Bab 4
Di atas kapal pesiar itu, Adel, Raka, Mila dan Jeta tengah menikmati makan malam bersama degan Fram.
Mereka larut dalam kenikmatan makanan di depannya dan antusias berbincang banyak hal. Adel yang hendak ikut menyahuti, terdiam dan suaranya tertahan di tenggorokan saat rasa pusing menderanya. Rasa sakit yang sangat berlebihan sampai membuatnya tidak bisa meneruskan makannya.
Adel berpamitan ke yang lainnya menuju ke kamar mandi dan bergegas meninggalkan meja makan itu.
Sesampainya di kamar mandi, ia mencuci wajahnya dengan air dan menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Ya Allah, kenapa kepalaku sakit sekali," gumamnya seraya memegang kepalanya yang terasa begitu sakit.
***
Adel terbangun dari tidurnya, semalam dia langsung pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
"Lu udah bangun?" tanya Milla.
"Jam berapa ini?" tanya Adel.
"Sudah jam setengah 6 pagi, solat dulu gih," seru Milla yang di angguki Adel.
---
Adel dan Milla datang ke restaurant hall depan untuk menikmati sarapannya.
"Pagi semua," sapa mereka kepada Raka, Jeta dan Fram.
"Pagi."
Mereka duduk bergabung dan mulai mengambil makanan untuk sarapan mereka.
"Semalam kamu kenapa? Kata Milla kamu langsung tidur?" tanya Fram.
"Aku baik-baik saja, Papa. Aku hanya merasa lelah dan mengantuk," ucap Adel tersenyum.
"Mungkin lu masuk angin," ucap Raka.
"Ya, mungkin saja."
***
Malam semakin larut, Adel tampak belum tidur dan asyik menikmati pemandangan laut malam di bagian hall depan kapal.
"Eh?" Adel tersentak kaget saat seseorang menyelimuti tubuhnya dengan sebuah jaket. "Raka?"
Adel tersenyum kecil saat melihat Raka berada di sampingnya dan dialah yang memasangkan jaket pada tubuhnya.
"Lu bisa semakin masuk angin kalau berdiri di sini terus tanpa jaket," seru Raka yang kini berdiri di sisi Adel da berpegangan pada pagar pembatas.
"Thanks," jawab Adel.
"Kenapa belum tidur? Ini sudah sangat larut," ucap Raka.
"Lu sendiri kenapa belum tidur? Kalau gue sih memang sedang tidak mengantuk," jawab Adel.
"Gue juga belum mengantuk," jawab Raka dengan nada santai.
Keduanya terdiam membisu dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Raka menoleh ke arah Adel dan menatap Adel yang begitu fokus menatap ke hamparan lautan gelap.
"Apa yang lu lamunin?" tanya Raka membuat Adel menoleh ke arahnya.
"Melamun? Gue tidak sedang melamun, Ka. Gue cuma sedang menikmati suasana malam ini." Adel tersenyum menanggapinya.
***
Adel, Fram, Raka, Jeta dan Mila sudah sampai di tempat tujuan dan langsung bertemu dengan client dari Fram. Mereka di antar menuju penginapan dan di jamu dengan makanan khas daerah sana.
Client dari Fram terlihat masih sangat muda. Menurut Fram, Anton adalah seorang pengusaha Batu Bara termuda di sana.
Saat perkenalan pertama, Anton jelas sekali memperlihatkan rasa tertariknya pada Adel. Ia bahkan terang-terangan menanyakan beberapa hal pada Adel, melenceng dari bisnis mereka. Adel menjawab dan menanggapi seadanya, berusaha menghargai Ayahnya.
---
Di tempat perkemahan semuanya sedang berbaris dan mempersiapkan penjelajahan. Bara terlihat begitu perhatian pada Desi, hingga membuat beberapa mahasiswa lain saling berbisik-bisik menggunjingkan. Sudah beberapa kali mereka melihat kedekatan mereka berdua yang terlihat tidak seperti hubungan antara adik dan Kakak iparnya. Padahal semua rekan Bara, mengetahui bahwa Adel adalah kekasih Bara. Rinrin dan Dendi hanya bisa memperhatikan sikap Bara dan Desi. Mereka bukan memakluminya, tetapi lebih ke mengamati, sampai mana hubungan kedekatan mereka. Bagaimanapun Adel adalah sahabat dari Rinrin dan Dendi, mereka tak akan biarkan ada pengkhianatan yang bisa menyakiti sahabatnya itu.
Kegiatan penjelajahanpun di mulai, kelompok Desipun berangkat yang di ketuai oleh Rinrin. Setiap memasukin pos, semua anggota di uji mental juga fisiknya dengan kotor-kotoran dan di bentak-bentak. Desi terlihat menangis karena tidak tahan lagi di bentak walau tak salah dan di minta untuk kotor-kotoran. Ia sudah sangat kelelahan.
Rinrin mencoba menenangkan Desi tetapi dia tidak juga berhenti menangis hingga Bara dating yang saat itu sedang mengontrol setiap Pos bersama Dani, salah satu rekanya.
"Kamu kenapa Des?" tanya Bara menghampirinya.
Tanpa di sangka-sangka, Desi langsung memeluk tubuh Bara di hadapan semua orang yang ada di pos itu seraya menangis.
"Kak, Desi gak kuat lagi, Kak! Desi udah lelah banget, Desi gak mau nerusin lagi,,hikz hikz" rengek Desi.
Beberapa orang saling berbisik-bisik menggunjingkan sikap Desi yang sangat manja dan jelas sekali mencari perhatian dari Bara sang ketua senat.
Bara segera melepas pelukan Desi karena tak nyaman dengan pasang mata di sana.
"Kamu jangan nangis dong Des. Sudah yah, ini kan hanya permainan," ucap Bara berusaha menenangkan Desi.
"Aku gak kuat lagi, Kak. Kaki aku juga sakit sekali." Desi semakin menangis.
Bara hanya bisa menghela nafasnya. Tanpa banyak bicara lagi, Bara berjongkok di hadapan Desi dan memintanya naik ke atas punggungnya. Desi pun dengan sangat bahagia naik ke atas punggung Bara dan mereka berlalu pergi meninggalkan tempat itu tanpa kata.
"Lihat deh tinggal anak baru itu, dia caper banget sama kak Bara," seru salah satu panitia di sana.
"Padahal Bara kekasih Kakak sepupunya, tetapi masih dia deketin," sahut yang lain.
"Ganjen!"
Rinrin mendengar itu semua, dan perasaannya semakin tak karuan dan resah. Ia memikirkan Adel juga Raka. Bagaimana kalau mereka tau sikap Desi dan Bara di sini.
***
Bara membawa Desi ke tenda kesehatan dan memberinya obat pereda sakit di kakiya.
"Kak Bara, makasih yah udah mau perduli dan perhatian sama Desi," seru Desi dengan senyumannya.
"Iya sama-sama, lagipula aku juga udah janji sama Adel buat jagain kamu selama di sini," jawab Bara dengan santai membuat Desi tertegun sendiri.
"Jadi semua ini cuma gara-gara janji ke kak Adel saja yah? aku pikir........ Kak Bara jahat!" sentak Desi begitu saja dan berlari meninggalkan tenda kesehatan membuat Bara sangat kaget dan kebingungan.
"Des....?" panggil Bara tetapi Desi terus saja berlari memasuki tendanya.
"Ada apa dengannya?" gumam Bara.
***
