Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 - Menyusahkan!

Putra mahkota Fu tiba di kerajaan TangXing ketika hari telah beranjak sore. Langit kerajaan TangXing kini dihiasi oleh goresan jingga kemerah - merahan yang nampak sangat indah dimata putra mahkota Fu.

Semilir angin sore berhembus menerpa dan menyapu kulitnya, putra mahkota Fu lantas memejamkan matanya dan menikmati angin yang berhembus di gasebo belakang kediamannya yang berada di istana timur.

Saat ia menikmati waktu yang tenang ini, Chyou datang dan membawa pesan kaisar Zhao yang memintanya menyusul Ayahandanya itu ke istana barat.

"Yang mulia putra mahkota, yang mulia kaisar meminta anda untuk menyusulnya ke istana barat saat ini juga" kata Chyou menyampaikan perintah kaisar Zhao

Kedua mata putra mahkota Fu yang sempat terpejam lantas terbuka lebar, ia berbalik menghadap Chyou dan menampilkan raut wajah tidak senang saat pengawal pribadi sekaligus teman kecilnya itu menyebut istana barat.

Istana bagian barat merupakan kediaman Fahrani. Selama ini putra mahkota Fu tak pernah mengunjungi tempat itu dengan sukarela kecuali jika Ayahandanya menurunkan perintah atau Ayahandannya memaksanya. Kebencian putra mahkota Fu sudah mendalam, bahkan akar kebenciannya kini sudah tak terhingga seberapa dalam ia terus merambat dan melebarkan anak cabang dari akarnya.

Kehilangan Ibunya diusia ia masih sangat membutuhkan sosoknya sangat membuat putra mahkota Fu sangat terpukul dan kehilangan. Alasan kematian Ibundanya adalah sosok adiknya hingga 14 tahun usia putri Fahrani, rasa benci itu tak kunjung surut ataupun hilang terkikis oleh waktu.

Kebenciannya pada putri Fahrani malah semakin bertambah seiring dengan segala prilaku yang ia tunjukan selalu membawa masalah dan petaka untuknya dan juga untuk kerajaannya. Tiada hari tanpa melakukan kegaduhan, sikapnya yang kekanakan dan manja selalu saja berhasil membuatnya sering kali tak mampu mengontrol emosinya. Selain membuat onar, fisiknya dan pengetahuannya sangat memalukan. Karena terlalu dimanja oleh kaisar Zhao, putri Fahrani selalu saja mengabaikan kewajibannya sebagai seorang putri.

Tak perlu membuang - buang tenaga untuk mengetahui maksud dan alasan kaisar Zhao memanggilnya, tentu saja hal itu tidak jauh dari putri Fahrani yang selalu menciptakan kegaduhan dan masalah untuk mereka. Karena terlalu sering berada disituasi yang sama dengan pembuat onar yang sama, hal itu membuat putra mahkota Fu terbiasa dengan kegaduhan dan masalah yang putri Fahrani ciptakan. Ia tak akan terkejut jika Ayahandanya memanggilnya untuk meminta bantuan ketika tak mampu menangani segala kelakuan dan perilaku buruk putri Fahrani.

"Masalah apa lagi yang gadis itu ciptakan? Tak bisakah ia berhenti membuat kegaduhan dan masalah sehari saja?" Tanya putra mahkota Fu tak mampu menyembunyikan nada geramnya.

"Yang mulia putri tidak membuat masalah apapun, Yang mulia putra mahkota. Hanya saja sejak pulang dari kerajaan TangShi hingga hari kembali malam, yang mulia putri tak kunjung keluar dari kamarnya" jelas Chyou

"Itu yang kau bilang bukan menciptakan masalah? Kau pikir dengan mengurung dirinya seperti itu tak membuat orang khawatir?" Tanya putra mahkota Fu yang langsung membuat Chyou menunduk dalam dan bergumam "bagi pengawal ini apa yang dilakukan yang mulia putri bukanlah sebuah masalah, kekhawatiran semua orang saja yang sangat berlebihan" lirihnya

"Apa yang kau bilang?" Tanya putra mahkota Fu yang langsung di balas gelengan oleh Chyou dan dengan cepat menjawab "pengawal ini tak mengatakan apapun" sangkalnya yang membuat putra mahkota Fu memincingkan matanya curiga karena ia jelas - jelas melihat teman kecilnya itu menggumamkan sesuatu.

Chyou menampilkan raut wajah tenang seakan ia memang tak mengatakan apapun agar putra mahkota Fu berhenti menatapnya curiga. Saat putra mahkota Fu mendesah dan melangkah lebih dulu meninggalkannya, saat itu pula Chyou akhirnya bisa bernafas dengan lega. Sedari tadi ia menahan nafasnya hanya karena tatapan putra mahkota Fu yang sangat mengintimidasi baginya.

Setelah melalui jalan utama menuju istana barat yang juga merupakan istana bagian dalam, kini putra mahkota Fu kembali menginjakan kakinya pada tempat yang sangat tak ingin ia pijaki ataupun singgahi.

Istana barat adalah kediaman sekaligus saksi bayi mungil berlumuran darah itu kini tumbuh menjadi gadis yang sangat ia benci. Bukan hanya karena ia lahir dengan harus mengorbankan nyawa Ibundanya, tapi ia juga terlahir dengan fisik dan pengetahuan yang sangat memalukan.

Tiada hari tanpa cercaan, hinaan atau makian semua orang lontarkan padanya, fisiknya yang sangat jauh berbeda dari kebanyakan putri dan nona muda diluar sana membuatnya selalu mendapat hujatan yang ikut berimbas pada kerajaan TangXing.

Tak ada yang gadis itu tahu selain hanya mengejar sang pujaan hati yang malangnya menolaknya di depan banyak orang. Entah sudah berapa banyak masalah yang ia ciptakan, entah sudah berapa banyak cacian, makian, hujatan dan penghinaan yang mereka dapatkan karenanya selama 7 tahun lamanya.

Sampai saat ini, dengan kebencian yang semakin hari semakin besar. Bagi putra mahkota Fu, gadis yang sangat tak ingin ia sebutkan namanya ataupun anggap sebagai saudarinya walaupun kerap kali kaisar Zhao, bibi dan juga pamannya bahwa ia adalah mei meinya, namun dimatanya ia masih seorang pembunuh!

*****

Di istana barat, tepatnya di pavilium Yue. Putri Fahrani sedari tadi hanya membaringkan dirinya sambil menatap langit - langit kamarnya. Penolakan pangeran Hung terus terbayang dalam memori ingatannya dan hal itu membuatnya merasakan ada ribuan pisau tak kasat mata yang menikam jantung dan hatinya secara bersamaan.

'Ben Wang tidak akan pernah menyukai wanita jelek, gendut dan yang berdandan dengan riasan yang sangat tebal'

'Seharusnya kau sadar diri jika wanita jelek sepertimu sama sekali tak sebanding dan bisa bersanding dengan Ben Wang'

Perkataannya yang begitu menyakitkan terus berputar, hingga pada akhirnya ia kembali menangisi nasibnya yang nampak begitu malang.

Dulu ia pikir, dengan harta dan kekuasaan yang dimiliki Ayahandanya bersama dengan kerajaan TangXing yang mendukungnya dari belakang, ia bisa mendapatkan semua yang ia inginkan. Namun semua yang ia miliki nampaknya tak berarti, pria yang ia puja dan suka tak balik membalas perasaannya.

Jangankan mendapat yang ia inginkan dan dambakan, malah yang ia dapatkan justrul penghinaan dan rasa malu. Usahanya selama 2 tahun mengejar pangeran Hung berbuahkan hasil yang menyakitkan. Fisiknya kembali di gunjingkan, dicela, dan dihujat di depan banyak orang yang menertawakannya. Mereka tertawa kencang tak peduli dengan statusnya yang lebih tinggi dari mereka.

Putri Fahrani beranjak bangun dari rebahannya, ia lantas mendudukan dirinya di pinggir peraduan. Tak berselang berapa lama ia beranjak bangun menuju sebuah cermin besar setinggi tubuhnya yang berada dekat pintu masuk permandian.

Putri Fahrani berdiri dihadapan cermin. Ia lantas melihat pantulan bayangan dirinya yang nampak sangat gemuk, dan kulitnya kecoklatan dan nampak dekil. Melihat pantulan wajahnya, ia tersenyum miris. Air matanya kembali luruh, padahal ia sudah berusaha agar tidak menagis lagi.

Nyatanya rasa sakit yang ia rasakan sangat perih. Rasa sakit yang ia rasakan bahkan mengalahkan luka yang nampak. Seharusnya ia tau jika ia menyukai seorang pemuda di usianya yang masih 14 tahun, ia harus siap dengan segala kemungkinan dan salah satunya adalah sakit hati. Walaupun ia selalu meyakinkan dirinya bahwa siap menghadapi rasa sakit itu, tapi siapa sangka jika sakitnya akan seperti ini?

"Berhentilah menangis Fahrani! Kau nampak sangat menyedihkan!" Tegas putri Fahrani pada pantulan bayangan dirinya yang berada di cermin

Tapi hidupku memang sangat menyedihkan!

Selama 14 tahun hidupnya, ia salalu diliputi rasa bersalah. Penderitaan atas pilihan takdir akan kematian Ibundanya karenanya, juga kebencian putra mahkota Fu sudah cukup membuatnya terpukul. Jika ia bisa melalu sejala cela, hujatan dan makian semua orang karena fisiknya, rasa bersalah dan penderitaan panjang yang ia rasakan masih sangat sulit ia lalu.

Semakin hari kebencian putra mahkota padanya semakin besar, bahkan sejak ia masih kecil putra mahkota Fu memanggilnya sebagai seorang pembunuh, bukan seorang 'mei - mei'. Sampai detik inipun putri Fahrani tahu jika pandangan putra mahkota Fu padanya masih tetap sama, dimatanya ia masih seorang pembunuh.

.

.

.

Putra mahkota Fu tiba di pavilium Yue, didepan pintu kamar saudarinya itu telah berdiri kaisar Zhao dan putri LiangYi yang terus membujuk. Entah apa yang gadis itu lakukan didalam sana sehingga tak mendengar segala perkataan, bujukan dan rayuan yang dilontarkan oleh kaisar Zhao dan putri LiangYi yang merupakan bibinya.

"Gege, adikmu ini tak mendengar pergerakan apapun didalam!" Kata putri LiangYi saat menempelkan salah satu telinganya pada pintu kamar putri Fahrani yang tertutup sangat rapat.

"Apakah mungkin putri Fahrani sudah --"

"Berhenti mengatakan hal yang aneh dan buruk!" Potong kaisar Zhao cepat.

"Putri Fahrani tidak akan mengakhiri hidupnya hanya karena penghinaan yang ia dapatkan, ia sudah melewati banyak penderitaan dengan hujatan dan celaan banyak orang karena fisiknya. Selama ini ia masih berdiri dengan kokoh dibawah kalimat pedas dan sarkas yang menyayat hati, bahkan ia masih bertahan dibawa tekanan rasa bersalah serta penyesalan dan kebencian putra mahkota" tambah kaisar Zhao yang sangat percaya putrinya adalah gadis yang kuat dan juga hebat.

Perkataan kaisar Zhao sangat menohok hati putra mahkota Fu. Apa yang Ayahandanya katakan adalah hal yang benar. Walaupun fisik putri Fahrani dikatakan buruk rupa karena bertubuh gendut dan kulitnya nampak dekil bak rakyat jelata, satu hal yang membuatnya kagum adalah semangat dan kegigihannya. Ia tak mudah menyerah walaupun ada banyak orang yang berusahan menjatuhkannya, menekannya hingga titik kepercayaan dirinya jatuh kedasar. Namun putri Fahrani masih bisa bangkit, dan akan terus bangkit. Tak peduli berapa banyak orang yang tidak menyukai ataupun membencinya, tak peduli ada banyak rintangan yang akan menghadangnya. Ia terap semagat dan gigih untuk terus berusaha dan pantang menyerah meraih apa yang ia inginkan.

Lamunan putra mahkota Fu yang sampai saat ini tak disadari keberadaannya oleh kaisar Zhao ataupun putri LiangYi buyar saat putri LiangYi berkata -- "Tapi gege, adikmu ini bersumpah tak mendengar apapun didalam! Apakah Fahrani'er punya prajurit khusus yang anda perintahkan? Mengapa ia tak becus dalam bekerja! Putri Fahrani tak melakukan pergerakan apapun di dalam" ucap putri LiangYi khawatir.

Tak berselang berapa lama seorang prajurit berpakaian hitam dengan pinggiran bajunya terdapat sulaman benang perak dengan pola naga kecil menyita perhatian ketiganya. Prajurit yang kini menghadap mereka merupakan prajurit khusus kerajaan TangXing yang mana semua prajurit khusus memiliki kemampuan bela diri dan bakat bawaan di atas rata - rata.

"Lapor yang mulia, yang mulia putri Fahrani tidak sadarkan diri didalam kamarnya"

"Apa?" Putri LiangYi terkejut dengan laporan prajurit itu ia lalu dengan keras memukul pintu kamar putri Fahrani dan terus berteriak memanggil sang pemilik kamar.

Kaisar Zhao lantas memanggil beberapa prajurit untuk masuk dan mendobrak pintu kayu nan kokoh di hadapannya. Terlepas dari kecemasan, kepanikan dan kekhawatiran semua orang. Juga terlepas dari rasa kagum putra mahkota Fu yang sempat ada. Nyatanya gadis yang kini terbaring di atas permukaan lantai yang dingin setelah pintu berhasil di dobrak, gadis itu masih saja menyusahkan!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel