Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14

Adel berpapasan dengan Desi di rumah, dan Desi terlihat memalingkan wajah dari dirinya dan berlalu pergi begitu saja. Adel merasa bingung dengan sikap Desi itu. Sebenarnya apa yang membuat Desi marah.

Karena merasa tak nyaman harus bermusuhan dengan orang serumah, Adel berjalan menuju kamar Desi dan mengetuk pintu yang terbuka.

"Boleh Kakak masuk," seru Adel melihat Desi yang tengah duduk bersandar di atas ranjang dengan memainkan handphone nya.

Desi hanya melihat ke arah Adel tanpa menjawabnya. Adel tetap masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi ranjang.

"Kamu marah sama Kakak?" tanya Adel.

"Kakak ini kenapa diam saja sih saat Raka memukuli kak Bara?" tanya Desi.

"Kakak tidak diam saja, Kakak berusaha mencegahnya. Tetapi Bara memang bersalah, dia sudah menyakitiku dan membentakku," ucap Adel.

"Jangan lebay deh Kak, baru segitu saja udah lebay bilang di sakiti. Apa Kakak gak sadar, sikap Kakak yang ganjen pada pacarku dan juga dosen baru itu menyakiti hati kak Bara."

"Ganjen? Kamu menuduh Kakakmu sendiri ganjen pada seorang pria?" tanya Adel tak menyangka Desi mengatakan seperti itu pada dirinya, padahal Desi mengetahui persis bagaimana dirinya.

"Kalau tidak mau di sebut ganjen, jangan kegatelan deketin cowok-cowok. Aku tau Kakak cantik, tetapi jangan manfaatkan kecantikan Kakak itu buat godain cowok-cowok di kampus. Ingat Kakak udah punya cowok! Kasian kak Bara kan," seru Desi membuat Adel melongo mendengarnya.

"Sudah ah, aku mau mandi," ucap Desi beranjak menuruni ranjang dan melenggang begitu saja memasuki kamar mandi.

Ada rasa sakit dan tercubit hatinya mendengar hinaan dari adik yang begitu ia sayangi itu.

Adel beranjak dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan kamar Desi. Ia berjalan dengan tatapan kosong nan sedih menuju kamarnya.

"Ada apa?" tanya Fram yang kebetulan baru saja pulang.

"Papa," seru Adel menatap ke arah Fram.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu terlihat begitu sedih?" tanya Fram.

"Tidak apa-apa Pa," seru Adel.

"Ayo katakan sama Papa, kamu tidak bisa membohongi Papa," seru Fram.

"Tidak apa-apa Pa, hanya sedikit bersitegang dengan Desi. Tetapi nanti juga kami akan baik-baik lagi," seru Adel.

"Oh begitu, baiklah kalau begitu Papa ke kamar dulu yah," seru Fram mengusap kepala Adel dan berlalu pergi meninggalkan Adel.

***

Raka sedang asyik bermain basket sendirian di lapangan indoor kampus.

Brak

Brak

Brak

Terdengar begitu keras suara bola yang membentur ring basket.

"Sudah malam, dan kau masih betah di kampus," seru seseorang yang baru saja datang dan begitu saja merebut bola basket dari tangan Raka dan ia mulai menghentakkan bola basketnya.

"Pak Damar," seru Raka.

"Kamu begitu perduli pada Adelia yah," seru Damar melemparkan bola basket hingga masuk ke ring basket yang berada cukup jauh dari posisinya berdiri. Kini Damar menoleh ke arah Raka yang masih terdiam.

"Aku perduli padanya karena dia sahabatku," seru Raka berjalan menuju kursi di pinggir lapangan dan meneguk air di dalam botol yang sudah tersedia di sana.

Damar berjalan santai dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya mendekati Raka.

"Sahabat? Tetapi aku melihat lebih dari itu," seru Damar membuat Raka tersedak minumannya dan langsung menoleh ke arah Damar.

"Apa maksud anda?" tanya Raka dan kembali acuh dengan menutup kembali botol minumannya seraya membereskan barang-barangnya ke dalam tas ransel miliknya.

"Jangan bohongi perasaan kamu," ucap Damar.

"Aku rasa kita tidak begitu dekat, jadi simpan saja saran anda untuk diri anda sendiri," seru Raka beranjak pergi meninggalkan Damar begitu saja.

"Raka!" panggil Damar.

Raka yang sudah dekat ke arah pintu keluar kembali menoleh ke arah Damar yang juga sudah melihat ke arahnya.

"Jangan abaikan apa yang hati kamu katakan, karena kalau kamu mengabaikannya, akan ada pria lain yang akan lebih dulu mendekatinya," seru Damar membuat Raka mengacuhkannya dan mengabaikan perkataan dari Damar.

Tanpa mengatakan apapun, Raka berbalik dan beranjak pergi meninggalkan Damar.

***

Bara mengejar Adel di lorong kampus, Adel berusaha mengabaikannya tetapi langkah Bara lebih lebar dan kini ia berdiri di hadapan Adel menghalangi langkahnya.

"Adel, aku ingin bicara sama kamu," seru Bara.

"Aku sedang buru-buru, aku harus pergi," ucap Adel.

"Adel, aku mohon maafkan aku atas kejadian kemarin. Aku sungguh tidak berniat kasar padamu," ucap Bara.

Adel hanya diam membisu.

"Kamu boleh memukuliku yang penting kamu bisa memaafkan aku. Aku mohon maafkan aku, kemarin aku terlalu cemburu. Kamu akhir-akhir ini semakin dekat dengan Raka dan kita semakin menjauh, tolong maafkan aku," seru Bara terlihat penyesalan di matanya.

"Aku tidak suka pria kasar," ucap Adel.

"Aku janji tidak akan mengulanginya lagi, maafkan aku," seru Bara.

Akhirnya Adel luluh karena melihat tatapan penuh penyesalan dari Bara. Ia pun menganggukkan kepalanya membuat Bara tersenyum lebar dan langsung memeluk tubuh Adel.

Dari kejauhan Raka melihat mereka berdua. Ada rasa kesal dan cemburu di dalam hatinya. Raka memalingkan wajahnya dan berlalu pergi, ia sungguh tak paham dengan perasaannya itu.

Selain Raka, ternyata Desi juga menyaksikan adegan Bara yang memeluk Adel. Desi menatap ke arah mereka dengan tatapan penuh amarah dan kedua tangannya terlihat mengepal kuat.

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel