Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 - Masalah

Seperti perkataan dan perkiraan putri Fahrani, Ayahandanya sudah mendapat laporan dari pengawal pribadinya Chyou. Saat ini putri Fahrani baru saja tiba di kerajaan TangXing bertepatan dengan matahari terbenam di ufuk barat dan menyisahkan goresan jingga kemerah - merahan di langit.

Putri Fahrani yang sangat lelah karena perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu yang cukup lama pula hanya bisa mendesah saat kaisar Xing Guang Zhao telah menunggu kedatangannya tepat di halaman aula utama kerajaan TangXing yang luas.

Raut wajah pria paruh baya yang masih nampak sehat bugar dan masih tetap tampan di usianya yang telah menginjak 45 tahun lebih itu nampak tidak bersahabat. Dari pancaran mata Ayahanda yang putri Fahrani tangkap, ada kemarahan besar yang ia pancarkan.

"Katakan pada Ayahanda? Apa saja yang mereka lakukan padamu!" Kata kaisar Zhao tegas.

"Ayahanda, aku lelah. Bolehkah aku istirahat saja? Kurasa Chyou sudah menceritakan semuanya" balas putri Fahrani memelas sambil melangkah gontai menghampiri kaisar Zhao.

Kaisar Zhao hanya mampu mendesah. Seharusnya ia tak menyuruh putri kesayangannya yang mengantikannya atau seharusnya ia menemani putrinya disana sehingga tak ada seorang pun yang berani mengejek ataupun menghina putri kesayangannya. Sayangnya, ada pekerjaan penting dan masalah dalam istana yang harus ia selesaikan bersama putra mahkota Xing Huang Fu yang kini berusia 19 tahun.

Semenjak permaisuri Xie Qiao Feng meninggal dunia 14 tahun yang lalu saat melahirkan putri mereka. Segala urusan istana dalam juga menjadi tanggung jawab kaisar Zhao. Terlebih lagi hingga saat ini kaisar Zhao tak ingin mengangkat seorang permaisuri dikarenakan khawatir kedudukan putra mahkota Fu akan goyah dengan persaingan perebutan takhta antara pangeran ataupun ketenangan dan kedamaian putri Fahrani dengan sikap beberapa ibu sambung (ibu tiri) yang kadang bersikap keras, kasar, kejam dan pilih kasih kepada anak yang bukan terlahir dari rahimnya.

"Baiklah, istirahatlah yang cukup. Dan jangan memikirkan masalah yang menimpamu hari ini. Biarkan masalah itu Ayahanda yang tangani" kata kaisar Zhao yang entah mengapa membuat perasaan putri Fahrani merasa tidak enak dengan segala rencana yang akan Ayahandanya ambil.

Keesokan harinya, putra mahkota Fu nampak melangkah tergesah menuju istana utama dimana kaisar Zhoa tengah menunggunya diruang kerja Ayahandanya. Raut wajah putra mahkota Fu menampilkan raut wajah datar. Seperti Ayahandanya, kemarin ia juga mendengar laporan mengenai mei meinya yang di permalukan di kerajaan TangShi. Karena hal itu ia kini berpendapat jika Ayahandanya memanggilnya sepagi ini pasti karena akan membahas masalah itu dengannya.

"Mengapa kau lama sekali putra mahkota Fu?" Tanya kaisar Zhao saat putra mahkota Fu baru saja tiba.

Putra mahkota Fu yang mendapat pertanyaan dengan nada tidak sabaran dari Ayahandanya lantas memutar bola matanya malas "itu karena Ayahanda memanggil Ben Gong tiba - tiba disaat matahari bahkan belum menampakan diri" balasnya dengan nada sindiran yang membuat kaisar Zhao terkekeh karena sifat dingin dan kejam putra mahkota Fu yang menurun dari dirinya.

"Katakan solusi apa yang akan Ayahanda ambil mengenai masalah kemarin?" Tanya putra mahkota Fu langsung pada intinya.

"Tak bisakah kita berbasa - basi sebentar? Kau sangat serius nak!" Keluh kaisar Zhao yang membuat putra mahkota Fu lantas ingin pergi karena Ayahnya sangat membuang - buang waktu.

Melihat putranya yang hendak pergi, kaisar Zhoa lantas menahannya "baiklah, baiklah. Kau menang. Sekarang dengarkan Ayahanda".

Putra mahkota Fu yang selalu serius, teliti dan selalu berpegang pada prinsipnya itu lantas berhenti dan membalikan badanya kembali menghadap kaisra Zhao. Kaisar Zhao yang melihat putranya yang datar dan kaku itu lantas memberi isyarat agar putranya duduk.

"Ini masalah mengenai mei-meimu" ungkap kaisar Zhao saat putra mahkota Fu telah duduk bersebrangan dengannya.

"Ben Gong sudah tahu!" Balas putra mahkota Fu ketus.

Sejak kelahiran putri Fahrani yang membuat Ibunda mereka meninggal dunia, sejak saat itu pula putra mahkota Fu membenci adik kandungnya itu karena kini ia harus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Terlebih lagi, adiknya itu selalu saja dimanjakan oleh ayahandanya yang kadang membuat ia merasa muak juga merasa cemburu dengan perhatian kaisar Zhao pada putri Fahrani.

Padahal selama ini kaisar Zhao menyayangi mereka dan memberi perhatian yang sama rata. Namun perasaan benci dan cemburu putra mahkota Fu membutakan mata hatinya yang menutup semua fakta akan hal itu.

"Lalu?" Tanya putra mahkota Fu membuyarkan semua pikirannya.

"Pergilah ke kerajaan TangShi dan bawa surat resmi Ayahanda langsung kepada kaisar Huang" jawab kaisar Zhao.

"Apa isi surat ayahanda?" Tanya putra mahkota Fu curiga.

"Tentu saja isinya mengenai pemberhentian kerja sama antara kerajaan TangXing dan kerajaan TangShi" balas kaisar Zhao santai.

"Ayahanda..!".

"Ayahanda tau jika kau berteman baik dengan putra mahkota Shi Wei Zhe, Ayahanda juga sangat tahu jika kau masih membenci mei - meimu. Tapi Nak, mei - mei mu masih bagian dari kita. Ia juga keturunan kerajaan bahkan lahir dari rahim yang sama denganmu." kaisar Zhao menjeda "bagaimanapun kita harus tegas menagani masalah ini. Kau pasti masih ingat bukan prinsip kita?" Tanya kaisar Zhao yang di angguki putra mahkota Fu yang masih berusia 19 tahun.

"Menghina keluarga kerajaan sama dengan menghina kerajaan itu sendiri!" Jawabnya.

"Ayahanda tahu kau sudah cukup dewasa dalam mengambil sikap. Jadi Ayahanda berharap kau mengambil tindakan yang benar untuk kerajaan kita dan mengesampingkan masalah pribadimu terhadap mei - meimu" tambah kaisar Zhao bijak.

******

Putra mahkota Fu menuruti keinginan Ayahandanya. Bagaimana pun apa yang Ayahandanya katakan adalah hal yang benar. Walaupun ia masih membenci mei - meinya hingga detik ini, tapi penghinaan yang di terima adiknya jelas menunjuk pada Ayahanda, dirinya bahkan kerajaannya.

Kini putra mahkota Fu telah sampai di gerbang utama kerajaan TangShi setelah melewati perjalanan yang memakan waktu setengah jam dengan mengendarai kereta kerajaan TangXing. Harusnya ia akan sampai lebih awal lagi dengan menunggangi kuda, namun Ayahandanya khawatir jika ada seorang atau lebih yang ingin mencelakainya di tengah jalan. Alhasil, putra mahkota Fu mengendarai kereta dan di kawal para prajurit dengan kemampuan bela diri dan tarung diatas rata - rata.

Tak hanya para prajurit yang berkemampuan bela diri dan tarung di atas rata - rata, Ayahandannya dan juga Xing LiangYi yang merupakan saudari kandung kaisar Zhao itu sepakat untuk menurunkan Jendral besar Wei Li Jun yang merupakan suami dari bibinya itu untuk ikut serta mengawalnya.

Semua ini sangat berlebihan. Padahal putra mahkota Fu merasa ia bahkan bisa menjada dirinya sendiri dengan kemampuan dan bakatnya, terlebih lagi ia juga memiliki orang - orang ahli tanpa sepengetahuan Ayahandanya.

"Apakah jendral ini perlu menemani anda masuk, yang mulia?" Tanya Jendral Jun yang menyentak putra mahkota Fu dari lamunannya.

Putra mahkota Fu lalu menoleh pada pada pamanya, ia dengan kesal berkata "mengapa paman bersikap sangat sopan dan formal seperti ini?" Tanya putra mahkota Fu merasa tidak nyaman dengan sikap formal pamannya.

"Walaupun jendral ini di kenal kejam dan pemberani, tapi jendral ini juga harus tetap bersikap sopan dan formal pada junjungannya" jawab jendral Jun.

"Terlepas Ben Gong adalah junjungan paman, tapi Ben Gong masih tetap ponakan paman. Tak bisakah paman bersikap santai dan biasa saja?" Tanya putra mahkota Fu keras kepala.

"Baiklah, baiklah" kata jendral Jun menyerah "jadi apakah kau ingin pamanmu ini menemanimu masuk?" Tanya jendral Jun lagi.

"Tidak perlu. Aku sudah bukan lagi anak kecil yang setiap saat selalu bergantung pada orang lain" balas putra mahkota Fu yang di angguki jendral Jun.

Setelah itu, putra mahkota Fu akhirnya melangkah masuk dan menemui kaisar Huang siang ini. Saat ia baru saja melewati gerbang utama kerajaan TangShi, seorang kasim nampaknya sudah menunggu kedatangannya. Kasim itu lantas menuntunnya menuju istana dalam dimana kaisar Huang telah menunggunya di istana utama.

Putra mahkota Fu tidak perlu terkejut akan hal itu. Walaupun kedatangannya tanpa pemberitahuan sebelumnya, namun nampaknya kaisar Huang telah bersiaga.

Karena terlalu berlarut dalam pikirannya, putra mahkota Fu tak merasa bahwa ia telah tiba di istana utama. Kasim yang mengantarnya pun kini berpamitan setelah memberi beberapa intruksi dan membukakan pintu istana utama.

Putra mahkota Fu mengikuti segala intruksi yang kasim itu berikan, hingga akhirnya ia tiba depan ruangan kerja kaisar Huang dimana ia kembali disambut beberapa kasim dan dayang yang berjaga diluar.

"Yang mulia... putra mahkota Xing Huang Fu telah datang!" Umum seorang kasim.

"Suruh ia masuk!".

Pintu ruangan kerja kaisar Huang dibuka oleh dua orang kasim, putra mahkota Fu lantas masuk saat pintu ruang kerja kaisar Huang terbuka lebar. Saat ia telah memasuki ruang kerja kaisar Huang, didalam ruangan tersebut ternyata tidak hanya ada kaisar Huang. Di dalam ruangan itu juga ada pangeran Hung dan pangeran Wu, hanya putra mahkota WeiZhe yang tak nampak batang hidungnya dan hal itu membuat putra mahkota Fu mendengus saat ia menemukan jawaban dimana keberadaan sahabatnya itu.

"Seharusnya putra mahkota TangXing memberi kabar terlebih dahulu. Sehingga kami bisa menyambutmu dengan meriah" ucap kaisar Huang saat ia melangkah menghampiri kaisar Huang dan kedua putranya yang kini berdiri menyambut kedatangannya.

"Hal itu tidak perlu yang mulia kaisar Huang. Terlebih lagi putra mahkota ini hanya sebentar disini" jawab putra mahkota Fu yang membuat ketiga orang dihadapannya meneguk salivanya dengan susah payah.

"Putra mahkota ini hanya akan menyampaikan amanat Ayahanda untuk menyerahkan surat resmi pemberhentian kerja sama antara kerajaan TangXing dan kerajaan TangShi secara sepihak".

"Apa? Bagaimana mungkin kalian memutuskannya begitu saja, padahal dalam kontrak kerajaan TangXing dan kerajaan TangShi masih akan bekerja sama dalam waktu 2 tahun!" Kata kaisar Huang tidak terima.

"Dengan penghinaan yang kalian lakukan pada putri kerajaan kami, seharusnya pemberhentian kerjasama dengan kerajaan TangShi adalah ganjaran yang ringan. Seharusnya kalian sadar jika kami bahkan bisa meratakan kerajaan TangShi detik ini juga atas penghinaan kalian pada keturunan kerajaan TangXing --" putra mahkota Fu menjeda "-- Seharusnya kami juga mengambil uang yang kami tanam untuk bantuan pembangunan kerajaan TangXing dan segala barang yang telah kami berikan, namun kami masih berbaik hati dengan hanya memberhentikan kerja sama secara sepihak dan jika kalian menolak dan keberatan dengan keputusan Ayahanda, kerajaan kami akan menjadi yang pertama mengibarkan bendera perang kepada kerajaan TangShi!" Tambah putra mahkota Fu yang membuat ketiga orang dihadapannya kehilangan kata - kata.

Putra mahkota Fu tak peduli dengan ekspresi ketiga pria beda usia dihadapannya. Ia telah menyampaikan amanat Ayahandanya, juga telah menyerahkan surat resmi pemberhentian kerja sama dengan menaruhnya di atas meja bundar yang ada di tengah ruangan. Tugasnya telah selesai, sehingga ia lantas berbalik pergi tanpa memberi hormat.

Tak berselang berapa lama kepergiannya, kaisar Huang jatuh dan terduduk lemas di atas lantai ruangan kerjanya yang dingin dengan tatapan matanya memancarkan kekosongan. Pangeran Hung dan pangeran Wu berteriak memanggil kaisar Huang, mereka bahkan membantu Ayahandanya untuk kembali berdiri. Sayangnya kedua kaki kaisar Huang kini tak memiliki tenaga.

Hanya dalam sekejap, semua energi yang ada pada tubuhnya seakan hilang bersamaan dengan otaknya yang seketika memberi gambaran mengerikan kerajaan TangShi tanpa bantuan kerajaan TangXing yang selama ini membantu kerajaan mereka lebih banyak dari kerajaan - kerajaan lain di bawa naungan kekaisaran Tang.

"Kita dalam masalah!" Gumam kaisar Huang putus asa.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel