Pustaka
Bahasa Indonesia

My Sweet Sugar Daddy

159.0K · Tamat
Samanta Radisti
75
Bab
5.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Ruella Hazeline harus menerima pembalasan dendam dari seseorang atas perbuatan orang tuanya di waktu terdahulu. Kesuciannya direnggut saat dirinya tepat berusia tujuh belas tahun oleh seseorang yang sudah dikenalnya sejak kecil. Mirisnya, seseorang yang memperkosa Ruella itu malah menjadi Sugar Daddynya karena suatu alasan. Hingga akhirnya Ruella malah jatuh cinta kepada si pemerkosa itu. Bagaimana bisa seorang korban pemerkosaan malah jatuh cinta dengan seseorang yang sudah merenggut kesuciannya itu? Ikuti kisah Ruella dan Manggala dalam cerita ini..

MetropolitanPresdirDewasaSweetMenyedihkanBaperWanita CantikSalah Pahambadboy

Prolog

“Aaaaah! Sakiitt! Ampuuunn!” Teriak Ruella dengan suara yang sudah terdengar parau nyaris tak terdengar.

Ruella tengah mengerang kesakitan saat ini karena kemaluannya tengah dihujam berkali-kali oleh seorang pria yang sudah dikenalnya dari kecil itu. Gadis yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun kemarin itu tidak bisa berbuat apa-apa saat penis besar milik Manggala memaksa masuk ke liangnya yang masih sangat sempit.

“Aku mohon! Hentikan!” Ruella memohon dengan pilu kepada laki-laki yang kini tengah berada di atasnya.

Dengan isak tangis yang masih terdengar, napas gadis itu tersengal menerima hujaman bertubi-tubi dari seorang pria yang memiliki perbedaan usia sepuluh tahun darinya itu.

Kamar pribadi milik Ruella menjadi saksi bisu atas pemaksaan yang dilakukan oleh Manggala. Laki-laki itu mengikat kedua tangan Ruella ke atas kepala ranjang agar Ruella tidak dapat bergerak maupun berontak.

“Bajingaaan!” Caci Ruella pada laki-laki yang tengah menciumi leher jenjangnya sembari mempermainkan puting payudaranya menggunakan jari-jari kekarnya.

Sebagai seorang wanita normal, tubuh Ruella tanggap terhadap sentuhan Manggala. Puting payudaranya mengeras saat menerima rangsangan dari laki-laki itu. Namun, meski tubuhnya menerima, tapi dirinya dengan penuh kesadaran menolak atas paksaan yang dilakukan oleh Manggala.

“Aaaarrrhh! Setan kau Manggala! Hentikaaan!” Ruella kembali berteriak, namun suaranya nyaris tidak terdengar.

Manggala menyeringai licik mendengar cacian yang terlontar dari mulut gadis itu. Dia terus saja menghujami kemaluan Ruella yang sudah terasa basah dan licin itu.

Gadis itu terus saja menggeleng untuk meminta belas kasih dari seorang Manggala agar menghentikan aksinya.

“Aku mohon! Hentikan semua!” Rintih gadis itu memelas dengan pilu kepada Manggala.

Seolah tidak mendengar rintih kesakitan dan permohonan yang sangat memilukan hati dari gadis itu, Manggala tetap menghujami liang vagina milik Ruella. Tanpa ampun, semakin gadis itu merintih kesakitan, semakin Manggala menaikan kecepatan gerakan bokongnya menghujami lubang kemaluan milik Ruella.

Dua jam sudah Manggala menggauli Ruella tanpa henti. Setelah berhasil menyemprotkan benih kenikmatan di liang vagina Ruella, akhirnya Manggala mengakhiri aksinya.

“Itu sebagai balasan atas kematian orang tuaku!” Ucap Manggala sinis dengan tatapan penuh kebencian kepada gadis yang masih berada di bawahnya saat ini.

Laki-laki itu memundurkan tubuhnya dari atas tubuh Ruella yang sudah terkulai lemas setelah dirinya menghentikan aksi jahannamnya. Sekilas, tanpa sengaja Manggala melihat sebercak darah mengotori sprei berwarna cream yang membungkus kasur empuk di atas ranjang itu tepat di antara kedua paha mulus Ruella yang masih terbuka.

“Darah perawan.” Gumam Manggala berbisik dalam hati.

Tentu saja laki-laki itu tau bahwa Ruella masih perawan saat pertama kali dirinya memaksakan penis besarnya untuk masuk ke lubang vagina milik Ruella. Namun, saat dirinya melihat sebercak darah perawan yang masih terlihat segar seperti baru saja keluar dan mengotori sprei, tiba-tiba saja ada suatu perasaan yang entah apa, bahkan Manggala sendiri saja tidak bisa menjelaskannya.

Ruella hanya bisa menatap tajam mata Manggala dengan perasaan jijik tanpa bisa berbuat apa-apa. Gadis itu merasa sangat lemas, dirinya sungguh tidak berdaya saat ini. Sekujur tubuhnya terasa remuk redam, dia kehabisan tenaga karena sibuk memberontak selama dua jam penuh yang hasilnya tetap sia-sia. Dengan posisi kedua tangan diikat di kepala ranjang, Ruella menangis tanpa suara meratapi nasibnya saat ini. Bagaimana bisa semua berubah hanya dalam waktu dua puluh empat jam saja.