Gara-gara kebanyakan minum, sekarang si pengantin wanita jadi teler. Si Chen langsung membawanya ke kamar dan menyuruh sekretarisnya untuk menggantikannya menghadapi para tamu.

Xi Xi mendadak menangis sambil mengutuki Si Chen yang telah menghancurkan impian pernikahannya. Padahal dia selalu berharap akan menikah dengan orang yang sangat dia cintai, melakukan upacara pernikahannya dengan penuh kebahagiaan lalu hidup bahagia selama-lamanya. Tapi nyatanya apa? Sekarang dia malah harus menikah kontrak.

"Kenapa pernikahanku, pernikahan kontrak?!"

Si Chen prihatin juga melihatnya seperti ini. "Kau sangat membenciku?"

"Iya! Aku sangat membencimu. Aku membencimu! Yin Si Chen, kau itu penipu, bodoh, kejam... kepala babi!"

Tapi Si Chen mengaku kalau dia justru iri sama Xi Xi yang bisa bebas menangis dan melampiaskan emosi tanpa ragu. Sedangkan dia, sebagai pemimpin sebuah perusahaan besar, harus selalu menahan emosi dan menjadi kuat. Dia bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali dia menangis. Dia akui kalau dia memang orang yang tidak berperasaan, namun itu karena dia sama sekali tidak punya waktu untuk memiliki perasaan.

Tapi Xi Xi bahkan sudah tidak mendengarnya saking mabuknya. Tiba-tiba dia menarik tangan Si Chen yang kontan membuat mereka berdua terjatuh ke ranjang dalam posisi berpelukan dengan bibir Xi Xi menempel ke kening Si Chen.

"Selamat malam, Xiao Fa Cai (Keberuntungan Kecil)."

Si Chen jadi canggung tapi juga tak berani bergerak. "Selamat malam."

Xi Xi tiba-tiba terbangun dan langsung menjerit heboh. Tapi mungkin karena baru bangun tidur, pikirannya masih kacau, dia jadi berpikir kalau dia bermimpi punya tiga tangan. Si Chen dengan canggung tak mengakui kalau itu sebenarnya tangannya dan cuma mengingatkan Xi Xi kalau itu cuma mimpi.

Tapi untuk apa Xi Xi datang, bukankah dia sudah melarangnya datang kecuali untuk urusan penting saja? Tentu saja Xi Xi datang untuk urusan penting. Tapi dia sengaja bertele-tele lebih dulu tentang salah satu pasal dalam kontrak mereka yang menyebutkan bahwa Xi Xi seharusnya memiliki kamar sendiri, tapi ternyata itu gagal Si Chen penuhi. Si Chen malah cuma menempatkannya di ruang wardrobe yang tak layak huni. Nenek bahkan sudah tahu kalau dia semalam tidur di kursi malas.

Karena itulah, sebagai kompensasi, dia ingin bayarannya dibayar lebih cepat sebagian. Tapi Si Chen langsung sinis menyindirnya dan menolak permintaannya.

Kesal, Xi Xi sontak memeluk Si Chen erat-erat, berusaha menggunakan itu untuk mengancam Si Chen untuk memberikan sebagian bayarannya lebih cepat. Tapi Si Chen malah senang-senang saja dipeluk mendadak, malah dengan nakalnya menggodanya.

"Aku suka yang mengambil inisiatif."

Canggung, Xi Xi sontak melepaskan diri dengan malu dan jadi makin panik saat Si Chen memberitahu bahwa sup pemberian Nenek itu adalah sup kesuburan. Wkwkwk! Xi Xi sontak kabuuuuuurrrrr!

Di rumah, Si Chen malah mendapati Xi Xi mengurung diri di ruang wardrobe-nya dan ada sebuah pesan yang tertempel di pintu, memperingatkan Si Chen untuk menghormati ketentuan kontrak dan tidak mengganggunya antara jam 10 malam sampai jam 8 pagi. Yah, Si Chen kecewa, dia jadi tidak dibacakan buku malam ini.

Karena tak punya jalan lain, Xi Xi memutuskan untuk mengembalikan beberapa barang mewah yang diberikan Si Chen sebagai maharnya ke toko. Sayangnya pihak toko menolaknya karena aturan mereka yang memiliki batas waktu pengembalian.

Tepat saat itu juga, Xi Wei mendadak muncul juga di toko itu. Takut ketahuan, Xi Xi pun berakting seolah dia mau mengembalikan semua baju mahal itu karena ukurannya tidak pas.

Tapi Xi Wei malah sengaja mengajaknya keliling untuk memilih baju. Jadilah kedua orang itu berusaha untuk kebolehan tentang pengetahuan mereka terhadap fashion. Xi Xi awalnya tidak ada niat bersaing dengannya, tapi Xi Wei jelas menganggap ini persaingan.

Parahnya lagi Xiao Ya juga tidak mau mengalah dan menghasut Xi Xi untuk menurutinya saja sehingga Xi Xi terpaksa harus mengeluarkan kartu VIP-nya hanya demi menuruti gengsinya Xiao Ya.

Mereka buru-buru pergi setelah itu. Kali ini mereka mencoba pergi toko tas untuk menjual beberapa tas. Tapi yang paling menarik perhatian si pemilik toko adalah tas pemberian Nenek yang Xi Xi pakai.

Dia langsung bisa melihat kalau itu tas kostum yang sangat mahal dan menawarkan harga yang cukup mahal juga untuk tas itu. Xi Xi awalnya menolak menjualnya karena itu hadiah. Tapi kemudian Xiao Ya punya ide untuk digadaikan saja dan dibeli lagi jika Xi Xi punya uang kapan-kapan. Sekarang ini Xi Xi sedang sangat membutuhkan uang.

Benar juga sih, Xi Xi akhirnya setuju untuk menggadaikannya saja, dia janji akan membelinya kembali tiga bulan yang akan datang, tak peduli biarpun harganya akan lebih mahal saat itu.

Sayangnya dia tidak menyadari kalau Xi Wei terus membuntutinya dan langsung tersenyum licik menyaksikan semua itu. Jelas dia akan memanfaatkan fakta itu untuk keuntungan pribadinya.

Xi Xi pulang malam harinya dengan penuh rasa bersalah pada Nenek. Apalagi Nenek tiba-tiba menanyakan ke mana tas pemberiannya. Xi Xi dengan canggung berbohong kalau dia tidak membawa tas itu karena hari ini mataharinya sangat terik, dia takut tasnya rusak.

Untungnya Nenek percaya dan meyakinkan Xi Xi untuk tidak usah mempermasalahkan hal itu, kalau rusak yah tinggal beli lagi yang baru. Nenek memberitahu bahwa minggu depan adalah hari ultahnya. Nenek akan mengadakan pesta dan sudah mengundang beberapa kerabat. Jadi Nenek ingin Xi Xi datang ke pestanya itu dengan membawa tas pemberiannya.

Tangan Shang Ke sebenarnya sudah baikan. Tapi begitu Ruo Na datang, dia langsung pura-pura seolah dia belum sembuh biar bisa bermanja ria sama Ruo Na. Tapi Ruo Na dengan cerdiknya membongkar kebohongannya.

Tapi melihat berbagai barang dan makanan yang ada di sofa, Ruo Na bisa menyimpulkan kalau Shang Ke selalu tidur di sofa dan makan makanan ringan setiap hari. Apa dia tidur di sofa karena takut gelap?

Shang Ke menyangkal, dia takut hujan dan guntur. Sejak kecil, dia sering sendirian di rumah karena orang tuanya sering pergi dinas. Setiap kali ada hujan dan guntur, dia sangat ketakutan lalu lari ke sofa menutupi dirinya dengan selimut, meringkuk dan menyalakan TV. Di sofa inilah, dia selalu merasa aman.

Ruo Na jadi prihatin juga mendengarnya. Maka dia memutuskan untuk tidak langsung pergi dan membuatkan Shang Ke mie instan. Cuma mie instan, tapi Shang Ke bahagia banget dan langsung lebay memuji-muji masakan Ruo Na.

Dia bahkan refleks memanfaatkan kesempatan untuk memeluk Ruo Na dari belakang dengan alasan membantu cuci piring. Ruo Na jadi gugup. Shang Ke langsung mendekat untuk menciumnya, tapi Ruo Na malah menendang itunya lalu pergi. Wkwkwk!

Di pesta ultah Nenek, Ran Xi Wei lagi-lagi berulah, menyindir Xi Xi tidak pantas menjadi Nyonya Yi, bahkan sengaja mempermalukan Xi Xi di hadapan para kenalannya.

Si Chen datang tak lama kemudian, membawakan hadiah berupa piyama mahal dan Xi Wei langsung nyamber, menggembar-gemborkan bahwa dirinya-lah yang merekomendasikan pakaian itu pada Si Chen.

Sedangkan Xi Xi hanya memberinya asinan sayur yang baik untuk kesehatan lansia yang kontan saja langsung diremehkan para tamu. Padahal Nenek justru sangat menghargainya karena memang hal-hal seperti ini yang lebih dibutuhkan oleh lansia seperti dirinya. Si Chen juga awalnya kurang setuju, tapi begitu melihat reaksi Nenek, dia sontak membela istrinya di hadapan para tamu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel