Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Terima Kasih

"Hey, siapa yang memberi kalian ijin untuk masuk?" Kak Wang bangkit berdiri.

Ia menatap Stefan dengan tajam.

Tadi ketika Stefan, Edward, Rian dan Juno masuk ke dalam klub, mereka duduk di meja yang dekat dengan meja Shira. Stefan mendengar Shira membicarakan Aurel, dia sekarang sedang berada di dalam ruang kerja Kak Wang, selaku manajer di sana. Aurel sedang berbicara dan meminta ijin kepada Kak Wang untuk berhenti bekerja.

Mendengar hal itu, Stefan jelas sangat panik. Ia kembali menyalahkan dirinya sendiri. Mungkin Aurel mengundurkan diri dari pekerjaan, karena tidak nyaman dengan tindakannya kemarin malam.

Jadi, kali ini, ia harus berbicara lagi dengan Aurel.

Akhirnya Stefan mengatakan kebenaran kejadian kemarin malam kepada tiga teman baiknya. Membuat mereka terkejut dan tidak tahan untuk terus tertawa.

Tidak menyangka, ternyata Aurel si 'Wanita Sulit' itu masih perawan. Selalu menolak para pria yang menginginkan dirinya, itu karena dia belum mau melepaskan keperawanannya. Bukan karena sok jual mahal atau apa.

Tapi Stefan, sudah setengah jalan mencicipinya, malah melepaskannya begitu saja, dengan alasan 'tidak tega'.

Aisshhhhh ... itu sangat disayangkan, bukan?

Jadi malam ini, Stefan meminta mereka untuk membantunya menemui Aurel lagi.

Tapi siapa sangka, ketika mereka berempat sedang menunggu Aurel di depan ruangan Kak Wang, malah mendengat teriakan dari Aurel.

Samar terdengan kata "Tolong!" dari dalam sana. Lebih seringnya mereka mendengar suara teriakan.

Awalnya mereka menghiraukan teriakan itu, tidak berniat untuk masuk secara paksa. Tapi lama kelamaan, teriakan minta tolong itu semakin keras terdengar. Membuat Stefan tidak tahan dan segera menendang pintu.

Benar saja, ketika Stefan masuk, ia melihat ada dua orang yang sedang bergulat di atas sofa. Lebih tepatnya, pria itu memaksa sang wanita untuk melayaninya.

Menyadari wanita itu adalah Aurel, entah mengapa, Stefan merasakan ada hawa panas yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Ia sangat marah melihat tindakan pria itu kepada Aurel.

Padahal, dirinya dan Aurel tidak saling mengenal. Tapi entah mengapa, rasa marah ini muncul begitu kuat. Dan ingin segera menghajar pria itu.

Sekarang, Stefan menghiraukan tatapan tajam dari Kak Wang. Ia menatap Aurel, dengan cepat segera membuka jasnya, membungkukan badan dan menutupi tubuh Aurel dengan jasnya.

Kini, tubuh Aurel telah tertutup oleh jas hitam milik Stefan.

Merasakan ada sesuatu yang hangat menempel di tubuhnya, Aurel mendongak menatap tak percaya kepada Stefan.

Dia???

Bahkan hawa hangat dari tubuh Stefan, masih menempel pada jas itu. Dan kini, rasa hangat dari jas menyentuh dan menghangatkan tubuh dinginnya.

"Ayo bangun!" Stefan membantunya untuk bangun.

Aurel masih terbodoh menatap Stefan, sambil memegang jas yang ada di tubuhnya, ia bangkit dan berdiri dengan kaki yang masih bergetar.

Kak Wang melihat Stefan yang berniat untuk membawa Aurel pergi. Ia segera mendekat.

Kak Wang kembali berteriak, sambil menunjuk ke arah Aurel, "Dia milikku malam ini! Tidak ada yang boleh membawanya pergi!"

"Jika kalian berani, aku tidak akan segan-segan kepada kalian!" Kak Wang mengingatkan.

Hanya empat orang pria muda. Kelihatannya mereka tidak memiliki kekuatan apapun. Kak Wang yakin, dirinya bisa menghancurkan keempat orang ini.

Jika mereka berani menentangku, aku tidak akan segan-segan ....

Stefan hanya menatapnya sekilas, sama sekali tidak ingin menghiraukannya, apalagi sampai harus mengikuti apa yang dia ucapkan.

Ia membawa Aurel di dalam pelukannya, segera pergi meninggalkan ruangan itu.

"Aku bilang, berhenti!"

Kak Wang melihat empat orang itu pergi, tanpa menghiraukan peringatan darinya. Seketika ia mengepalkan tinjunya.

'Berani-beraninya mereka ikut campur dalam urusanku! Bahkan mereka berani menganggu kesenanganku!'

Seketika Kak Wang menendang meja kayu yang ada di depannya, sangat keras. Hingga mengeluarkan suara gaduh di sana.

Keempat Tuan Muda ini jelas tidak takut dengan ancaman dari Kak Wang yang hanya seorang manajer.

Bahkan mereka berempat, mempunyai kekuatan jika ingin membuat Klub Jingga ini ditutup dan menghilang dari kota A.

Stefan masih memeluk Aurel, berjalan menuju tempat parkir. Ia membawa Aurel masuk ke dalam mobilnya.

Menghiraukan Edward, Rian dan Juno yang mengikutinya dari belakang.

Aurel masih sangat ketakutan. Ia duduk di kursi depan, samping pengemudi sambil terus memegang erat jas yang ada pada tubuhnya.

Stefan yang kini sudah duduk di kursi pengemudi, menatap Aurel dengan penuh kekhawatiran.

Ia tahu, saat ini Aurel masih sangat syok dengan kejadian malam ini. Ia bisa merasakannya dari bahasa tubuhnya yang terlihat gelisah dan terus menundukan kepala sambil memegang erat jas yang dia pakai.

Stefan mencoba untuk bertanya, "Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang!"

Ia tidak tega jika harus membiarkan wanita ini pergi sendiri dalam keadaan seperti ini. Apalagi, tadi ia melihat pakaiannya sangat berantakan. Mungkin jika orang lain yang melihatnya, mereka akan berpikir macam-macam, dan Aurel akan sangat malu dengan hal itu.

Aurel tidak menjawab. Ia berpikir sejenak. Sekarang Evan masih berada di dalam klub bersama dengan Shira. Dirinya tidak akan mungkin berani menemui Evan dalam keadaan seperti ini.

Walau dirinya tidak memiliki perasaan apapun kepada Evan, tapi juga tidak ingin membuat Evan khawatir.

Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke apartemannya. Ia ingin segera membersihkan diri dan mengganti pakaian. Berpakaian seperti ini, sungguh sangat tidak nyaman. Apalagi, di sampingnya ada seorang pria. Ini sungguh sangat memalukan.

Nanti setelah tiba di rumah, baru ia akan menghubungi Evan.

Dengan suara pelan, Aurel berkata kepada Stefan, "Maaf merepotkanmu! Jika tidak keberatan, antar aku ke apartemen 'Homelitty'. Aku tinggal di sana!"

Mendengar ucapan dari Aurel, Stefan segera mengangguk, "Baik!"

Ia menyalakan mesin mobil. Menginjak gas dengan pelan. Mobil segera keluar dari tempat parkir Klub Jingga, berjalan menuju jalan raya yang ramai.

Sejenak, Stefan menatap Aurel, ia mencoba untuk mencairkan suasana, "Setelah kejadian ini, apa kau masih akan bekerja di Klub Jingga?"

Sebenarnya Stefan ingin menanyakan alasan 'Aurel memutuskan berhenti bekerja?' Tapi ia tidak berani untuk menanyaknnya langsung.

Tadi ketika Shira berbicara dengan seorang pria di dalam klub, Stefan mendengar bahwa Aurel sedang berada di ruangan Manajer, meminta ijin untuk berhenti bekerja.

"Tidak! Aku tidak akan bekerja lagi di sana!"

Jelas, dirinya tidak akan bekerja lagi di sana. Bukan karena kejadian tidak menyenangkan malam ini dari Kak Wang, tapi karena ia tidak ingin mendapatkan masalah di kemudian hari.

Aurel takut, Evan akan mengatakan hal ini kepada ayahnya. Ia takut, Jhoni akan marah dan membencinya lagi.

"Mengapa?" Stefan masih berusaha bertanya. Ia ingin mendengar jawaban dari Aurel.

"Karena ...." Aurel ragu sejenak. "Aku akan pulang ke kota D." Akhirnya ia mengatakan alasan seperti ini juga kepada Stefan.

Ia bingung harus menjawab apa.

"Apa? Kota D? Apa kau berasal dari kota D?"

Entah mengapa, Stefan merasa kecewa ketika mendengar Aurel akan pulang ke kota D. Itu artinya, dirinya tidak akan bertemu lagi dengan wanita ini.

Aurel mengangguk. "Em!"

Stefan tidak lagi bertanya. Banyak hal yang ia pikirkan tentang 'Wanita Sulit' ini.

Hingga mobil berhenti di bawah gedung apartemen, barulah Stefan bersuara kembali, "Sudah sampai!"

Ia menghentikan mobilnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel