1. Pertemuan pertama
Seorang gadis cantik sekitar berumur 22 tahun, duduk dengan santai, sembari meminum vodkanya dengan teratur karena masih ingin memiliki kesadaran di pesta penyambutan kakak tirinya.
Charlotte Mandell yang terkenal dengan nama Carl di dunia permodelan. Gadis itu duduk menatap banyak wajah yang membosankan, dan pakaian formal yang mereka kenakan membuatnya benar-benar sangat bosan berada di pesta ini.
Mata cokelat gelapnya menatap ibu dan ayah tirinya yang dengan berbangga diri menunjukan kemewahan pesta yang mereka adakan, karena pesta ini merupakan penyambutan kedatangan sekaligus perayaan pemindahan jabatan CEO Mendell Group, kepada kakak tirinya.
Para wartawan bergemuruh, suara bidikan kamera digital begitu terdengar sangat familiar untuk sosok Carl yang merupakan seorang model.
Gadis itu yakin, kakak tirinya baru saja datang. Dengan malas Charlotte berdiri dan segera melangkah, mendekat ke arah ibu dan ayah tirinya yang sudah tersenyum melihat anak kebanggan mereka.
Namun, belum sampai Charlotte mendekat ia sadar akan sesuatu, kakak tirinya tidak menyukainya. Dengan cepat Charlotte mengurungkan niatnya untuk sekedar mengucapkan selamat datang pada kakak tirinya.
Sedangkan di luar gedung itu sendiri. Seorang lelaki tampan mulai turun dari mobil sport Lamborghini-nya, dengan tatapan angkuh, lelaki itu berjalan menusuri karpet merah yang sudah di persiapkan, para bodyguard dengan cepat melindungi majikannya itu, agar para wartawan tidak semena mena mendekat kepada majikannya.
Sedangkan para wanita menatap kagum sosok muda nan tampan itu. Perawakan yang sempurna, khas Indonesia. Mata cokelat terang seakan menusuk, hidung mancung dan bibir menggoda, membuat para wanita dengan gencar mengambil perhatian nya.
Namun tanpa memperhatikan orang lain pria tampan itu, nampak acuh sambil melangkah ke arah ayahnya yang sedang menggandeng wanita sangat ia benci.
"Astaga, Seth! Kau benar-benar, keturunanku, tampan," ujar Semmy Mandell—Ayahnya—sambil memeluk anak semata wayang dari istri pertamannya.
Pria yang dipanggil Seth, tersenyum singkat lalu memeluk ibu tirinya dengan rasa amarah yang ia redam. Ia harus tahu aturan, bagaimana pun keluarganya adalah keluarga terpandang di Indonesia. Tidak mungkin Seth secara brutal memaki ibu tirinya.
Seth Rey Mendell adalah seorang lelaki berumur 27 tahun, 10 tahun yang lalu Seth pergi dari Indonesia ke Amerika tinggal bersama kakenya—ayah dari ibunya—hanya karena tidak mau satu rumah dengan Chaty—Ibu tirinya—dan Charlotte—Adik tirinya—Seth sangat membenci kedua wanita itu, karena Seth anggap Chaty dan Charlotte adalah penyebab utama kehancuran keluarganya.
Dan sekarang waktunya Seth kembali ke tempatnya, membawa semua haknya. Jika saja ayahnya tidak mengancam akan memberikan semua haknya pada Charlotte, Sath tidak akan pernah mau bertemu lagi dengan dua kucing jalanan itu.
"Di mana Charlotte?" Tanya Sammy kepada Chaty.
Seth menaikan sebelah alisnya, dari tadi ia belum melihat adik tirinya. Seth yakin adik tirinya itu malu bertemu Seth yang tampan sedangkan adik tirinya kumuh. Ia tahu penampilan Charlotte 10 tahun lalu, ketika umur Charlotte masih berusia 12 tahun.
Charlotte yang dekil, hitam, berkacamata, dan ompong. Bulu kuduk Seth bahkan berdiri hanya membayangkan wajah Charlotte yang menjijikan. Charlotte adalah bahan bullyan-nya waktu itu bersama teman temannya.
"Aku akan mencarinya," kata Chaty lalu melangkah entah ke mana.
Sedangkan Sammy dengan bangga memperkenalkan Seth kepada beberapa tamu yang ada di sana, dan beberapa kolega bisnisnya.
Seth mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan teman bisnisnya, Seth mencerna semua perkataan mereka membuatnya mengerti, lalu dengan bangga diri Seth ikut bicara mengenai proyek tersebut membuat teman bisnis ayahnya kagum pada Seth.
"Astaga Seth, kau pintar sekali, idemu begitu brilian," ujar seorang lelaki seusia ayahnya.
Seth hanya mengangguk, tersenyum tipis, "Ah terimakasih atas pujiannya," jawab Seth merendah.
"Aku memiliki anak perempuan, siapa tahu kau membutuhkan calon istri," kata lelaki itu dengan penuh percaya diri.
"Pernikahan adalah urusan terakhir bagi saya," tolak Seth secara halus. Membuat wajah lelaki tua itu memelas di buat-buat, dan yang lainnya malah tertawa.
"Sam," sapa Chaty. Sammy berbalik menemukan istri tercintanya dan anak tirinya yang cantik.
"Ah, Carl dari mana saja kau?" Tanya Sammy.
Merasa nama Carl di sebut, Seth berbalik, penasaran dengan wajah menjijikan adik tirinya. Sedangkan dengan mengerti rekan rekan kerja ayahnya, segera pergi ketika Seth mengucapkan terimakasih, dan mulai membalikan badannya.
"Hai Seth," Sapa Carl tersenyum tapi sedikit canggung, karena Seth memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.
Seth menaikan sebah alisnya, menatap Charlotte dari atas sampai bawah, rambut yang biasanya di kepang kini di ikat acak, membuat beberapa helai rambutnya jatuh di atas pundak mulusnya, kulit dekil nan hitam, kini terganti dengan kulit putih bersinar, mata yang dulu terbingkai dengan kacamata capung kini menampilkan mata coklat indah dengan bulu mata letik dan sedikit tebal, gigi yang dulu ompong kini berubah menjadi putih dan menciptakan gigi sempurna. Bibir atas Charlotte terangkat, karena memang hidung mancung nya, membuat dia terkesan seksi. Dan tubuhnya yang menggoda terbungkus oleh dress tanpa lengan berwarna gold.
Oh shit, ia merasakan adik bawahnya berkedut, apa-apaan ini? Bahkan hanya melihat tubuh seksinya saja adiknya sudah berkedut. Sialan. Ingin sekali Seth menarik tubuh Charlotte ke atas ranjangnya. Sialan sejak kapan ia memiliki pikiran meniduri adiknya sendiri.
"Seth," bisik ayahnya membuyarkan pikirannya.
Seth hanya berdehem menghilangkan rasa malunya karena sudah terlena dengan tubuh Charlotte. Seth mengangguk sebagai jawaban sapaan Charlotte. Yah Seth sedikit terkesan melihat penampilan Charlotte yang berubah seratus persen. Tidak, mungkin tidak sedikit tapi sangat banyak.
"Kau tahu Seth, Charlotte adalah seorang model yang sangat terkenal sekarang, kau tak bisa mengejeknya lagi," ujar ayahnya sambil terkekeh di ikuti Chaty, dan Charlotte hanya tersenyum.
"Kenapa dia bisa jadi model? Itu tidak cocok! Tubuhnya biasa saja!" Kata Seth tanpa berpikir, membuat kekehan Sammy dan Chaty berhenti.
Charlotte tersenyum tipis, "Setidaknya aku sudah menjadi model dan terkenal," sahut Charlotte.
"Model apa? Model seks? Atahu model celana dalam? Astaga murah sekali tubuh mu!"
"Seth!" Peringat Sammy.
"Ah setidaknya aku tidak merugikan orang lain, atahu merepotkan orang lain karena ego diri sendiri, Mr. Mendell," jawab Charlotte. "Oh ya, aku ada pertemuan dengan seorang agensi, aku harus segara pergi, ayah, ibu."
Sammy dan Chaty hanya mengangguk, mereka berdua tahu, tidak ada pertemuan malam ini. Hanya saja mereka berdua memaklumi Charlotte atas ucapan frontal yang diucapkan oleh Seth.
"Hati hati, Carl," ujar Sammy sebelum akhirnya Charlotte hilang di kerumunan banyak orang.
"Seth, ayah harap kau bisa menjaga perkataanmu," desis Sammy.
Seth tidak mendengarkan perkataan Sammy ia masih menatap kepergian Charlotte. Seth tidak percaya ini, sejak kapan Charlotte berubah menjadi sangat seksi, sialan bahkan adiknya sekarang bangun, dan sejak kapan Charlotte belajar membalas perkataannya, dan menatap wajah Seth tidak takut.
Seth harus memberi adik tirinya pelajaran! Lihat saja nanti. Apa yang bisa Seth lakukan. Seth tersenyum miring.
***
"Ayah aku ke toilet sebentar," kata Seth. Lalu pergi dari hadapan Sammy dan Chaty.
Dengan cepat Seth mencari Arya Wiguna—tangan kanan ayahnya—lelaki berusia sekitar 40 tahun. Seth memerintahkan Arya untuk melaporkan semua pergerakan Charlotte.
"Nanti kau hubungi aku secepatnya," kata Seth setelah menyimpan nomor ponselnya di ponsel Arya. Arya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Setelah merasa cukup Arya mengerti, Seth segera menghampiri ayahnya, sampai akhirnya dirinya melakukan pidato di depan banyak orang. Membuat semua tamu undangan menatapnya kagum.
Beberapa orang kagum akan kepintarannya, apalagi Seth lulusan di Harvard university. Sedangkan para wanita menatap lapar seolah Seth adalah sebuah daging panggang yang sangat lezat.
Seth hanya mengangguk ketika beberapa orang memujinya, dan tak banyak juga yang melontarkan pertanyaan yang menjatuhkan Seth, tapi dengan santai Seth menanggapinya dengan memutar balikan fakta.
"Terima kasih atas partisipasinya kepada rekan-rekan, saya undur diri. Sampai ketemu di sebuah pertemuan," ujar Seth. Lalu dengan ramai para tamu undangan bertepuk tangan.
Sebagian orang segera mengucapkan selamat kepada Seth secara langsung dan menjabat tangannya, sebagian orang hanya menatap Seth iri. Tapi apalah Seth dia tidak perduli. Itu bukan urusannya.
"Aku bangga padamu, Son." Sammy memeluk putranya dengan bangga.
"Terimakasih."
"Selamat Seth," ucap Chaty sambil tersenyum bahagia melihat putra suaminya yang membanggakan.
Seth hanya mengangguk, bagaimana pun sikap Chaty, Seth akan terus membencinya. Ketika Cahty menghujatnya dengan kasih sayang, maka Seth akan menghujatnya dengan sebuah kebencian yang tidak akan ada habis nya.
Seth mengalihakan pandangannya ketika ponsel nya berdering sebuah pesan masuk.
Nona Charlotte sedang berada di club. Dia mabuk. Tuan. —Arya Wiguna.
Kirimkan alamatnya, aku akan ke sana. Kau jaga dia. Dan siapkan mobil untukku!—Seth Rey Mandell.
"Ayah, apakah pesatanya masih lama?" tanya Seth.
Sammy melirik arloji mahalnya. "Masih beberapa jam lagi, ada apa?"
"Jika kau kelelahan, kau bisa pulang terlebih dahulu," sahut Chaty.
"Aku pulang," kata Seth, lalu pergi meninggalkan sepasangan suami istri itu.
"Kenapa kau membiarkannya pulang?" tanya Sammy.
"Dia kelelahan Sam, pikirkan kesehatannya, dia dari New York tidak istirahat sedikit pun dan langsung menghadiri pestamu yang melelahkan, aku saja sudah lelah, apalagi dia," ujar Chaty.
"Kau memang ibu yang terbaik, sayang," bisik Sammy lalu mencium pipi istrinya dengan sayang.
"Itu tugas ku, Sam," jawab Chaty sambil tersenyum.
To Be Continue
