Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 2 Ada Bukti Perselingkuhan

"Hei, Aksa! Jangan sok jagoan Lo!" seru Ranti tak suka.

"Saya bukannya sok jagoan. Tapi melindungi Tuan Muda Edward adalah tugas saya!" sahut Aksa tegas.

Namun Edward memberi isyarat kepada Aksa untuk tidak ikut campur.

Sang asisten pribadi ingin membantah akan tetapi tatapan pria itu malah menajam kepadanya.

Edward masih saja mencoba mendekati Ranti dan mulai meraih tangannya. Kali ini berhasil, gadis itu membiarkan tangannya digenggam oleh sang pria. Edward pun kembali berkata,

"Ranti, please. Mari kita bicara. Aku akan menceritakan semua tentang Tari. Kamu salah sangka kepadaku," ucapnya memelas.

"Sayang, ayo kita pergi! Ngapain kamu masih melayani pecundang itu?" seru Rian yang telah lebih dulu masuk ke dalam mobil.

Ranti lagi-lagi menghempaskan tangan Edward dengan kasar lalu berkata,

"Aku tidak sudi lagi menjalin hubungan denganmu! Enyahlah dari hidupku!" Bahkan saking kesalnya kepada Edward, Ranti mendorong tubuh pria itu sampai terjatuh di tanah.

"Tuan Muda!" Aksa segera berlari menuju ke arah Edward dan mencoba menolongnya.

Sementara Ranti dengan cepat masuk ke dalam mobil Rian, seraya kembali menghina Edward,

"Selamat tinggal pecundang! Semoga hidupmu menderita selamanya! Rasakan akibat balas dendam ku!" Lalu dengan sengaja gadis itu meludah ke luar mobil. Pertanda Edward memang tidak ada harganya lagi baginya.

"Ranti! Anda jangan semakin kurang kurang ajar kepada Tuan Edward!" hardik Aksa.

Namun keduanya malah tertawa terbahak-bahak.

"Ha-ha-ha!" Lalu Rian segera tancap gas melajukan mobilnya meninggalkan

tempat itu.

Di sebuah bar di kawasan Jakarta Selatan,

Edward sedang duduk sambil menikmati wine yang begitu banyak di depannya. Sejak tadi pagi sampai malam tiba, sang pria berada di tempat ini. Aksa sang asisten pribadi tetap setia menunggu sang bos.

"Aksa ... kenapa Ranti tega kepadaku? Apa yang sedang merasuki pikirannya? Kenapa dia meninggalkanku disaat aku sudah sangat

mencintainya! Apa salahku Aksa?" sedihnya sangat menyayat.

"Tuan Muda, Anda tidak memiliki salah apa pun kepada Nona Ranti bahkan Anda sudah sangat terlalu baik kepadanya." sahut Aksa.

"Tapi kenapa dia malah meninggalkanku?" teriaknya.

Untung saja, Aksa telah mem-booking tempat itu

Apakah sedikit pun dia tidak pernah mencintaiku? Dua tahun kebersamaan kami hanya kesia-siaan belaka?" Kesedihan Edward semakin mendalam mengingat jelas bagaimana kisah percintaannya kepada Ranti selama ini.

Sementara Aksa yang sedang menemani sang tuan muda. Terlihat mengepalkan tangannya dari tadi mendengar semua perkataan Edward. Sepertinya dia harus mengatakan apa yang ada di hatinya saat ini.

"Maaf Tuan Muda, jika perkataan saya kali ini sangat lancang. Tapi saya harus mengatakannya kepada Anda. Jujur sejak awal saya tidak menyukai Nona Ranti," ucap Aksa.

Mendengar omongan sang asisten, Edward pun angkat bicara,

"Apa maksud mu berkata seperti itu, Aksa?"

"Sekarang terbukti, Tuan Muda! Nona Ranti meninggalkan Anda begitu saja dengan alasan tak masuk akal. Bahkan dia dengan sengaja berselingkuh dengan Tuan Rian," seru Aksa menusuk.

"Kamu jangan menghinanya seperti itu! Mungkin saja pikirannya sedang kalut saat ini! Makanya dirinya minta putus." Bahkan Edward pun masih membela kekasihnya.

"Tapi Tuan Muda, Nona Ranti telah jelas-jelas berselingkuh dengan Tuan Rian dan Anda masih membelanya?" Aksa semakin tak percaya dengan tanggapan Edward saat ini tentang gadis itu.

Edward diam dan tidak dapat menjawab perkataan asistennya. Dia malah memilih lebih banyak minum wine untuk menepis luka hatinya yang semakin menganga.

Lalu tiba-tiba dari arah luar pintu bar, ketiga cowok tampan para sepupu Edward segera masuk ke dalam.

Melihat para sepupunya datang, Edward segera menatap tajam ke arah Aksa. Karena dia tahu betul jika itu adalah ulah asistennya.

"Sialan Lo, Aksa! Ngapain Lo mengajak mereka ke sini?" serunya tak senang.

"Maaf, Tuan Muda. Tapi Tuan Muda Ronand telah memiliki bukti konkrit tentang perselingkuhan Nona Ranti dan Tuan Rian." ucap Aksa.

Namun Edward seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang asisten. Dia berpikir jika tak mungkin Ranti mengkhianati dirinya dengan sungguh-sungguh.

"Ya ampun Edward! Demi gadis murahan itu Lo mabuk-mabukkan? Lo tarok di mana otak Lo?" seru Bobby, salah satu dari sepupu Edward.

"Jaga bicara Lo, Bob! Jangan pernah hina Ranti!" sahut Edward lalu dengan berjalan sempoyongan, pria itu ingin menghajar Bobby.

Namun dengan cepat Jemy yang juga sepupu Edward segera melerai keduanya.

"Woi ... woi .... Ada apa dengan kalian berdua? Santai, Bro!" seru Jemy kepada keduanya.

"Bobby yang memulai duluan, Jem. Dia menghina Ranti," bela Edward kepada kekasihnya.

"Edward! Buka mata Lo lebar-lebar. Kenapa Lo masih membela Si jalang itu!" Ternyata Jemy malah lebih menusuk omongannya dibandingkan dengan Bobby.

"Shitt! Lo juga ikutan menghinanya, Jem?" Edward tak menyangka dengan sikap sepupunya.

"Sudah-sudah! Berisik banget Lo semua!" ketus Ronand, yang dari tadi sibuk di depan laptop.

"Edward, simak video ini baik-baik!" ucap Ronand tegas lalu mengarahkan laptop itu di depan sepupunya yang sedang galau itu.

Edward pun mencoba menajamkan penglihatannya dan melihat sajian video dari laptop sepupunya, Ronand.

"Sial! Dari mana Lo mendapatkan video ini?" ucap Edward lalu menutup laptop itu dengan kasar lalu melemparnya begitu saja di bawah lantai bar itu.

Seketika laptop itu hancur berkeping-keping dan tak berbentuk lagi. Edward sangat emosi melihat video panas Ranti dan Rian di sebuah hotel. Pria itu sungguh tak sanggup melihatnya.

"Lo masih membelanya, Ed?" tantang Ronand kepada sepupunya.

"Ranti!" teriaknya histeris.

Lalu Bobby turut

melemparkan beberapa lembar foto kebersamaan Ranti dan Rian di segala sudut disetiap pertemuannya dengan selingkuhannya itu, di hadapannya.

"Lihat sendiri! Sudah sejak lama dia bermain hati dengan Lo!" ketus Boby.

Edward lalu meraih foto-foto itu dan melihatnya. Seketika dia meremas semua foto-foto tersebut. Sungguh dia tak pernah menyangka jika Ranti bisa setega itu kepadanya.

Ternyata selama ini, ketiga sepupunya diam-diam ikut membantu Aksa untuk membongkar permainan bejat dari Ranti.

"Sialan Lo, Rian!" tukas Edward. Lalu dengan cepat dia meraih kunci mobil yang ada di meja bar, kemudian mulao ke luar dari bar itu.

"Edward, Lo mau ke mana!" teriak Jemy.

"Tuan Muda, Anda jangan pergi!" Aksa ikut menimpali.

"Pakai akal sehat Lo, Ed!" tukas Ronand.

"Woi ... Edward songong! Jangan gila Lo! Berhenti nggak Lo!" teriak Bobby.

Lalu keempat pemuda gagah itu segera menyusul Edwar yang telah lebih dulu ke luar dari bar.

Begitu cepatnya Edward melangkah sehingga ketiga sepupunya dan Aksa tidak bisa menahan kepergiannya.

Dengan sigap Ronand yang jago ngebut segera berlari menuju mobilnya. Lalu dia pun berkata,

"Ayo, kalian masuk semua! Kita kejar mobil Edward!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel